Malam semakin larut, Aldrich menatap pada Leya yang saat ini belum tertidur.Aldrich heran pada istrinya itu, bagaimana mungkin istrinya itu rela begadang hanya untuk mengurus anak orang lain."Sudahlah Leya, simpan saja bayi itu" ujar Aldrich."Rezha tidak mau turun, tuan, mungkin dia masuk angin" sahut Leya.Satu tangan Leya menepuk nepuk pantat Kenan, sebuah kebiasaan untuk Kenan jika tidak bisa tidur maka Leya akan menepuk pelan pantatnya.Tidak ada fungsi gunanya, hanya saja itu sangat berlaku untuk Kenan yang sering susah tertidur.Aldrich merasa kasihan pada istrinya itu, dia mengambil alih Kenan, Aldrich menepuk pelan pantat Kenan."Aku bilang juga apa, berikan saja anak itu pada Rayandra" ujar Aldrich."Tuan, aku takut bayi ini di siksa, apa lagi aku sudah terlanjur jatuh cinta pada bayi ini"."Kita kan bisa membuat bayi, aku sehat Leya, dan kamu juga sehat kan" tanya Aldrich."Ya aku tau, tapi tuan butuh waktu lama untuk membuat seorang bayi".Aldrich tersenyum menatap pada
"Tuan tehnya" ujar Leya.Tangan Leya menarik Tasya yang saat ini ada di pangkuan suaminya, Tasya terlihat sangat kesal sekali pada Leya.Namun, Leya berhak melakukan hal itu karena Leya sekarang adalah istri Aldrich."Jangan di biarkan nanti dingin" ujar Leya sambil menatap tajam pada Tasya.Aldrich tersenyum saat melihat Leya cemburu, dia suka pada ekspresi wajah Leya yang ketus dan datar itu.Saat Tasya ingin mendekat lagi pada Aldrich, dengan cepat Aldrich bangkit dari sana dan mendekat pada Kenan yang baru saja turun dari lantai atas."Sudah bangun Ken" tanya Aldrich."Papah, kata mamah saat bangun tidur harus berdoa, aku lupa doanya" ucap Kenan.Aldrich sangat awam pada masalah itu, dia hanya tersenyum dan mengusap kepala Kenan."Kalau kamu tidak tau, ucapkan saja bismillah" ucap Aldrich."Oh".Tasya seolah hilang rasa malunya, dia mendekat pada Leya yang saat ini tengah memasak.Van merasa sangat curiga pada Tasya yang tiba tiba ada di sana dan mencoba menggoda Aldrich.Van meli
"Baik, aku kasih kamu pilihan. Mau mengaku atau aku penjarakan kamu?"Ririn menatap pada Aldrich yang terlihat sangat menakutkan. Bagaimana tidak tatapan Aldrich seolah mengintimidasi Ririn yang sejak tadi menyembunyikan sesuatu."Tapi, saya tidak melakukan apa pun!"Ririn mendekat pada Leya yang hanya berdiri di sana."Leya, aku tidak melakukan apa pun. Tolong percaya padaku?" Ujar Ririn.Leya bingung. Dia bahkan tidak tau siapa yang salah dan siapa yang benar.Leya hanya menatap pada suaminya yang saat ini menatap juga padanya."Aku punya bukti kalau kamu pelakunya," ujar Aldrich.Ririn mendekat pada Leya yang saat ini hanya berdiri saja di sana tanpa tau ada apa sebenarnya."Maafkan aku. Leya, tolong maafkan aku?" Ririn memegang tangan Leya."Ada apa, Rin?" Tanya Leya."Aku ngaku, Aku yang melakukan ini. Tapi aku ada alasannya!" Ujar Ririn."Alasan apa?" Tanya Aldrich."Itu semua aku lakukan karena aku suka sama anda, tuan Al.""Aku?" Aldrich bingung dengan ucapan Ririn."Tapi kena
"Aldrich....""Tante?" Aldrich bingung menatap pada Tante dia yang sudah lama tidak bertemu dengannya.Wanita paruh baya itu langsung memeluk Aldrich, hanya helaan nafas yang Aldrich lakukan saat tantenya memeluk dia."Tante, mau apa Tante di sini?" Tanya Aldrich melepaskan pelukannya."Tante selalu datang kesini. Makan itu? makam itu adalah makan paman kamu." Ujar tante.Aldrich terkejut. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang dalam menghadapi semua ini.Rasanya ingin sekali Aldrich menggali makan itu dan memberikan air keras pada jasad pamannya. dengan begitu, dia bisa memanjang jasad pamannya yang sudah berbuat salah padanya.Saat ini, yang paling curiga itu adalah Leya. dia tau kalau Aldrich pernah membunuh pamannya. Satu hal, yang Leya takutkan kalau paman yang di maksud adalah paman yang katanya makamnya di sana."Astaghfirullah.. bicara apa aku ini." Leya membatin.Malam harinya...Di Villa. Saat ini semua orang yang ada di sana tengah makan bersama.Tidak lupa Tasya juga ada di
Hari ini, Granida benar benar datang ke Villa Aldrich yang ada di dekat pegunungan.Granida datang hanya karena dia mendapatkan undangan dari teman lamanya itu.Dengan langkah perlahan tapi pasti Granida masuk ke Villa Aldrich.Anak buah Aldrich menatap tajam pada kedatangan Granida.Namun, bukan itu saja. Kedatangan Granida ke sana juga turut serta membawa Arsyila.Semua yang sejak lama dia pendam, harus di ketahui temannya sekarang.TokkTokkSeorang wanita membukakan pintu Villa yang besar nan mewah itu."Mau cari siapa?" Tanya Tasya yang baru saja membukakan pintu."Apa Aldrich ada di rumah?" Tanya Granida."Silahkan masuk." Titah Tasya.Granida dan Arsyila duduk di sofa yang sangat mewah itu.Saat ini Leya baru saja keluar dari dapur sambil menggenggam bayi Rezha."Tante!" Teriak Arsyila terlihat binar bahagia di wajahnya saat bertemu kembali dengan Leya."Hy, kamu Arsyila kan?" Tanya Leya mengusap kepala Arsyila yang sekarang mendekat padanya."Tante, bayi siapa itu?" Arsyila be
Tante Sinta menatap pada Leya yang saat ini tengah mengasuh bayi Rezha.Ada sesuatu yang harus Sinta lakukan pada Leya."Leya!" Panggil Sinta sambil mendekat pada Leya.Leya tersenyum menatap pada Sinta."Ada apa Tante?" Tanya Leya."Aku bingung sama kamu, Leya. Kamu itu cantik loh, kenapa harus milih Aldrich?" Tanya Sinta."Tante, pernikahan aku dan tuan sebenarnya mendadak dan terpaksa. Namun, seiring berjalannya waktu. Akhirnya kami bisa saling dekat." Jawab Leya jujur.Sinta tersenyum dalam hatinya dia tau alasan mereka bersama, Karena dalam pemikiran Sinta. Tak mungkin Aldrich mau pada wanita seperti Leya yang notabenenya Leya berbeda agamanya dengan Aldrich."Kamu pasti tau kan, bagaimana Aldrich? Pekerjaannya misal." Tanya Sinta.Leya menggelengkan kepalanya."Aku tidak tau Tante, tapi aku sangat ingin tau." Ucap Leya."Sekali kali kamu ikutin Aldrich, saat dia pergi. Tante yakin, kamu pasti akan tau apa pekerjaan Aldrich." Sinta membuat Leya semakin penasaran akan pekerjaan Ald
Leya mendekat pada Aldrich yang terlihat sangat marah padanya, padahal Leya tidak salah apa apa."Tuan!" Sahut Leya setelah sekian lama mereka hanya saling diam."Hmm." Aldrich bahkan tidak menatap pada Leya.Leya hanya terdiam saja, dia tau betul kalau suaminya itu tengah marah padanya.Leya mengambil ponselnya yang saat ini ada di atas meja.Ada beberapa pesan dari Danan yang membuat Leya terkejut.{Leya, suami kamu marah ya?}{Tolong maafkan aku, tapi jujur Leya, aku suka sama kamu!}Leya terkejut dia langsung menghapus pesan itu takutnya Aldrich akan melihat pesan yang baru saja Danan kirimkan."Mamah!" Kenan datang ke sana."Sayang, baru pulang?" Tanya Leya."Ya, aku main sama teman teman di rumah Nenek." Ujar Kenan."Mandi dan makanlah, Ken." Titah Aldrich."Ya pah." Kenan pergi dari sana untuk mandi.Leya gelisah karena Aldrich malah semakin mendiaminya seperti itu."Tuan!" Leya mendekat pada Aldrich."Marah?" Tanya Leya.Tatapan matanya menyoroti Leya dengan tajam. Namun, Leya
Leya membawa bayi Rezha ke rumah orangtuanya, Aldrich tidak menyimpan rasa khawatir karena sekarang mereka ada di kampung yang sama, pikir Aldrich.Leya menatap seorang gadis yang saat ini berjalan ke arahnya, jalanan itu terlihat sangat sepi karena hari masih siang.Dan warga di sana dominan bekerja. jadi, jarang warga yang berlalu lalang di sana."Kak! Bisa tolong aku?" Tanya wanita cantik itu mendekat pada Leya."Ada apa?" Tanya Leya yang saat ini menatap wanita itu dari atas sampai bawah."Kak, aku sedang mencari seseorang." Ujarnya."Kamu bukan orang sini?" Leya bertanya dengan tatapan mengintimidasi."Ya, aku datang karena ingin mencari teman aku. Namanya Tasya, siapa tau Kakak pernah melihatnya?" Sahut wanita itu sambil memperlihatkan foto Tasya pada Leya."Oh Tasya, dia pelayan di Villa tuan aldrich." Jawab Leya.Alangkah terkejutnya Risa saat mendengar hal itu. Ya, wanita cantik yang datang itu adalah Risa yang sudah di tugaskan oleh Rayandra untuk mengambil bayi Rezha.Namun
Hari ini adalah hari pernikahan Granida dan Clara, mungkin sudah lima hari sejak Aldrich pingsan, Granida berharap kalau Aldrich bisa datang tapi sayangnya Aldrich masih pingsan dan sepertinya kondisinya kurang baik sekarang.Kata Dokter, kesehatan Aldrich semakin menurun apa lagi tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh Aldrich, bahkan Aldrich tidak bergerak sama sekali di atas tidur.Granida juga meminta Leya untuk datang tapi sayangnya Leya tidak akan datang karena dia cemas pada kondisi Aldrich, sekarang saja Aldrich tengah dirawat di rumah sakit ternama, kabarnya Leya dan Emly sering kali terlibat sebuah pertengkaran yang membuat keduanya salah paham.Van sudah kehabisan akal untuk memisahkan Leya dan Emly apa lagi ada Sinta juga yang menjadi pendukung Emly, keadaan keluarga itu sekarang sangat kacau. Tapi Granida juga tidak bisa melakukan apa pun, dia tadinya ingin menunda pernikahannya, tapi tidak mungkin karena persiapannya sudah selesai.Granida sudah mengucapkan janji suci
Emly sejak tadi menangis dan mengadu pada Sinta tentang masalah yang baru saja dikatakan oleh Van padanya, Emly merasa kalau dia tidak salah bahkan dia juga merasa kalau Sinta juga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu pada Aldrich."Kamu percayakan sama Tante?" tanya Sinta memastikan kalau Emly masih berada di pihaknya.Emly menganggukan kepalanya karena memang dia sangat percaya pada Sinta."Tante, aku gak suka Leya berkata seperti itu pada Tante, jahat sekali mulutnya." Emly mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan membasahi pipinya."Sudahlah lagian Tante juga tau kalau Leya memang sangat membenci Tante sejak pertama Tante datang kesini," ucap Sinta."Aku akan buat perhitungan padanya!" geram Emly. Tangannya terkepal kuat karena emosinya yang dia tahan.Emly langsung keluar dari kamar Sinta, dia akan menuju ke kamar Leya. Sekarang Emly sudah sangat marah pada Leya apa lagi dalam pikiran Emly, yang salah itu adalah Leya karena Leya sudah mengijinkan Aldrich pergi pada
Van akhirnya bisa menemui Leya, dia akan memberi tahukan semuanya pada Leya, tapi sayangnya saat Van akan masuk ke kamar Aldrich terlihat kalau diluar ada Sinta yang tengah menelpon seseorang.Van merasa semakin curiga apa lagi Sinta berbicara dengan berbisik-bisik di telponnya."Apa jangan-jangan dugaan aku ini benar? Tante Sinta yang melakukannya? Jahat sekali dia!" geram Van.Van masih memantau Sinta hingga Sinta pergi dari sana dan sekarang adalah saatnya Van untuk masuk kedalam dan membicarakan semuanya pada Leya.Setelah semuanya terbongkar Van tak akan melakukan apa pun pada Sinta hanya saja Van mau Sinta merasakan apa yang Aldrich rasakan."Aku mencurigai Tante Sinta." ujar Van sambil menganggukkan kepalanya karena dia yakin dengan ucapannya itu."Kenapa kakak begitu yakin?" tanya Leya yang sebenarnya senang sekali karena Van akhirnya menyadari hal itu."Aku merasa kalau dia terlibat sangat aneh," papar Van.**Aldrich menatap pada tantenya yang baru saja pulang entah dari man
"Aku kurang tau. Tapi aku mencurigai seseorang!" "Siapa?" sela Leya. "Aku curiga pada Tasya." ujar Van. Leya menganggukan kepalanya. Tapi dia tidak percaya kalau Tasya yang akan melakukan hal itu, apa lagi dia tau sekali kalau Sinta yang melakukannya, hanya saja Leya tak bisa bicara sekarang karena Van pasti akan mengklaim kalau Leya memfitnah Sinta. "Apa jangan-jangan, Nyonya Sinta." ucap Saga yang langsung menatap Van dan Leya. "Hah, jangan memfitnah Saga. Kau tak punya bukti!" Van berucap dengan nada ketus. "Aku memang tak punya bukti, tapi dari racun itu menunjukan kalau obat itu tidak ada di apotek mana pun. Dan Nyonya Sinta dulunya pernah bekerja di rumah sakit, bisa saja dia meracik obat itu sendiri." ungkap Saga mengungkapkan semua kejanggalan yang dia rasakan. "Bisa jadi, tapi kita gak punya bukti." bantah Van. "Kak Van, kita bisa punya bukti kalau kita bisa bekerja sama." Leya berucap dengan penuh harap, Leya tak bisa menemukan bukti sendirian makannya dia
"Kata anak buah ku, Tasya diusir dari villa Aldrich." ujar Rayandra pada istrinya Risa. Risa menatap pada suaminya yang saat ini terlihat sangat kacau, Rayandra baru saja pulang dari pekerjaannya dan sepertinya Rayandra mempunyai masalah yang berat, tapi dia tidak bicara pada Risa. Risa mendekat pada suaminya, Risa memegang tangan Rayandra. "Ada apa?" tanya Risa. Rayandra menggelengkan kepalanya. "Tidak, bagaimana keadaan anak kita?" tanya Rayandra mengusap perut Risa yang masih sangat rata. "Sepertinya baik-baik saja." jawab Risa. Risa mendengar Rezha yang saat ini menangis, dia langsung menggendong Rezha dan memberikan susu pada bayi itu. Walaupun Risa bukanlah ibu kandungnya tapi Risa sangat sayang pada Rezha. "Bisa aku minta sesuatu?" tanya Rayandra menatap pada Risa yang saat ini menunggu lanjutan dari ucapan Rayandra. "Bisakah kamu jauhi Danan, aku tidak suka padanya." paparnya. "Kenapa? Apa dia salah?" tanya Risa. "Tidak, hanya saja aku baru tau kalau dahulu Danan lah
Flashback on Di markas preman. Aldrich dan semua anak buahnya datang ke sana, mereka masuk kedalam markas yang sangat besar yang beranggotakan lima belas orang itu. Jika saling menyerang, tentu saja Aldrich lah yang akan menang. tapi sekarang yang paling penting adalah bernegosiasi agar mereka tidak lagi menganggu Aldrich dan anak buahnya untuk mengantar barang melewati jalan kawasan mereka. "Dimana ketua kalian?" tanya Aldrich dengan tatapan tajam yang membuat orang-orang yang melihatnya takut melihat Aldrich yang berwajah garang. Seorang pria paruh baya berjalan mendekat kearah Aldrich. "Ada apa?" tanyanya menatap Aldrich dari atas sampai bawah. "Kamu?" tanya Aldrich yang mendapatkan anggukan kepala dari pria paruh baya itu. "Bagus kalau begitu, aku datang untuk bernegosiasi bersama dengan kalian!" tegas Aldrich berusaha untuk tetap tenang dan tidak emosional. "Nego? Untuk apa?" tanya pria itu. "Perkenalkan nama aku, Aldrich. Kau tau Blooder?" tanya Aldrich menatap pada se
Leya terlihat sangat panik, pagi ini dia dikejutkan dengan pesan kalau Aldrich pingsan dari semalam, Leya yakin kalau suaminya itu tidak meminum obat yang dia berikan. Leya merasa kalau racun dalam tubuh Aldrich belum hilang karena sekarang saja Aldrich pingsan karena telat meminum obat itu. Leya menatap ke arah gerbang yang terlihat kosong, dia menanti Aldrich untuk dibawa pulang, katanya mereka masih dalam perjalanan menuju ke sana. Leya menyiapkan sebuah obat yang sudah dia larutkan kedalam air, Leya juga berjaga-jaga takutnya Sinta akan melakukan hal yang macam-macam padanya. "Kak," panggil Emly dari ambang pintu kamar Leya. "Kak, benar katanya kak Aldrich pingsan?" tanya Emly yang langsung mendekat pada Leya dengan tatapan khawatir. Leya menganggukan kepalanya. "Katanya 'Ya' tapi kita lihat saja nanti, semoga saja dia baik-baik saja." jawab Leya. "Kenapa kakak berangkat malam hari?" tanya Emly. "Katanya ada pekerjaan penting, aku gak tau dia pergi kemana." papar Leya. "A
Aldrich sengaja mengumpulkan semua pelayan yang ada di Villanya itu, hanya ada Tasya dan Bu Ani sedangkan semua anak buahnya berada diluar Villa untuk memastikan tidak terjadi macam-macam didalam Villa tuannya itu. Mereka sudah tau kalau Aldrich mengumpulkan semua orang, maka ada masalah yang terjadi disana. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Aldrich menatap tajam pada Tasya. Semua orang hanya diam saja tanpa ada yang bertanya alasan Aldrich mengumpulkan mereka, mereka seolah-olah takut pada Aldrich padahal dibelakang Aldrich banyak sekali yang mau mencelakai Aldrich. Hal seperti itu memang sudah biasa bagi Aldrich, tapi jika Aldrich tau siapa orangnya maka tak akan ada ampun bagi mereka yang sudah mengkhianatinya. "Jawab aku!" bentak Aldrich kembali bertanya pada Tasya yang hanya diam saja. "Kak, percuma bicara padanya." ujar Emly yang saat ini duduk di sofa bersama dengan anak-anak. "Tasya, apa harus aku cambuk dahulu lalu kau akan bicara?" tanya Aldrich menatap tajam pada
Tasya yang saat ini sedang berjalan kearah paviliun langsung terkejut saat ada seseorang yang langsung menarik tangannya, Tasya juga meringis kesakitan saat orang itu mendorong Tasya sampai tubuhnya mentok di tembok."Argh!" ringis Tasya kesakitan."Diam! Tasya, sebaiknya kau cepat pergi dari sini!" usul kekasih Tasya dengan tegas."Paul, aku datang kesini karena kamu 'kan? Jadi, kenapa aku harus pergi? Kamu juga jarang ada disini? Aku merasa aman disini!" protes Tasya membantah setiap kata yang Paul minta."Lalu, siapa yang meminta kamu membuat masalah dengan wanitanya Rayandra, kamu harus tau kalau Rayandra itu musuh tuan Aldrich. Kalau saja Rayandra marah dia pasti akan marah pada tuan Aldrich bukan padamu." terang Paul, dia berusaha agar Tasya sadar dan mau pergi dari sana.Hal ini memang kesalahan Paul yang sudah membawa Tasya masuk kedalam sana, tapi saat itu situasinya berbeda karena Paul tak terima kalau Tasya dinikahkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya Tasya.Paul merasa kala