Share

Bab 94

Author: Skavivi
last update Last Updated: 2022-04-27 21:34:28
Perjalanan menuju kediaman Andrew membutuhkan waktu lebih lama di musim dingin. Andrew nampak membawa mobilnya dengan hati-hati, takut tergelincir dan ingin memberikan kesan yang baik di hadapan Suryawijaya tanpa tahu kakak beradik itu sedang menipu dirinya.

"Baru pertama kali ke London atau sudah pernah main ke sini, Mas?" Andrew memulai pembicaraan, mengusir senyap yang mengisi mobilnya.

"Baru pertama kali." Suryawijaya tersenyum canggung. "Ini juga karena saya ingin menjemput Nawangsih untuk pulang ke rumah sebentar, menjenguk Ayah."

Andrew mengangguk khidmat. Dengan pengertian dia memperlancar niat Suryawijaya membawa Nawangsih pulang ke Jawa.

"Kebetulan Tania memang kerja denganku dan Papa. Kita bisa memberi cuti karena sekarang memang libur panjang. Natal, tahun baru dan liburan musim dingin."

Nawangsih mengerucutkan bibir. "Malah di jelasin, Mas Drew tau nggak sih kalau laki-laki itu cinta pertamaku dan sedang aku hindari. Kalau tau paling juga melongo dan nyesel sudah masukin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Kurniasari Kurniasari
jgn di uji lagi cinta mereka ya ayahandA
goodnovel comment avatar
Muti
Semangaaaaat berjuaaaang
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
selamat berjuang ya ndomas Surya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 95

    Nawangsih bersedekap di pinggir jendela kamar. Matanya memandang sekeliling setelah menikmati supper di The Sun Pub dengan kedua lelaki itu setelah pesta kembang api berakhir."Bagaimana dengan nasib kedua laki-laki itu?"Semakin pagi, kabut semakin pekat tapi tak sedikitpun membuat Nawangsih memilih meringkuk di ranjang dan terpejam. Dia terus memikirkan Suryawijaya yang memandang kesal, namun dia juga terbayang-bayang Andrew dan perlakuannya tadi."Seandainya aku bisa, Mas Drew. Detik ini aku siap untuk memulai hubungan baru denganmu. Tapi aku tidak siap, hubungan itu akan sia-sia, tak ada ujungnya. Seperti halnya yang sudah terjadi." Nawangsih menyentuh kaca, menggambar wajah lalu membiarkannya beberapa saat. Gambar itu terlihat seperti wajah yang menangis."Nanti kita pikirkan lagi ya jalan keluarnya."Nawangsih berbalik, menyingkap selimut seraya membungkus tubuhnya lalu berharap perasaannya jauh lebih baik.•••Jalan-jalan adalah gagasan yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu

    Last Updated : 2022-04-28
  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 96

    Andrew bertepuk tangan setelah mencoba masakan Nawangsih. "Enak, Tania. Lo emang calon istri yang sempurna buat gue." "Sstt..." Nawangsih menaruh jari telunjuknya di depan mulut sambil melirik kewibawaan Suryawijaya yang menyantap makan siangnya dalam diam. "Ada, Mas. Jangan ngobrol waktu makan." ucapnya mengingatkan.Sekonyong-konyong Andrew menepuk jidatnya. "Maaf, gue lupa. Dimaafkan ya?" Andrew mengatupkan kedua tangan. "Mas Surya, maaf." Suryawijaya mengangguk. "Lanjutkan makannya!" titahnya dengan suara datar. Andrew menganggukkan kepala sambil melempar senyum. Nawangsih pun ikut tersenyum walau dalam hati dia meracau."Itu yang aku rasakan, Mas. Aku harus bersikap baik-baik saja, tenang dan santai saat kamu berduaan dengan Mbak Keneswari. Enak nggak? Enggak kan? Aku tersenyum dalam luka, sepertinya kamu pun begitu sekarang. Tapi ini bukan ajang balas dendam. Mas Drew memang menyukaiku, Mas paham itu dan tidak sedikit waktu yang telah kami lewati. Jadi apa kamu bisa mengertiku

    Last Updated : 2022-04-29
  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 97

    Nawangsih menyelesaikan pekerjaannya mengepak pakaian dan oleh-oleh sebelum menghela napas lega."Jadi selama kalian berpacaran, Masku ini tidak serius? Tega sekali kamu sebagai laki-laki." Nawangsih menatap Suryawijaya dengan tidak suka."Dan aku sekarang harus mempercayai Mas juga untuk kedepannya?"Suryawijaya bersedekap sembari bersandar di kusen pintu. "Aku dengan kamu sudah pasti serius. Jadi jangan kamu tanyakan hal itu.""Halah." Nawangsih memutar matanya seraya memastikan Andrew masih terlelap."Dengar ya Mas, sejauh aku pergi, baru Mas Andrew yang begitu besar memperhatikanku selain kamu. Jadi aku harap hatimu cukup bijak menanggapinya."Suryawijaya menatap Andrew yang begitu gigih dan santai menyukai Nawangsih. Sudah akrab sekali juga mereka seolah kini semua warna cerah kembali ke dalam hidup Nawangsih dari harinya yang buruk karena dirinya."Aku paham dengan apa yang kamu maksud, Nia. Dan ini hanya soal waktu kok."Nawangsih berdecak. "Awas ya kalo ganggu kita. Aku marah!"

    Last Updated : 2022-04-29
  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 98

    Melekatnya kembali jarak di antara Nawangsih dan Suryawijaya seakan membangkitkan kembali mimpi-mimpi untuk merajut asa bersama dalam angan Suryawijaya yang melambung tinggi.Dia tidak tahu harus menyebut apa malam itu. Dans Le Noir, Emirates Greenwich Peninsula, dan seluruh jalan di London pasti sudah pernah Nawangsih sambangi bersama Andrew, tapi dia yakin seratus persen kebersamaan mereka akan mengingatkan kembali masa-masa indah dan pahit bersama di rumah.Nawangsih meringis di hadapan Suryawijaya di bawah kanopi lobi tempat tinggalnya. Malam sudah semakin dingin, dan dia harus berpisah untuk menyudahi permainan itu."Terima kasih sudah ditraktir. Di Jogja besok jangan lupa ya. Jalan-jalan lagi." ucapnya lembut. Suryawijaya tersenyum, di antara racauan yang mengiringi setiap langkah perjalanan mereka dia ingin berusaha untuk berlaku bijak dan tenang."Terima kasih untuk malam ini." Suryawijaya mengusap kepala Nawangsih, tetapi wajahnya terlihat karena uangnya kian tipis dan hatiny

    Last Updated : 2022-04-30
  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 99

    Andrew cemberut, sepanjang perjalanan menuju rumah besar keluarga Nawangsih dia duduk dengan tidak tenang, sekali, dua kali dia menoleh untuk menatap Nawangsih."Sumpah gue deg-degan gak kelar-kelar dari tadi." Andrew mengaku. "Gue nginep di hotel aja, gue belum mandi, gue kusut banget sekarang. Nggak sanggup gue datang dengan keadaan seperti ini.""Gak apa-apa, Mas Drew. Ibunda dan Ayahanda paham kok." Nawangsih menenangkannya dengan mengusap punggung tangannya, "Nanti aku dampingi biar nggak kikuk.""Pandu saja yang mendampingi Mas Andrew, Nia. Kamu juga capek, kan!" timpal Suryawijaya. ‘Jangan mengada-adalah, hanya cuti seminggu saja harus di pakai untuk mengurus lelaki ini,' pikirnya dengan kesal.Pandu mengamati wajah Suryawijaya dari spion dalam. Kusut dan berantakan, rupa itu sangat lelah. Sesaat Pandu menghela napas sambil menoleh ke arah Andrew sekilas."Biar aku saja yang mendampingi, Nia. Aku lagi semangat soalnya." Pandu tersenyum cerah, "Sama aku jauh lebih santai, soalnya

    Last Updated : 2022-05-01
  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 100

    Terlihat kehangatan terpancar dari wajah demi wajah yang berkumpul di ruang keluarga, Nawangsih apalagi, nampak tangannya terus menggenggam erat tangan Ayahnya yang duduk di sebelahnya. Rindu itu terbayar lunas ketika senyum di bibir Ayahnya nampak begitu lepas karena Nawangsih masih memuja Ayahnya sebagai pahlawan hidupnya. Sekarang entah siapa yang lebih lega sekaligus bahagia atas pertemuan hari ini. Suryawijaya, Nawangsih atau Ayah mereka? •••Makan malam di mulai. Suryawijaya duduk di samping Nawangsih sementara Andrew yang mengalami jetlag sejak tadi dengan jengah tersenyum kepada semua orang yang mengajaknya bicara. Kini dia malu-malu mengunyah makan malamnya sambil menatap keluarga itu."Mendekati Tania artinya menjadi seorang yang sangat baik, berbudi pekerti luhur dan hidup dalam tatanan sedangkan gue hanya seonggok daging bernyawa yang dalam kebebasan." batinnya saat memikirkan dan terus memikirkan perawan cinta itu berkali-kali. "Tapi kalau gue jalan sama Tania, banyak ha

    Last Updated : 2022-05-04
  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 101

    Suryawijaya mengernyit heran seraya menatap Pandu yang tidak menyahut ucapannya. Dalam detik yang terasa setahun, Suryawijaya kontan tercekat ketika Andrew menyapa sambil berjalan mendekat.Tapi alih-alih menyembunyikan gelang emasnya terlebih dulu, Suryawijaya tetap menggenggamnya.Andrew tersenyum kikuk seraya duduk di sebrang Suryawijaya. Tatapannya masih melanjangi gelang itu dengan saksama. Pandu maklum saja dengan reaksi itu, tapi tidak dengan Suryawijaya. Lelaki itu nampak ingin menunjukkan siapa dirinya bagi Nawangsih."Maaf nih Mas kayaknya gue bangun kesiangan jadi ketinggalan kumpul-kumpulnya." ucapnya ramah sambil memandang Suryawijaya. "Bukannya itu gelangnya Tania, Mas? Nggak asing di mata gue soalnya." imbuhnya dengan nada sungkan.Andrew bukan laki-laki celamitan yang ingin tahu segalanya, cuma begitu melihat gelang emas yang lama tidak di pakai Nawangsih memang membuatnya penasaran. Terlebih pada Suryawijaya gelang itu berada sekarang.Suryawijaya mengangguk, mungkinka

    Last Updated : 2022-05-05
  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 102

    Burung berkicau ketika angin kencang berhembus menerpa pepohonan hingga mengugurkan rintik-rintik air sisa hujan semalam ke tubuh Suryawijaya saat melewati jalan turunan setelah menikmati malam di puncak gunung S di Jawa Tengah.Wajahnya yang lelah terlihat bahagia, demi apapun setelah perkara paling memusingkan kepala rasanya begitu melegakan bisa menyusuri medan pendakian yang kembali memancing adrenalin dan staminanya untuk merasakan dinginnya udara hutan lebat dan pemandangan yang luar biasa asri."Mas, Mas Surya. Tungguin toh." Tarikan napas Iwan terdengar seperti orang-orang yang sedang mengikuti ajang festival San Fermin di kota Pamplona, Spanyol. Dia terengah-engah seakan di kejar banteng liar yang hendak menyeruduknya. Meski kenyataanya dia hanya menuruni trek pendakian dengan langkah yang sangat hati-hati.Jalan setapak yang licin dan basah akibat hujan semalam masih berpotensi membuatnya mati terpeleset dan jatuh ke jurang atau hipotermia karena kedinginan. Iwan memanggil S

    Last Updated : 2022-05-06

Latest chapter

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 120

    Tetapi, sedikit tenang itu tidak ada dalam kamus besar Suryawijaya. Setelah urusan mual dan mengidam di trimester pertama berangsur-angsur surut dan Pandu memanggil Nawangsih dengan panggilan Adik. Nawangsih kembali bekerja sebagai anggota legislatif dan melupakannya sebab kesibukan menelannya saban hari setelah cuti panjang yang di lakukan."Aku harus lembur lagi hari ini, Mas. Di rumah Pak Abdul, kerjaanku kemarin yang handle dia jadi harus ke rumahnya untuk kroscek dan ngobrol." pamit Nawangsih lewat telepon.Suryawijaya tahu Abdul adalah rekan kerja paling nyaman bagi Nawangsih selama hamil karena wanginya mirip wangi Ayahanda. Tetapi bagi Suryawijaya tentu itu hanya omong kosong. Dia tidak percaya wangi ayahnya yang khas timbul dari tubuh seorang Abdul, pria berusia empat lima tahun."Hidung kamu itu pasti tidak beres, tidak ada wangi yang mengalahkan wangi Ayahanda." katanya dengan intonasi tidak kalem."Aku jemput terus aku antar ke tempat Abdul, kamu nggak usah bonceng dia. Di

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 119

    Suryawijaya menunggu dengan sabar prosesi pelantikan yang sedang berlangsung. Hampir dua jam waktu melaju, akhirnya harapannya menemui Pandu terwujudkan. Suryawijaya memberi hormat seraya tersenyum penuh arti."Berikan aku kemudahan untuk menemani kehamilan Tania. Dia begitu memintamu memanggilnya adik, adik kecil seperti dulu." kata Suryawijaya dengan natural."Sebulan sebelum ayahanda mangkat, ayahanda berpesan agar saya belajar untuk tegas, Mas. Jadi sekali tidak tetap tidak." Pandu tersenyum, "Aku sedang belajar dari yang mudah-mudah, Mas. Contohnya permintaan Mbakyu."Suryawijaya menarik napas. "Tidak ada yang mudah dalam menuruti keinginan istri yang hamil muda, adik!!!"Suryawijaya menghela napas panjang dan jika keadaan Nawangsih semakin parah, dia benar-benar akan menjadi tulang lunak. Berharap tanpa malu dan tanpa jeda."Lagian tegas menurut Ayahanda bukan begitu, adikku. Ayahanda tegas untuk tetap menjaga semuanya agar tetap tertata dengan baik, bahkan juga untuk memperbaiki

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 118

    Resmi menjadi sepasang suami istri yang telah membuat segala urusan panggil memanggil menjadi ruwet, Suryawijaya tak henti-hentinya meminta Pandu untuk memanggil istrinya dengan panggilan adik saja seperti waktu dulu.Pandu menggelengkan kepala dengan sikap tegas."Tidak bisa begitu, Mas. Bagaimana pun adikku menikah dengan kakakku. Aku tidak mentolerir panggilan adik untuknya sekalipun dia ngidam. Tolong bersikap tegas dan realistis."Dada Suryawijaya bergemuruh. Adiknya yang waktu kecil sering membuat ulah, dan bertindak di luar kepatutan anak bangsawan sekarang berubah drastis. Pandu Mahendra berusaha bijak seperti Ayahanda mereka dan sering mengeluh sakit punggung karena harus duduk dengan waktu yang cukup lama meski akhirnya Suryawijaya hanya bisa mengalah dan pergi."Gayanya bikin aku tidak tahan ingin mengajak Pandu main badminton terus nyemes dia, susah sekali merayunya." Suryawijaya menghela napas sambil geleng-geleng kepala seraya meneruskan langkah ke kamarnya. Tempat Nawang

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 117

    Malam pertama? Terang saja Suryawijaya menyukai tali silaturahmi yang lebih kental dari pada hanya sebatas kakak dan adik. Dan iapun bisa membuat hubungan mereka lebih kental dari darah."Sejak dulu aku sulit membedakan kamu menjadi adikku atau kekasih hati. Tapi sekarang, ya..., Kamu tetap bisa aku panggil adik dengan rasa yang berbeda.""Biasa saja!" sela Pandu dengan nada bijak bahkan gayanya seperti simbah-simbah yang menautkan kedua tangan dibelakang punggung ketika hendak memberi petuah bijak pada anak muda. "Kalian itu bisa menikah karena perjuanganku juga, jadi kalian itu hutang sama aku. Mana bayar hutangnya."Suryawijaya dan Nawangsih tersenyum lebar, tergoda untuk menjura dalam-dalam kepadanya."Terima kasih pewaris tahta kerajaan bisnis Ayahanda. Kami memujamu." kata Suryawijaya sembari mencium punggung tangannya. Pandu menghela napas, merasa bukan itu yang dia mau."Kalian mau honeymoon?" tanyanya sembari berjalan menuju ruang keluarga karena akhir dari pesta pernikahan

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 116

    Manisnya sabar dalam setiap penantian dan pengharapan kini Suryawijaya dan Nawangsih petik dalam bentuk pernikahan. Proses pengikatan janji suci antara seorang laki-laki dan seorang perempuan itu akan berlangsung dengan adat Jawa klasik dengan prosesi dan ritual yang lengkap dan khidmat.Pernikahan mereka akan terjadi besok lusa, tapi kesibukan demi kesibukan sudah terjadi sejak kemarin. Dapur umum di luar ruangan mulai mengepulkan asap dari tungku api untuk memasak hidangan dan bancakan yang tidak sedikit karena pernikahan Suryawijaya diadakan berbarengan dengan pernikahan Bimo dan Citra, Pandu dan Dewi Laya Bajramaya. Pendopo dan pelataran rumah mulai di tata rapi dengan kursi-kursi dan bunga-bunga yang bermekaran indah berseri.Rinjani tersenyum lega sambil memandang kesibukan yang ada. Dia lega, apa yang terjadi hari ini melebihi harapannya bersama suaminya dulu. Beliau bersyukur, putra-putrinya belajar untuk menjadi orang-orang yang lebih sabar terus-menerus tanpa pantang menyerah

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 115

    Suryawijaya dan Nawangsih tidak menyangka kesibukan mereka sampai membuat mereka lupa menjenguk kondisi Ayah mereka, walau mereka yakin kondisinya akan membaik setelah pengobatan yang terus dilakukan ayahnya tanpa henti. Tapi hari itu ketika Ibunya menuju kamar ayahnya untuk mengambil dokumen. Mereka menemukan lelaki yang teramat mereka cintai mengalami batuk berkepanjangan yang tidak berhenti-henti hingga mengeluarkan darah dan tidak tertolong.Nawangsih menutup mulutnya dengan bibir ternganga. Dengan teramat pelan seakan kehilangan tenaga, dia mendekati Ibunya yang meraung tidak percaya. Air matanya bahkan mengalir deras dan begitu menyayat hati."Ibu." Nawangsih memeluk ibunya yang menjatuhkan diri ke pelukannya."Ayahanda, wafat. Ayahanda pergi ninggalin kita semua." Ibunya sesenggukan. "Maafkan kesalahan Ayahanda, maafkan kesalahannya, Nduk."Nawangsih menggeleng cepat dengan air mata yang ikut tumpah. "Ibunda tidak perlu minta maaf, Ayahanda tidak perlu meminta maaf sama aku, aku

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 114

    Hari-hari kembali melaju meninggalkan jejak, menjadi momen yang terus menguatkan beragam kegundahan Nawangsih dan Suryawijaya selama berpisah. Meski begitu segalanya terasa seperti angin lalu. Rasa rindu itu tidak lagi menjadi beban, rasa khawatir itu tetap ada walau terkesan biasa saja. Suryawijaya tenang Nawangsih di rumah bersama keluarganya, sementara dia tinggal bersama keluarga kakeknya seolah keadilan tetap di tegakkan oleh orang tua mereka. Keduanya memiliki pengawasan hingga tak perlu risau berjauhan.Suryawijaya yang memiliki jiwa seni dan petualang tinggi mulai mendedikasikan diri pada dua hal-hal itu dalam prespektif yang positif.Lelaki itu mulai membuka workshop dan enterpreneur di Australia sekaligus mengembangkan bakat melukisnya dengan pelukis-pelukis handal maupun jalanan. Sementara pekerjaan tetapnya masih memantau sapi-sapi yang menghasilkan susu berkualitas tinggi entah sampai kapan hukuman itu berlanjut, dia hanya perlu pasrah dan menunggu karena ituNawangsih pun

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 113

    Nawangsih menghela napas setelah keluar dari kamar ayahnya, meninggalkan Suryawijaya dan Ayahnya yang kembali membahas pekerjaan.Di dapur, tak ada siapapun kecuali dia dan cicak di atas plafon."Ya Tuhan, di saat aku ingin menjauh dan melupakan semuanya. Restu itu hadir tanpa aku duga. Tapi aku merasa tidak mengerti harus memilih jalan mana. Menikah atau tetap menjadi sahabat selamanya."Gadis itu termenung, membiarkan benaknya bicara dan berdebat. Begitupun Suryawijaya, ruang kerja ayahnya adalah tempatnya menepi setelah pembicaraan dengan ayahnya selesai."Tak ada yang lebih menentramkan hati ketimbang utuhnya sebuah keluarga. Terlebih setelah Ayahanda sakit, keluargaku masih terus di sorot media. Sekarang mungkin benar apa yang di katakan Keneswari dulu, jika apa yang terjadi antara aku dan Nawangsih adalah sesuatu yang justru akan menodai harkat dan martabat keluarga ini."Suryawijaya menghembuskan napas sambil meraba kebenaran dalam setiap kata Keneswari. Dia mengangguk samar dan

  • Pelayan Hati Sang Pangeran   Bab 112

    "Aku tidak mengganggu, Nawangsih. Ibu. Aku bersumpah. Kita hanya bercanda-canda." Suryawijaya mengaku di hadapan Ibunya yang meminta penjelasan. Tetapi penjelasanya tidak mempengaruhi rasa curiga Ibunya."Kamu memangnya bisa bercanda?""Bisa saja... Aku ini juga punya darah pelawak kok." Suryawijaya menghela napas. Baiklah, tiada gunanya bercanda dengan Ibunya, wanita itu terlalu peka akan batin anaknya.Suryawijaya menatap Ibunya. "Kami bersahabat sekarang, dan kami ingin memulai perubahan itu dengan berteman baik.""Berteman baik?"Suryawijaya mengamati Ibunya melihat sekeliling. "Ada apa, Ibu? Mau membicarakan sesuatu yang rahasia dan penting?"Ibunya mengangguk. "Kamu ikut ke kantor sekarang, Ayahanda sudah ada yang jaga."Suryawijaya mengikuti Ibunya dengan tidak tenang. Persoalan cinta dengan adik angkat pun tidak ada habisnya bahkan ketika dia sudah menyerah bagaimana nasibnya sendiri kelak. Mungkin dialah yang akan menjadi jomblo abadi.Suryawijaya menghidupkan steker lampu kar

DMCA.com Protection Status