Angeline duduk diam di ruang keluarga. Tatapannya kosong, dan pundaknya terlihat sedikit turun, jauh dari sikap tegas dan dingin yang biasa ia tunjukkan.Lucas muncul dari lantai dua, mengenakan kemeja hitam sederhana, namun auranya tetap memancarkan karisma seorang pemimpin. Dia berjalan mendekati Angeline, lalu berhenti tepat di belakangnya."Kau terlihat tidak seperti biasanya," ujar Lucas, nadanya ringan namun khawatir. "Ada apa?"Angeline tidak langsung menjawab. Dia menarik napas panjang, mencoba menutupi perasaannya."Tidak ada apa-apa. Aku hanya lelah."Lucas mendengus kecil. "Lelah? Angeline Jordan yang aku kenal tidak pernah menyerah pada rasa lelah. Ini pasti soal perusahaan, bukan?"Angeline menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. "Aku bilang, tidak ada apa-apa. Jangan terlalu penasaran."Lucas memutar kursi di sebelah Angeline dan duduk. "Angeline, aku tahu sesuatu mengganggumu. Kau bisa terus menutupinya, atau kau bisa bicara. Aku tidak akan memaksamu, tapi aku di s
Apa yang dikatakan oleh Lisa membuat Angeline patah.Sejak kecil dia memang selalu dikesampingkan. Posisinya sekarang pun harus dia dapat dengan kerja keras yang sangat hebat. Jauh berbeda dengan Jeremy yang tidak harus membuktikan apapun untuk mendapatkan posisi yang sangat tinggi.Angeline terdiam sejenak sebelum berkata dengan nada rendah. "Tapi kamu berjanji, Nek.”"Ya, Nenek tahu,” jawab Lisa dengan ringan. “Tapi sebagai gantinya, Nenek akan memastikan kamu mendapatkan deviden yang sangat tinggi. Lebih tinggi dari siapa pun di keluarga ini. Bukankah itu cukup adil?""Deviden?" Angeline mengulang kata itu dengan nada datar. "Nenek pikir aku melakukan semua ini demi uang? Aku ingin pengakuan, Nek. Aku ingin posisiku dihormati."Lisa menyandarkan tubuhnya, senyumnya memudar. "Kamu harus mengerti, posisi pemimpin perusahaan bukan untukmu. Kamu terlalu ... keras kepala. Perusahaan ini butuh pemimpin yang lebih fleksibel." Angeline menggelengkan kepala, menatap Lisa dengan tatapan kec
Lucas mengabaikan ejekan itu. Dia mendekat sedikit, menurunkan suaranya hingga terdengar nyaris seperti bisikan."Aku tahu kamu memanfaatkan posisimu untuk membuat hidup Angeline sulit. Aku tahu semua permainan kotor yang kamu jalankan di belakang layar. Kamu pikir aku tidak tahu?"Wajah Lisa berubah masam. Dia bangkit dari kursinya, menatap Lucas dengan tatapan penuh amarah."Jaga bicaramu, Lucas. Aku bisa memecatmu kapan saja!"Lucas tersenyum dingin. "Silakan. Tapi ingat, jika kamu terus melangkahi batas, aku tidak akan tinggal diam. Asalkan kamu tahu, aku punya cukup kuasa untuk menghancurkanmu, dan perusahaan Liquid ini."“Hahaha …” Lisa tertawa keras, suaranya memenuhi ruangan."Kamu punya kuasa untuk menghancurkan perusahaan Liquid? Kamu itu hanya pegawai kecil. Ancamanmu itu tidak lebih dari lelucon bagiku,” kata Lisa.Senyum Lucas menghilang. Kali ini, nada suaranya berubah tajam dan berbahaya. "Jangan uji aku, Presdir. Jika kamu menyentuh Angeline lagi, aku tidak hanya akan
Diego pun belum bisa memberikan jawaban yang pasti. Sebab, yang bertanya adalah pemilik sasana. Jika dia memberikan informasi yang tidak akurat, dia takut menjadi masalah.“Aku juga belum bisa memastikannya, Ketua. Kak Moretti sedang mencarinya bersama dengan beberapa anggota sasana. Tadi, dia mengatakan kalau akan pergi ke rumah Laudrup,” kata Diego.“Apakah dia sering seperti ini? Menghilang dan jarang latihan?” tanya Lucas.Diego menggelengkan kepalanya sambil menjawab, “Tidak. Dia adalah orang yang sangat rajin berlatih. Bahkan saat pulang kampung pun, dia tetap berlatih di sana.”“Maka dari itu, Kak Moretti pergi ke rumah Laudrup untuk mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi,” lanjutnya.Lucas pun duduk di depan tempat latihan. “Semoga saja, dia baik-baik saja.”Sampai malam hari, kabar tentang Laudrup belum menemukan titik temu. Bahkan Moretti pun belum memberi kabar.Jam 9 malam, Moretti kembali. Namun tidak ada sosok Laudrup dalam rombongannya.“Bagaimana? Apakah kamu sudah
Lucas telah lama bermain di kubangan kotor. Jadi, dia tahu banyak tentang seluk beluk bisnis terlarang dan bagaimana cara mematikan kompetitor.Saat ini Lucas curiga jika Laudrup diambil secara kotor oleh sasana Dragon's Den. Iming-iming bayaran tinggi dan keuntungan lainnya adalah senjata.Tidak lama kemudian, Diego datang bersama dengan seorang karyawan keuangan sambil membawa tumpukan map dan juga laptop.Dari cepatnya mereka datang, bisa disimpulkan jika tidak ada yang ditutupi oleh mereka. Setidaknya hal ini sudah membuat Lucas senang.“Ini dia, Ketua. Semua data dalam satu tahun, ada di sini,” ucap Diego sambil meletakkan laptop di atas meja.Kemudian karyawan keuangan mengatakan beberapa tumpukan map di atas meja.“Kalau yang ini, data dari 2 tahun yang lalu, Ketua. Semuanya tersusun rapi di sini,” kata Diego.Lucas menganggukan kepalanya.“Tunjukkan kepadaku data-data di sini,” kata Lucas sambil menunjuk laptop.Diego langsung menghidupkan laptopnya dan menunjukkan data-data k
Petugas keamanan itu menatap tajam Nino. Dia merasa tersinggung karena telah ditantang.“Kamu mau melawanku? Jika kamu tidak mau membuka maskermu, pergi sana! Jika masih memaksa masuk, aku tidak segan-segan mematahkan kakimu!” ucap petugas keamanan itu.“Terserah saja!” ucap Nino.Kemudian Nino membalikkan badannya dan berjalan. Gaston pun melakukan hal yang sama.“Kurang ajar! Beraninya kamu melawanku!” Petugas keamanan itu menarik pundak Nino dengan keras, berusaha untuk membantingnya.Namun, Nino tidak tinggal diam. Dia malah balik menarik tangan petugas keamanan itu dan menyikut perutnya dengan keras.Buuuk!Petugas keamanan itu, matanya terbuka dengan sangat lebar sampai seakan mau lepas karena serangan itu sangat keras, membuatnya begitu kesakitan.Nino akan menghajarnya lagi tapi ditahan oleh Gaston.“Jangan! Ingat kita ke sini untuk apa!”Nino menahan pukulannya. Lalu dia melepaskan petugas keamanan itu.Gaston mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya dan menyelipkan ke kanton
Lucas melihat ke arah jam dinding dan menyadari jika sudah 2 jam Nino dan Gaston pergi ke sasana Dragon's Den. Dia pun menjadi merasa cemas.“Apa kamu sudah dapat kabar dari Nino?” tanya Lucas kepada Moretti.“Belum, Ketua. Dia masih belum menghubungiku,” jawab Moretti sambil mengecek ponselnya.Lucas termenung sejenak, memikirkan tentang apa yang terjadi.“Hubungi dia!” seru Lucas.Moretti mengangguk sambil berkata, “Baik.”Setelah itu, Moretti langsung menghubungi Nino lewat panggilan suara.Beberapa kali berdering, akhirnya panggilan suara itu dijawab oleh Nino.‘Bagaimana?’ tanya Moretti.‘Halo, Bos. Maaf aku belum menghubungimu. Aku dan Gaston terluka karena tiba-tiba dikeroyok oleh lebih dari 5 orang. Sekarang kami sedang di mobil dan baru akan pulang,’ ungkap Nino.‘Apa? Kalian terluka karena dikeroyok?’ Moretti terkejut.Moretti menatap Lucas dan menjelaskan kembali informasi yang diberikan oleh Nino.‘Iya, secara tiba-tiba saja kamu dikeroyok setelah keluar dari arena,’ teran
Tentu saja Lucas merasa bingung. Sebab yang dibicarakan oleh Gigio adalah tentang warisan. Tentu saja hari itu bukanlah ranahnya. Bahkan jika hanya diminta pendapat pun, akan bingung untuk menjawabnya.“Iya. Jadi aku masih sangat ragu untuk memberikan warisanku kepada Dario, anak pertamaku. Aku juga tidak bisa menurunkan posisiku sebagai kepala keluarga Bellucci kepada anakku itu, jika dia masih seperti ini,” kata Gigio dengan ekspresi wajah yang sedih. Lucas pernah berseteru dengan Dario beberapa waktu yang lalu. Namun ketika pertemuan berikutnya, pada saat Lucas bertarung di sasana Brotherhood, dia terlihat begitu baik dan sopan. Bahkan dia tidak terlihat seperti seseorang yang nakal dan tidak bisa diandalkan.“Memangnya ada apa dengan Dario? Kenapa kamu tidak bisa mempercayainya?” tanya Lucas.“Dia memiliki sifat yang cukup buruk. Gampang naik darah. Dan yang membuatku menjadi sangat ragu adalah sifatnya yang boros. Setiap malam dia selalu menghabiskan banyak uang hanya untuk berp
Lucas menatap Angeline dengan tenang setelah melontarkan pertanyaan itu.“Jika kamu memiliki perusahaan sebesar BQuality, apakah kamu akan merasa senang?”Angeline menatap Lucas dengan ekspresi bingung, lalu tertawa pelan.Lucas mengangkat alis. “Kenapa tertawa?”Angeline meletakkan cangkir kopinya di meja dan menghela napas. “Lucas, membangun perusahaan tidak semudah itu. Apalagi sebesar BQuality.”Lucas tetap diam, menunggu kelanjutannya.Angeline bersandar ke sofa, menatap langit-langit sebentar sebelum kembali menoleh ke arah Lucas.“Perusahaan sebesar itu butuh modal besar, jaringan luas, dan bertahun-tahun pengalaman. Aku tidak pernah terpikir untuk memiliki sesuatu seperti itu,” katanya dengan nada realistis.Lucas menyipitkan mata. “Siapa tahu suatu saat nanti kamu bisa.”Angeline tersenyum tipis. “Aku lebih suka realistis. Jika aku terlalu banyak berharap, aku hanya akan kecewa dengan ekspektasi yang kubuat sendiri.”“Itu menyakitkan, Lucas!” tutupnya.Lucas mengangguk kecil,
Lucas berjalan menuruni bukit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya terus bekerja.Dia tidak melihat gunanya menunggu Matteo, John, Luki, dan Ashton keluar dari istana Raja Verdansk. Tidak akan ada informasi berharga yang bisa didapat hanya dengan mengamati mereka dari kejauhan.Jika ingin mengetahui sesuatu, lebih baik langsung mencari sumbernya.Mata-mata organisasi Veleno adalah yang terbaik dalam bidang ini. Dan hanya ada satu orang yang bisa mengaturnya dengan baik, Julian.Lucas merogoh ponselnya, menekan tombol panggilan cepat.Nada sambung berbunyi beberapa kali sebelum akhirnya suara Julian terdengar di seberang.‘The Obsidian Blade.’Lucas langsung berbicara tanpa basa-basi. ‘Julian, aku butuh bantuanmu.’Julian terdiam beberapa detik sebelum menjawab, ‘Apa yang terjadi?’Lucas menghela napas singkat. ‘Matteo, John, Ashton, dan Luki baru saja mengunjungi istana Raja Verdansk dan mereka diterima di sana.’Julian langsung terkejut. ‘Apa? Raja Verdansk? Apa kau yakin, The Ob
Sam menelan ludah, tangannya mulai berkeringat. Tubuhnya gemetaran saat tatapan tajam Luki semakin dekat.Pemuda itu benar-benar tidak menyangka jika dia akan berhadapan dengan seseorang yang terlihat berbahaya seperti Luki.Luki melangkah dengan perlahan, sorot matanya seperti elang yang sedang mengunci mangsanya."Aku tanya sekali lagi," katanya dengan nada dingin. "siapa kamu?"Sam mencoba mempertahankan ekspresi tenangnya. Tapi suaranya sedikit bergetar saat menjawab, “Aku hanya kebetulan lewat. Aku sedang berjalan-jalan di sekitar sini.”Luki menatapnya lebih lama. Dia mengamati Sam dari atas ke bawah, mencari tanda-tanda yang mencurigakan.Lucas yang bersembunyi di balik pepohonan hanya bisa mengamati dengan tegang.Jika Sam melakukan kesalahan sedikit saja, dia akan mati di tempat.Detik berlalu dengan begitu lambat.Luki mengernyit, lalu melangkah lebih dekat hingga hanya berjarak satu langkah dari Sam.“Jalan-jalan?” Luki mendengus. “di tempat terpencil seperti ini?”Sam beru
Kesunyian yang melingkupi ruangan itu begitu mencekam. Aura kekuasaan Raja Verdansk terasa semakin menekan setiap detik yang berlalu.Dari singgasananya yang megah, sang raja menatap tajam ke arah dua pria yang berdiri di hadapannya. Tatapannya tidak menunjukkan emosi, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat John dan Matteo merasa seakan mereka sedang dihakimi.Bagi Raja Verdansk, pertemuan seperti ini adalah sesuatu yang membuang waktu. Dia tidak suka berbasa-basi, tidak tertarik mendengarkan keluhan orang lain. Tetapi, setelah mendengar laporan bahwa Matteo telah berusaha tujuh kali untuk menemuinya, rasa penasarannya sedikit terusik.Lagi pula, yang diketahui olehnya, Matteo bukan orang sembarangan. Dia adalah ketua Serikat Dagang, organisasi paling berpengaruh di Kota Verdansk dan menjadi salah satu lumbung pendapatannya.Namun, yang membuat Raja Verdansk akhirnya memutuskan untuk menerima pertemuan ini bukanlah karena kesetiaan Matteo, melainkan untuk memahami kenapa
Luki duduk dengan santai di ruang tamu, senyum tipis terukir di wajahnya. Dia baru saja mendapat kabar dari Matteo yang membuatnya senang dan penuh semangat.Di tangannya masih ada gelas berisi anggur merah. Dia menggoyangkannya perlahan, matanya menatap cairan itu dengan penuh antisipasi.Langkah kaki terdengar dari arah pintu masuk.Ashton baru saja pulang kerja, jasnya masih rapi, tetapi ekspresinya terlihat lelah. Begitu dia melihat Luki duduk dengan ekspresi mencurigakan, alisnya langsung terangkat.“Ada apa? Kenapa senyum-senyum seperti itu?” tanya Ashton sambil melepas jasnya dan menggantungnya di sandaran sofa.Luki meneguk sedikit anggurnya sebelum menjawab, “Kak, sesuatu yang hebat akan segera terjadi.”Ashton mengernyit. Dia tidak menyukai cara bicara Luki yang penuh misteri.“Apa maksudmu?” tanya Ashton.Luki tersenyum lebih lebar. “Balas dendam akan segera terlaksana.”Ashton langsung menegang. Pikirannya langsung tertuju pada satu nama.“Balas dendam kepada Lucas?” tanya
Lucas tetap berjongkok di balik semak-semak, matanya tidak pernah lepas dari istana mewah itu. Lampu-lampu temaram di sekeliling gedung menciptakan bayangan panjang yang bergerak pelan mengikuti tiupan angin malam.Di sebelahnya, Sam mulai gelisah. “Jadi … kita cuma akan diam di sini?” bisiknya.Lucas tidak menjawab. Pertanyaan itu telah ditanyakan oleh Sam sebelumya, jadi Lucas tidak perlu lagi untuk menjawab karena membuang-buang energi saja.Lucas masih mengamati setiap detail pergerakan di depan vila. Dia terpikir untuk mengambil beberapa foto dan video sebagai bukti.Namun saat ponselnya dikeluarkan, ada panggilan suara masuk. Tidak ada suara dan tidak ada getaran karena memang Lucas mengatur ponselnya agar sunyi. Dia tidak ingin ada gangguan saat sedang mengawasi Matteo dan John.Di layar ponselnya nama Troy terpampang di sana. Lucas mendesah pelan. Troy sudah meneleponnya sepuluh kali. Tanpa ragu, Lucas akhirnya menerima panggilan itu.‘Apa yang terjadi, The Obsidian Blade? Ke
Di balik bayangan pepohonan, Lucas tetap berjongkok dengan tenang. Matanya fokus pada vila besar di depan mereka, sementara di sampingnya, seorang pemuda bernama Samuel tampak gelisah.Samuel, atau yang biasa dipanggil Sam, masih tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia hanya seorang pengendara motor biasa yang tiba-tiba diseret ke dalam situasi ini.Sam menelan ludah, lalu berbisik, “Hei, kita sudah sampai di sini. Sekarang bisa jelaskan, kenapa kita mengikuti orang itu?”Lucas tetap diam, matanya tidak berkedip sedikit pun.Sam melirik Lucas dengan ragu. “Dengar, aku memang butuh uang, tapi aku tidak mau terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Kamu bahkan belum memberitahuku siapa pria yang kita ikuti.”Lucas akhirnya menoleh ke arah Sam, sorot matanya tajam dan dingin. Aura berbahaya keluar dari tubuhnya begitu saja, membuat Sam langsung merasa tidak nyaman.Jantung pemuda itu berdetak lebih cepat. Seolah-olah dia baru saja menantang seekor harimau di tengah hutan.“Ad
Pada awalnya Lucas ingin membiarkan Matteo pergi. Namun dia juga mengingat lagi tentang keresahan hatinya tentang Lucas bebepaa hati yang lalu.Lucas menatap jalanan yang macet dengan rahang mengeras. Matteo sudah menghilang dari pandangan mereka, dan itu membuat nalurinya berteriak.“Baiklah Troy. Kejar dia!” perintah Lucas dengan suara tegas.Troy tersenyum. Inilah yang diinginkan olehnya. Yaitu menghukum Matteo dengan keras.Tanpa membuang waktu, Troy pun langsung menginjak pedal gas, mencoba menyalip kendaraan di depannya.Awalnya dia cukup mulus untuk melewati mobil-mobil di depannya meski sedang padat. Namun pada akhirnya, kondisi jalanan tidak berpihak kepada mereka. Lalu lintas menjadi semakin pada sehingga tidak ada ruang untuk menyalip lagi.Terdengar klakson kendaraan bersahutan, menciptakan kekacauan di jalan utama kota Verdansk.Troy mengumpat pelan. “Sial. Mobilnya tidak terlihat lagi.”Lucas menyipitkan matanya, berusaha mencari tanda-tanda keberadaan Matteo. Dia tahu b
Di dalam kantornya, Matias membaca pesan dari Randy dengan ekspresi serius. Dia langsung menghubungi rekannya itu via panggilan suara.‘Apa maksudmu dengan ‘orang ini berbahaya’?’ tanya Matias tanpa basa-basi begitu Randy menjawab panggilan suaranya.Di seberang telepon, Randy mendesah. ‘Dia bukan orang yang bisa kita kendalikan. Dia dingin, profesional, dan tidak tertarik dengan tawaran apa pun. Hal ini terlihat jelas saat dia berkunjung ke divisiku.’Matias mengernyit. ‘Jadi kita tidak bisa melobinya? Atau hanya belum tahu saja celahnya?‘Sepertinya akan sulit,’ jawab Randy. ‘aku sudah mencoba mengajaknya makan malam untuk mengenalnya lebih jauh, tapi dia langsung menolak dengan tegas seperti dia tahu apa rencanaku. Dia bukan tipe yang bisa dijebak dengan cara biasa.’Matias menyandarkan tubuhnya ke kursi, berpikir dengan keras.‘Hmmm … jalau begitu, kita harus tahu apa yang membuatnya bergerak,’ kata Matias akhirnya. ‘aku akan mencari tahu berapa gaji dan bonus yang dia dapat setia