Peter mencoba menenangkan diri, meskipun napasnya terasa lebih berat dari biasanya. Dia tahu satu hal dengan pasti, Lucas bukan orang yang bisa diajak main-main.Dengan nada yang dibuat setenang mungkin, Peter mengangkat tangannya sedikit, menunjukkan bahwa dia tidak memiliki niat buruk. "Lucas, kita semua orang dewasa di sini. Aku yakin kita bisa menyelesaikan ini tanpa membuat keributan. Lagipula, kami membawa sesuatu yang menguntungkan.”Lucas tetap diam.Matanya tidak berkedip, menatap Peter seolah pria itu hanya serangga kecil yang siap dia injak kapan saja.Magdalena, yang duduk di sebelah Peter, mencoba ikut campur. "Lucas, dengarkan —”Lucas mengangkat satu tangan, menghentikannya.Tatapannya begitu tajam hingga Magdalena bisa merasakan jantungnya berdebar kencang."Aku tidak tertarik mendengar ocehanmu, Magdalena," suara Lucas begitu dingin, penuh ancaman. "sudah terlalu banyak masalah yang kamu buat. Kalau bukan karena Albin, kamu sudah lama lenyap dari dunia ini sejak lama!
Lucas masih berpikir kalau nilai itu terlalu tinggi. Dia mencoba untuk menekan harganya lagi."Tunggu!” seru Lucas.“Apalagi?” tanya Magdalena, kesal karena menjadi semakin lama.“Itu terlalu mahal!” kata Lucas."Itu harga yang pantas." Magdalena menjawab santai, jemarinya memainkan kalung di lehernya. "bukti video Dario menaruh narkoba di tas Angeline tidak murah." "Aku tahu. Tapi menurutku itu terlalu mahal untuk ukuran sebuah video.""Tidak ada yang mahal untuk sebuah bukti asli dan valid."Peter mengangguk mengiyakan perkataan Magdalena. Dia melihat Lucas yang tampak memerah mukanya. "Dan ini satu-satunya bukti yang bisa membebaskan Angeline."Lucas mendesis. "Kalian pikir aku bodoh? Video tiga menit dihargai lima ratus juta?" Dia mencebik tak percaya. "kalian benar-benar keterlaluan.""Tiga menit yang bisa menyelamatkan nyawa Angeline dari penjara." Peter meletakkan cangkir kopinya. "atau kamu lebih suka Angeline menghabiskan dua puluh tahun di balik jeruji?"Magdalena tersenyum
Lucas menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau melakukan hal lebih kepada Magdalena. Meskipun dia baru kenal dan tidak terlalu dekat, namun dia menghormati Albin, kakaknya Magdalena. Oleh sebab itu, dia tidak akan melenyapkan wanita itu.“Sudah cukup, itu saja. Kamu cukup lenyapkan Peter dan buat Magdalena trauma saja,” ucap Lucas.Troy mengangguk seraya berkata, “Baik. Aku akan melaksanakannya.”Troy kemudian menyerahkan kunci mobil kepada Lucas.“Pakai mobilnya. Aku akan pulang dengan mobil istriku,” kata Lucas.“Baik, The Obsidian Blade,” ucap Troy.Troy pun bergegas menuju ke mobil. Lalu dia menyalakan mesin mobilnya dengan gerakan santai, tetapi matanya tetap mengawasi pergerakan Magdalena dan Peter yang berjalan ke arah mobil mereka di parkiran depan.Dengan satu ketukan di earpiece-nya, dia menghubungi rekan-rekannya dari organisasi Veleno."Ada tugas yang diberikan oleh Raja Mafia,," kata Troy, serius.Suara berat dari seberang menjawab, "Tugas? Apa itu?”"Peter. Hapus dia. Dan
Kata-kata yang keluar dari mulut Lucas itu membuat Angeline bergetar. Bulu-bulu halusnya bangun.Angeline menatap Lucas dengan ekspresi serius. "Lucas … apa yang akan kau lakukan pada Dario?"Lucas tidak langsung menjawab. Matanya tetap menatap ke depan, meskipun mesin mobil sudah dimatikan.Angeline menghela napas, lalu berkata pelan, "Aku tahu ini tidak mudah untukmu. Dario adalah anak Gigio, dan aku tahu dia temanmu. Jadi, kamu tidak perlu membelaku terlalu jauh. Sebab, aku rasa, dengan video ini, semuanya telah selesai.”Lucas tetap diam. Dia tidak bisa menanggapi perkataan Angeline itu.Angeline menatapnya lebih lama. Lalu dia kembali berkata, "Aku tidak mau kamu membalasnya dengan cara yang berlebihan. Yang terpenting nama baikku akan segera pulih.”Lucas akhirnya menoleh ke arah Angeline. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tetapi matanya penuh ketegangan."Apa maksudmu dengan berlebihan?" tanya Lucas.Angeline menghela napas panjang. Lalu dia berkata, “Aku tidak ingin kamu melakuka
Peter membuka pintu dengan perlahan, matanya tetap tertuju pada pria yang berdiri di luar.Rico, menunduk sedikit seakan merasa tidak enak. Lalu dia berkata, "Terima kasih banyak, ini benar-benar darurat. Aku hanya butuh sedikit air."Peter mendengus. "Berikan botolnya."Dia mengulurkan tangan untuk mengambil botol itu. Namun, saat jarinya hampir menyentuh plastik bening tersebut, sesuatu terjadi.Duuaarrr!Tiba-tiba, Troy dan Leo menerjangnya dengan kekuatan penuh.Pintu langsung terdorong lebar, dan Peter terhuyung ke belakang."Sialan!" Peter mengumpat, mencoba menjaga keseimbangannya.Troy tidak memberi Peter kesempatan untuk melawan. Dengan satu gerakan cepat, Troy mengayunkan kakinya dan menendang Peter tepat di dada.Buk!Peter pun terlempar ke lantai dan menabrak meja di ruang tamu. Gelas anggur Magdalena jatuh dan pecah berkeping-keping."Apa-apaan ini!?" Magdalena berteriak, langsung berdiri dengan panik melihat kejadian itu.Rico mengunci pintu dengan cepat agar Peter dan M
Magdalena berusaha merangkak mendekati Peter, tetapi Rico mencengkeram lengannya dan menariknya mundur. Wanita itu menjerit, matanya penuh ketakutan."Tolong! Jangan lakukan ini!" ucap Magdalena, suaranya bergetar, penuh kepanikan. "aku bersumpah, kami tidak akan mengganggu Lucas lagi! Aku tidak akan pernah menyinggungnya lagi!"Troy menatapnya tanpa ekspresi. Pisau lipatnya berkilat di bawah cahaya lampu. "Sayangnya, permintaan maaf tidak mengubah apa pun.""Tolong! Aku mohon!" Magdalena berusaha melepaskan diri, tetapi Rico menahannya dengan mudah.“Seharusnya kalian berpikir sebelum bertindak!” ucap Troy.“Aku akan melakukan apapun, tolong ampuni kami!” mohon Magdalena.Troy menghela napas panjang, lalu menoleh ke Peter yang masih terkapar di lantai, darah mengalir dari hidung dan bibirnya. Pria itu menatapnya dengan mata yang penuh amarah, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk melawan."Aku akan membuat ini cepat," kata Troy pelan.Lalu, tanpa ragu, dia mengangkat pisaunya dan menus
Albin menatap Magdalena yang tergeletak di depan pintu rumahnya dengan mata penuh ketidakpercayaan.Tubuhnya terikat, wajahnya babak belur, dan air mata masih mengalir di pipinya.Sesaat, Albin hanya bisa berdiri diam.Jantungnya berdetak cepat.Dia sudah melihat banyak kekerasan dalam hidupnya, tetapi melihat adiknya sendiri dalam keadaan seperti ini … sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.Dengan cepat, dia berlutut dan menarik lakban dari mulut Magdalena.“Argh …!” Magdalena meringis, bibirnya pecah dan berdarah.Albin kemudian membuka ikatan di pergelangan tangan dan kakinya. Setelah semua lepas, Magdalena langsung memeluk kakaknya dan menangis tersedu-sedu.Albin tetap diam, membiarkannya menangis selama beberapa saat.Setelah tangisnya mulai mereda, Albin mendorong tubuh Magdalena sedikit ke belakang dan menatapnya tajam."Siapa yang melakukan ini?" tanya Albin.Magdalena menunduk, terisak.Albin mencengkram bahunya lebih kuat. Lalu, dia berkata, "Jawab aku, Magdale
Lucas menatap Albin dengan ekspresi datar, tetapi matanya menunjukkan sesuatu yang lebih dalam, ketegasan yang tidak bisa digoyahkan."Kamu ingin tahu kenapa adikmu dihukum?" kata Lucas, suaranya tenang tetapi penuh tekanan.Albin mengangguk, rahangnya mengeras. “Ya, tentu saja. Sebab, Magdalena tidak mau menjelaskannya kepadaku.”Lucas mengambil napas panjang, lalu berkata, "Magdalena meminta 500 juta dari Angeline sebagai tebusan untuk video yang bisa membersihkan namanya. Sebuah video yang seharusnya langsung dia berikan jika dia benar-benar ingin menegakkan kebenaran."Albin terkejut, namun dia diam, memberikan kesempatan bagi Lucas untuk menjelaskannya lebih detail.Lucas melanjutkan, suaranya semakin dingin. "Tapi dia tidak hanya berhenti di situ. Cara dia dan Peter bermain kotor sudah berulang kali terjadi. Mereka menjadikan ini sebagai permainan, bukan sekadar transaksi. Mereka menikmati melihat orang lain tersiksa."Albin mengepalkan tangannya di atas lututnya.Lucas menyipit
Angeline melipat lengannya, bersandar di kepala ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang temaram. Lucas masih memegang ponsel yang tadi bergetar.Kini nama Jeremy sudah tidak lagi terlihat di layar, tapi bayangannya masih menggantung di kepala mereka.“Dia makin lama makin mengganggu,” ucap Angeline dengan nada tidak suka.Lucas menoleh ke arahnya. “Dia melakukan apa lagi?”“Dua hari ini dia datang menemuiku,” jawab Angeline, suaranya tenang namun mengandung penekanan emosi. “dia bilang ingin membantuku menyelesaikan masalah dengan Carlos dan teman-temannya.”Lucas mengernyit. “Membantu? Dengan cara apa?”Angeline menghela napas, menatap Lucas sebentar lalu menunduk. “Katanya, dia bisa menghentikan Carlos agar tidak memviralkan kasus itu. Tapi dengan satu syarat.”Lucas menyandarkan punggung, tangannya terlipat di dada. “Syarat?”“Dia minta aku membantu menyelamatkan perusahaan Liquid,” jawab Angeline pelan. “dia bilang perusahaan di ambang kebangkrutan dan membutuhkan proyek b
Ponsel Jeremy bergetar di tengah hingar bingar musik klub malam. Lampu disko menyinari wajahnya dengan warna-warni menyilaukan, tapi ia tetap bisa membaca nama yang muncul di layar.Carlos.Dengan senyum kecil, Jeremy menerima panggilan itu dan menempelkan ponsel ke telinganya. Dia sudah menduga jika Carlos menghubungi karena dia setuju untuk menyerahkan masalah mereka kepadanya.‘Akhirnya kamu menghubungiku juga,’ kata Jeremy dengan ringan.‘Aku ingin bertemu denganmu. Kalau bisa sih, sekarang,’ jawab Carlos tegas.Jeremy melirik sekeliling. Musik EDM masih menggelegar.‘Hmmm … aku sedang di Imperial Room, klub malam di pusat kota. Kalau kamu mau bicara, datang saja ke sini,’ kata Jeremy.‘Baiklah, kalau begitu aku akan segera ke sana,’ kata Carlos.Setelah itu dia pun mengakhiri panggilan suara.Jeremy menaruh ponselnya ke atas meja dengan tawa lepas. “Aku tidak pernah gagal. Aku adalah seorang pemenang!” ucap Jeremy, berbangga diri. Dia pun memeluk seorang teman wanitanya, tapi bu
Langkah kaki Lucas menyusuri jalan yang sepi, meninggalkan jejak di rumput. Panggilan dari Angeline beberapa menit lalu masih membekas di benaknya. Nada suaranya terdengar tenang, tapi Lucas tahu, terlalu tenang justru menyembunyikan sesuatu.Rajendra m kembali ke rumah ibunya dan langsung menuju ke ruang keluarga. Di sana, ibunya sedang duduk santai di sofa sambil menonton tayangan ulang sinetron klasik. Volume televisi tak terlalu keras, namun cukup untuk mengisi kesunyian rumah mewah itu.Rose menoleh begitu melihat Lucas masuk. “Dari mana saja kamu, Nak?”Lucas menyandarkan tubuh di sandaran sofa. “Dari danau. Sekadar jalan-jalan.”Rose memiringkan kepala. “Ah, kamu benar. Udara di dekat danau, memang sangat bagus.”Lucas menoleh. “Ibu ingin ikut jalan-jalan?”Wajah Rose langsung berubah berseri. “Kalau boleh, aku ingin. Badanku rasanya kaku sekali. Dulu waktu kita masih tinggal di gang kecil, aku bolak-balik ke pasar. Masak buat dijual. Bergerak terus. Tapi sejak tinggal di sini,
“Apakah musuhmu itu bernamaLucas?” bisik Emilio lagi, kali ini lebih pelan, nyaris seperti gumaman yang tercampur rasa tidak percaya.Xena hanya menjawab dengan anggukan kecil.Tatapan Emilio mengeras. Dia bersandar ke sofa, memandangi Xena dalam diam. Beberapa detik kemudian, dia berkata, “Kalau benar kita punya musuh yang sama, artinya pria itu memang tidak biasa.”Hector melirik Emilio. “Don Emilio, apa kau yakin?”Emilio mengangguk pelan, meski sorot matanya tidak menunjukkan keyakinan yang sepenuhnya bulat. “Dia membunuh dua ketua cabang organisasi kami di kota Verdansk. Dalam waktu yang berdekatan.”Xena menatap Emilio tajam. Lalu dia berkata, “Dia juga telah membunuh keponakanku. Dan itulah kenapa aku menganggap dia sebagai musuhku.”Ruangan itu kembali sunyi. Emilio mencoba mengingat siapa saja keponakan Xena yang diketahui dalam lingkaran dunia bela diri. Tak banyak. Dan jika salah satunya tewas di tangan Lucas…“Apa? Dia membunuh keponakanmu?” tanya Emilio.Xena menatapnya.
Langkah kaki ringan namun tegas terdengar mendekati aula utama markas organisasi Dominus Noctis. Aroma wewangian bunga magnolia mengalir lebih dulu, seolah menandakan kehadiran sosok luar biasa.Pintu dibuka oleh pengawal, dan masuklah seorang wanita.Tubuhnya tegap namun elegan. Rambut hitam berkilau digulung anggun di atas kepala. Wajahnya tidak muda, namun tiap lekuk dan guratannya memancarkan ketegasan serta keanggunan yang menakjubkan. Sepasang mata tajam menyorot sekeliling dengan rasa percaya diri yang luar biasa.“Xena,” ucap Don Emilio dengan nada hampir tak percaya.Ia langsung berdiri. Tatapannya berubah dari dingin menjadi hangat seketika, seolah beban puluhan tahun menguap begitu melihat wanita itu.Xena tersenyum saat melihat Emilio. “Masih mengenaliku?” tanya Xena.“Mana mungkin tidak mengenalimu?” Emilio melangkah cepat mendekati, lalu memeluk Xena dengan erat. “Tuhan. Ini benar-benar kamu. Sudah berapa lama sejak kita terakhir bertemu?”“Hmmm … dua puluh tahun, mungki
Carlos mengernyit. “Perjanjian kecil macam apa?”Jeremy menepuk lututnya pelan dan tersenyum seolah tengah menawarkan harta karun dengan nominal tak terhingga.“Aku ingin kalian berlima bergabung ke perusahaan Liquid. Perusahaan keluargaku,” ucap Jeremy dengan nada meyakinkan. “kalian akan langsung bekerja, punya jabatan, dan tentu saja, kalian akan mendapatkan uang besar.”Fabian langsung mendecak. “Perusahaan Liquid? Perusahaan kecil itu? Serius?”Jeremy tak tersinggung. Malah tertawa pelan. “Aku tahu kalian akan berkata begitu.”“Kami dipecat dari perusahaan raksasa,” sahut Fabian lagi. “sekarang kamu suruh kami balik ke perusahaan gurem yang bahkan belum pernah kami dengar di berita lokal? Aku tidak mau mengakhiri karirku di lubang sumur.”Jeremy mengangkat tangan sambil berkata, “Tenang dulu. Ini baru awal. Aku belum selesai bicara.”Lucca menyipitkan mata. “Jadi maksudmu bagaimana?”Jeremy menatap ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang penasaran. Lalu dia berkata dengan pelan,
Jeremy menelan ludah, pandangannya terombang-ambing antara Lucas dan Gigio. Aura tekanan di sekeliling terasa seperti dinding tak terlihat yang siap menekuk tubuh siapa pun yang berkata salah.“Aku, tentu saja aku tidak memanfaatkan situasi,” kata Jeremy akhirnya dengan suaranya yang bergetar tipis. “aku datang ke sini karena ingin membantu. Tapi aku tidak punya kekuatan apa pun untuk bertindak tanpa persetujuan Angeline. Karena itu, aku datang ke kamu. Kupikir, kalau kamu bicara, dia akan mendengarkan.”Lucas tetap berdiri, menatap Jeremy seolah menilai setiap gerak napasnya.“Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk menghentikan Carlos? Apa rencanamu?” tanya Lucas.Jeremy menarik napas panjang. Kali ini dia merasa punya pijakan.“Aku akan bicara dengan Carlos secara langsung. Aku akan memberinya beberapa opsi penawaran damai,” terang Jeremy. “aku akan berusaha membujuknya untuk membatalkan rencananya dan menerima keputusan Angeline yang memecat mereka.”Lucas menyipitkan mata. “Dan kam
“Darimana kamu dapat info kalau Dario ada di sana?” tanya Lucas. Suaranya terdengar tenang. Tapi bagi mereka yang mengenalnya, itu bukan suara biasa. Itu adalah suara yang mengandung ancaman tersembunyi, dingin, tajam, dan siap menebas jika perlu.Gigio tahu itu.Dia menarik napas pendek, lalu menjawab hati-hati. “Aku menyewa detektif pribadi.”Lucas mengangguk sekali. Sorot matanya tidak bergeser dari wajah Gigio.“Detektif itu bilang mereka menemukan jejak Dario di sebuah rumah di selatan ibukota provinsi Everdale. Katanya dia tinggal di sana, diam-diam.”Lucas menyilangkan tangan di dadanya. “Apakah kamu sudah memeriksa rumah itu?”Gigio menatap Albin sekilas, lalu kembali menatap Lucas. “Sudah. Tapi rumah itu kosong. Tidak ada jejak Dario. Sepertinya mereka sudah pergi sebelum kami tiba.”Lucas tertawa pelan, lalu mengangguk dua kali. “Kamu menyewa detektif bodoh, Gigio.”Gigio mengerutkan kening. Tapi dia menahan diri untuk tidak tersinggung.Lucas melanjutkan, “Orang seperti Dar
“Aku tidak mau memikirkan hal ini sekarang,” ucap Angeline pelan namun tegas, sambil berdiri dari kursinya. “masih banyak pekerjaan yang lebih penting dan mendesak.”Jeremy menatapnya dengan ekspresi kecewa.“Angeline, kamu tidak bisa menganggap remeh masalah ini. Carlos dan keempat temannya tidak main-main,” tekan Jeremy, berjalan dua langkah mendekat.Angeline memutar tubuhnya, menatap langsung ke arah Jeremy. “Pak Jack Will tidak akan memecatku hanya karena lima orang pecundang yang sakit hati. Aku sudah menyelamatkan banyak proyek dan menjadikan BQuality tumbuh. Fakta itu tidak bisa dibantah hanya dengan satu video viral.”Jeremy tersenyum sinis. Lalu dia berkata, “Kamu benar-benar mulai sombong, ya. Sudah merasa tak tersentuh hanya karena jabatan?”“Bukan soal jabatan, tapi soal kebenaran,” potong Angeline.“Kalau begitu, jangan salahkan aku saat kamu jatuh tersungkur. Karena kesalahanmu akan segera mengejarmu!” seru Jeremy dengan emosi yang mulai memuncak.“Silakan keluar,” ujar