Home / Rumah Tangga / Pelakor dan mantan suami / Bab 21. Sang Nakhoda 2

Share

Bab 21. Sang Nakhoda 2

Author: Ambu Abbas
last update Last Updated: 2023-10-27 22:28:36
Hari berganti hari, Iwan hanya sempat satu hari menginap di Karawang, karena tugasnya belum dapat digantikan oleh siapapun. Akan tetapi hatinya berontak, rasanya ingin setiap hari dia bersama dengan Dini dan merawat Tia, namun dia tidak berani senekad itu meninggalkan peluang baik bersama orang baik yang bernama bang Andy.

Dua bulan telah berlalu, Iwan kembali menengok Dini dan Tia ke Karawang. Tidak ada perubahan dari perlakuan Dini terhadap Iwan, ia tetap bersikap manis, dan melayani Iwan sebagaimana halnya istri kepada suaminya.

Suatu malam, saat Dini sudah tertidur, Iwan keluar dari kamar lalu duduk di teras rumah bu haji Romlah. Badrun baru saja pulang, mendorong motornya masuk ke ruang dalam. Lalu menghampiri Iwan, Badrun dengan keramahannya, menemani Iwan duduk disitu.

”Belum tidur kang..?”

”Iya, kebiasaan tidur tengah malam,”

”Kalau boleh tahu, Kang Iwan tugasnya dimana?” tanya Badrun.

”Malam hari, saya nyanyi di kedai dan siang ngurus bengkel boss kedai,”

”Ooh, berarti kang
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pelakor dan mantan suami   Bab 22. Sang Nakhoda 3

    Iwan, tak sanggup melihat kecepatan mobil yang dikemudikan oleh Badrun. Dia ingin mengambil alih kembali, tapi takut Badrun tersinggung. Akhirnya dia memejamkan matanya, berusaha melenturkan otot-otot tubuhnya yang tegang disetiap kali setelah Badrun menginjak rem.Anak muda ini benar-benar nekad, dalam hati Iwan, bagaimanapun dia harus menghargai kebebasan hak orang lain, dia sudah menyerahkan setir mobil itu kepada Badrun, tentu Badrun lebih tahu resiko yang bakal dihadapinya.”Akhirnya kita sampe juga kang Iwan,” seru Badrun senang."Gila kang Badrun, cuma dua jam,""Maaf ya kang Iwan, saya kalau jalan pelan-pelan suka ngantuk jadinya,""Iya gak apa-apa... asal kang Badrun tanggung jawab aja kalau ada apa-apa. Ini mobil sewaan,""Iya kang.. beres."Mobil memasuki kota Bandung. Dimata Iwan, Badrun memang menguasai seluruh tikungan dimedan perjalanan dari arah Karawang menuju ke Bandung. Iwan pun salut, meski hatinya ketar-ketir. ”Tokonya dimana kang” tanya Iwan.”Kang Iwan tahu bere

    Last Updated : 2023-11-06
  • Pelakor dan mantan suami   Bab 23. Iwan galau

    ”Maming dan pegawai yang lain cuti juga bang?” tanya Iwan.”Gak lah Wan.. Kata anak gue temen-temennya pada mau nyanyi sambil main gitar,ada juga yang bisa ngelawak one man show alias komika. Ga tau lah.. biar aja mereka bikin acara bebas sama temen-temennya, makanya gue ngerasa gak enak kalo ada lu.. paham Wan,?””Iya bang,”Iwan menatap lekat wajah bang Andy, sungguh semakin terlihat jelas bahwa sikap dari keputusan bang Andy membuat Iwan merasa ada jarak diantara mereka. Bukan sepenuhnya tulus dari rasa kekeluargaan yang muncul dari hati bang Andy, walaupun hal itu merupakan gaya seorang pemimpin yang bijak, tapi bagi Iwan, dia merasa seolah-olah rendah dimata bang Andy. Dia merasa hanyalah karyawan biasa saja, jika sewaktu-waktu tidak dibutuhkan, maka akan ditendang. Ucap batin Iwan.”Ada apa Wan.. sepertinya ada yang lu pikirin,””Iya bang.. “ Iwan bingung. Sesaat terdiam.Dia tak siap hendak menjawabnya, tapi tiba-tiba terbersit sesuatu untuk meminjam uang ke bang Andy.”Gak apa

    Last Updated : 2023-11-10
  • Pelakor dan mantan suami   Bab 24. Iwan menantang Badrun

    Pagi hari itu Iwan baru saja tiba di rumah bu haji Romlah, dia masuk ke kamar karena pintunya tidak terkunci, tapi Dini tidak ada di dalam kamar. Iwan lalu mencarinya ke halaman belakang rumah. Disitulah Iwan shock, di depan matanya melihat Dini dipeluk oleh Badrun. Hatinya sangat kecewa, kesal, dadanya terasa sesak, bermacam rasa sakit hati muncul seketika itu juga. Iwan yang masih menyeret paksa tubuh Dini, masuk ke dalam kamar, dia langsung mendorong tubuh Dini sampai tersungkur diatas kasur. Iwan berusaha menekan gejolak emosinya, rasanya ingin mencekik wanita itu sampai berhenti nafasnya, akan tetapi akal sehatnya masih menahan dirinya.Dini tak kuasa menahan tangisnya, ia sesegukan sambil bangkit duduk dan menutupi wajahnya, ketakutan. "Dasar perempuan murahan.. maunya apa lagi sih.,?! aku tuh kerja banting tulang buat merubah hidup kamu, aku pingin angkat derajat kamu sebagai perempuan yang baik, terhormat, tapi kamu sendiri yang merusaknya, apa kamu mau tidur di jalanan lagi

    Last Updated : 2023-11-11
  • Pelakor dan mantan suami   Bab 25. Masalah demi masalah

    Tubuh Iwan semakin limbung, dia tak sanggup menahan kesadarannya karena darah yang mengucur dari hidung dan mulutnya, sampai akhirnya jatuh diatas pasir pantai, pingsan.Ki Jupri semakin dekat dengan posisi Badrun dan Iwan, melihat kehadiran ki Jupri, Badrun memberi hormat sebagaimana layaknya seorang murid kepada gurunya, menangkupkan kedua telapak tangan ke dada sambil menundukkan kepalanya."Ki.. mohon maaf""Ada apa den..?""Salah paham ki.. aki kan tahu siapa saya,""Ya udah, nanti ceritanya.. ini bawa ke rumah den Badrun dulu.. Jang angkat tuh den Iwan ke motor, " pinta aki Jupri pada para nelayan.Beberapa nelayan yang sejak tadi hanya menonton perkelahian tersebut, langsung menghampiri ki Jupri."den, aki beli rempah obatnya dulu,""Iya ki.."Badrun lalu mengangkat motornya yang masih tergeletak di atas pasir, nelayan mengangkat tubuh Iwan dan membonceng di motor Badrun untuk menahan tubuh Iwan.**Di rumah bu haji Romlah~Iwan diobati oleh ki JUpri dengan baluran rempah-rempah

    Last Updated : 2023-11-20
  • Pelakor dan mantan suami   Bab 26. Persiapan mental

    Dr Permana merasa kecewa, dan iba menjadi satu. Selalu saja ada orang yang memanfaatkan kesempatan didalam kesempitan orang lainnya. Padahal, tanpa diminta pun dia akan memberi imbalan sebagai tanda terima kasih. Hampir setiap orang tentu tidak akan suka terhadap sikap hidup orang yang seolah rela mau membantu kesulitannya namun tujuannya hanya menipu, atau mencari keuntungan untuk sesaat saja. "Gimana?" tanya Dewi, sambil melirik ke arah handphone calon suaminya itu."Belum ada berita orang yang menemukannya Wi... sabar yaa.."Dr Permana lalu menutup kembali laman di handphonenya, Dewi menyenderkan kepalanya ke bahu Dr Permana. Dewi butuh kekuatan, dorongan perasaan sedih kehilangan putri satu-satunya, untuk yang kedua kalinya, justru muncul disaat hari-hari penuh ketenangan baginya."Aku yakin.. kita pasti bisa menemukan Tia, percaya sama aku ya Wi" kata Dr Permana.Kehadiran Dr Permana telah mengobati luka hatinya, atas perilaku Iwan terhadap dirinya, akan tetapi, pada satu sisi

    Last Updated : 2023-12-07
  • Pelakor dan mantan suami   Bab 27. Pilihan Iwan

    Keesokan harinya, di rumah bu haji Romlah.Suara-suara kendaraan motor dan mobil pickup pengangkut ikan, terdengar mundar-mandir silih berganti di depan rumah bu haji Romlah. Dari arah teras rumah terlihat Badrun membawa satu mangkok berisi bubur ayam, yang dibawanya menuju ke kamar depan, untuk sarapan Iwan. Dia tidak tega, subuh tadi, Badrun melihat kondisi Iwan, jalan terseok-seok sambil memegangi dinding rumah, menuju kearah kamar mandi untuk buang air kecil dan ambil air wudhu. Betapa menyesal rasa dihatinya, telah menyakiti fisik lelaki yang usianya diatas dirinya, meski tujuannya untuk menyadarkan Iwan; bahwa apapun yang digerakkan oleh emosi, pasti merugikan diri sendiri.Badrun mengetuk pintu perlahan lalu langsung masuk ke dalam kamar Iwan,"Assalammu'alaikum kang Iwan, ini saya beli bubur ayam buat sarapan akang,""Wa alaikum salam... Gak usah ngerepotin kang.." "Gak apa-apa.. supaya kang Iwan lekas sembuh, dan bisa cepat kembali ke Jakarta,""Insya Allah.. besok pagi saya

    Last Updated : 2024-01-02
  • Pelakor dan mantan suami    Bab 28. Rencana Iwan

    Maming menaiki tangga menuju ke kamar Iwan. Dia lalu mengetuk pintu kamarnya.Tok tok tok"Bang Iwan.. bang, bangun bang sudah adzan ashar.." teriak Maming.Mendengar suara Maming, Iwan pun terbangun."Iya Ming... makasih"Iwan membuka pintu, dilihatnya Maming duduk di kursi plastik disitu. dia langsung bertanya,"Bang Iwan dapat cuti dari boss ya..""Iya Ming.. kamu nggak..?""Nggak bang.. padahal Maming sudah kangen banget sama ibu di kampung,""Ya kan masih ada libur nanti hari raya lebaran,""Masih lamaaa bang...""Gak apa-apa Ming.. bantuin pestanya boss, kamu nanti dapat bonus, lumayan kan Ming..""Iya sih... tapi uang gak bisa gantiin rasa kangen bang..""Udah aah, laki-laki gak pantas manja gitu Ming.. saya ambil air wudhu dulu ya MIng.""Iya bang..."Iwan jalan menuju ke kamar mandi di sebelah kamarnya, sedangkan Maming malah melamun. Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja dia jadi kangen pada ibunya, terbayang suasana di kampungnya, tapi Maming juga bingung, karena saat pand

    Last Updated : 2024-01-13
  • Pelakor dan mantan suami   29. Bertemu Wahyu

    Dalam perjalanan diatas kapal feri, pak Sidik dan Iwan saling bercerita tentang kejadian-kejadian yang mereka alami selama tidak saling bertemu.Setiba di Lampung, mereka melanjutkan perjalanannya dengan naik motor. Dia sengaja membawa motornya, supaya lebih mengirit pengeluaran uang selama dalam perjalanan. Sesekali Iwan beristirahat, mampir di warung nasi pinggir jalan protokol arah ke luar kota Lampung, atau berisitrahat di warung kopi.Tepat sekali dugaan Iwan, bahwa jalan masuk menuju ke desa yang ditempati Wahyu keponakannya pak Sidik itu, harus menyewa ojek di pangkalan. Setelah berbelok masuk ke arah desa yang dituju, barulah pak Sidik bertanya pada warga disitu. Kebetulan ada seorang ibu yang sedang menjemur pakaian di halaman samping rumahnya.Pak Sidik pun bertanya pada Ibu itu. Ia memberi petunjuk bahwa nanti setelah melewati kebun-kebun, ada persimpangan jalan kecil, disitu Iwan harus berbelok ke arah kanan, kemudian lurus saja, nanti selanjutnya bertemu dengan persawahan,

    Last Updated : 2024-01-17

Latest chapter

  • Pelakor dan mantan suami   52. Kembali ke rumah.

    Mobil pajero hitam milik pak haji Mahmud melaju meninggalkan pinggir jalan depan warung Wahyu.Iwan mengenalkan Dini dan Tia pada keluarga Wahyu. Mereka pun saling bersalaman, mengenalkan diri masing-masing,"Wahyu... ini Nuning istri saya, itu nek Warni ibunya Nuning. Nah yang ini Nana teh..""Nanti Tia main sama Nana disini ya?" sela Iwan."Iya ayah.." Tia bersalaman dengan Nana."Yuuk kita main di sana, ada ayunan lho.."Nana mengajak Tia.Iwan terperangah mendengar ucapan Nana."Dimana ayunannya Na?""Di samping rumah om.. kemarin Bapak dan Aki yang buatkan.. ayoo"Nana dan Tia tampak langsung akrab. Mereka berlari menuju ke arah halaman samping rumah Iwan.Iwan, Dini, pak Sidik, Wahyu dan Nuning, saling bersitatap, dan tersenyum lebar."Alhamdulillah... makasih Yu..""Iya bang.. saya tahu mereka butuh tempat bermain, jadi kemarin saya cari ban bekas dan trus diikat ke pohon di samping belakang rumah abang..""Tapi kuat ya Yu..?""Kuat bang.."Iwan menoleh ke arah Dini."Ayo Din, k

  • Pelakor dan mantan suami   51. Perjalanan

    Mereka tampak menikmati makan siang di satu warung makan di pinggir jalan raya itu. Setelah perutnya terisi makanan, wajah Dini terlihat segar. Iwan lalu menyuruhnya menelan pil anti mabuk. "Obat anti mabuknya diminum Din, kita bakal naik kapal feri.. nanti kalau mabuk lagi gimana?" "Iya bu diminum," celetuk Tia. "Iya Tia," jawab Dini sambil mengambil obat tersebut dari dalam tasnya. Dini pun lalu menelan pil anti mabuk tersebut. Tak lama kemudian, setelah Iwan merasa sudah cukup waktu istirahat bagi mereka, dia membayar makanan dan mengajak istri dan anaknya menuju ke mobil. Pak Hasan menyalakan mesin mobil, dan mobil melaju kembali. ** Pelabuhan Merak sudah terlihat. Matahari mulai bergeser ke tengah. Diantara teriknya panas matahari, tampak kesibukan kendaraan yang hendak menyeberang menuju Pelabuhan Bakauhuni. Suasana kesibukan di Pelabuhan Merak, tidak begitu padat, mungkin karena hari ini bukan hari liburan anak-anak sekolah dan bukan hari besar juga. Setelah menga

  • Pelakor dan mantan suami   50. Dini mabuk darat.

    Pagi itu ditengah perjalanan, tiba-tiba Dini merasa mual pingin muntah. Ia menduga, mungkin karena dirinya tak terbiasa perjalanan jauh dengan mobil pribadi, bukan kendaraan umum. Jendela mobil yang tertutup rapat, air conditioning yang menebar hingga tercium harum lemon dari pewangi ruangan, itulah yang memicu rasa mualnya. "Okh, owegh.." "Astaghfirullah.." ucap Iwan spontan menengok ke arah Dini yang duduk di jok belakang bersama Tia. "Kamu mabuk Din?" Dini mengangguk pelan. Tia yang baru saja hampir tertidur karena asyik menatap pemandangan di luar mobil, langsung terbangun. Tia menatap ke arah wajah Dini, kemudian memeluk tangan ibunya, "Ibu kenapa... ibu sakit ya?... ibu jangan sakit..." "Ibu gak sakit Tia, ini namanya mabuk darat.. ibu gak kuat dalam mobil dengan jendela tertutup dan ac nya terlalu dingin." Iwan meminta pak Hasan untuk parkir ke pinggir jalan. "Pak Hasan, kita berhenti dulu sebentar," "Baik pak Iwan. Itu ada warung kecil.. dekat situ saj

  • Pelakor dan mantan suami   49. Ada pertemuan, pasti ada perpisahan.

    Tiba-tiba Iwan teringat pada oleh-oleh yang dibelinya untuk ki Jupri."Oh iya, saya bawakan oleh-oleh untuk ki Jupri dan juga kang Badrun,""Waduh.. kok repot-repot kang Iwan,""Ayok kita ambil dulu di mobil,"Tia mau ikut ke mobil tapi dicegah oleh Iwan,"Tia gak usah ikut ya.. ayah sebentar kok.."Iwan lalu jalan keluar diikuti oleh ki Jupri dan Badrun.Setelah menjauh dari rumah ki Jupri, dia mengambil dua buah amplop dari saku jaketnya, yang sudah disiapkan tadi sewaktu Iwan mengambil uang dari atm. Satu untuk Badrun dan satunya lagi untuk ki Jupri,"Maaf ya kang Badrun, anak dan istri saya pasti sudah merepotkan akang. Ini ada rezeki buat kang Badrun, dan ini untuk ki Jupri,""Eh kang Iwan apa-apaan inih, saya kan bantunya ikhlas,""Iya aki juga ikhlas," celetuk ki Jupri."Gak apa-apa kang Badrun, ki Jupri, saya juga ikhlas.. diterima ya. Supaya rezeki kita ke depan sama-sama lancar nantinya,"Akhirnya Badrun dan ki Jupri menerima amplop tersebut."Alhamdulillah.." sahut Badrun.

  • Pelakor dan mantan suami   48. Diantara kesibukan Iwan

    Di ruang makan, seperti biasanya pak haji Mahmud menyantap sarapan pagi yang disediakan oleh putrinya. Bedanya dengan hari-hari kemarin, adanya kehadiran sosok menantunya, yaitu Iwan Suganda. Lelaki yang baru dikenalnya seumur jagung, tapi ada keterkaitan kepentingan emosional yang bertemu keinginannya, bagai gayung bersambut, nyambung, hingga jadi bagian dari keluarganya. Sambil mengunyah makanan, pak haji menyampaikan jadwal pekerjaan hari ini kepada Iwan. "Selesai sarapan, kita ke toko material, nanti bang Iwan bisa langsung kerja disitu." "Baik pak haji..., tapi minggu depan saya minta waktu untuk jemput istri dan putri saya, sekaligus harus mengundurkan diri dulu dari bengkel yang di Jakarta," "Iya saya tahu.. itu bisa diatur nanti," "Terimakasih pak haji..." Wardah Fatimah bertanya kepada ayahnya, apakah masakannya cocok buat selera lidah suaminya..? Pak haji Mahmud pun bertanya pada Iwan, "Bang Iwan, Wardah tanya.. katanya apa cocok masakan Wardah buat bang Iwan..?" Iwan

  • Pelakor dan mantan suami   47. Masalah baru bagi Dini.

    Dini melangkah dengan pikiran yang berkecamuk, campur aduk.Ada rasa segan ketika diberikan uang oleh Badrun, tapi ia terpaksa harus menerimanya. Apakah laki-laki seperti kang Badrun ini tidak mengharapkan imbalan? apakah kang Bardun benar-benar setulus hati membantu dirinya?. Dini berusaha menepis pikiran negatif yang muncul, namun semakin ia berusaha melupakan kenyataan yang ada dihadapannya, justru ia bertambah galau.Dalam perjalanan menuju ke rumah ki Jupri, ia banyak melamun. Dini tidak mau kembali ke dunia hitam yang dulu pernah ia jalani. Betapa pahitnya... betapa lama rasanya waktu bergulir, sampai ia dengan berani memutuskan untuk putar haluan. Meninggalkan keluarganya yang hanya membawa mudharat bagi perjalanan hidupnya. Apakah semua perempuan di dunia ini nasibnya sama? Hanya dijadikan boneka pemuas kebutuhan biologis bagi kaum laki-laki saja?. Bagaimana kalau Iwan meninggalkan dirinya bersama Tia disitu?. Apakah ia akan terdampar kembali pada dunia malam pesisir pantai y

  • Pelakor dan mantan suami   46. Dini yang terlupakan.

    Matahari mulai merangkak perlahan menyapa selimut jingga sang senja. Sinarnya memerah condong ke barat. Alangkah indah semburat jingga berlapis kemerahan. Demikian pula rasa yang sedang berbunga-bunga didasar hati Iwan Suganda. Dia merasakan seolah-olah bagaikan mimpi yang hadir sepintas namun nyata dalam perjalanan hidupnya. Menikah dengan Wardah Fatimah. Gadis cantik nan rupawan, perawan asli, tingting pastinya, hmm..... Tatapan mata coklat yang melankolis, bibir mungil yang memerah tanpa polesan lipstik, menggoda hasrat Iwan sejak pertemuan pertamanya. Iwan tampak masih mengemudikan jeep pajero milik pak haji Mahmud. Seperti biasanya, jalan raya ini untuk sementara mulai sepi, dan akan kembali ramai oleh lalu lalang kendaraan setelah senja sembunyi kedalam pelukan malam. Mobil yang dikemudikan oleh Iwan, terlihat tiba di pinggir jalan raya depan warung, Iwan langsung parkir disitu. Para Tukang Ojek pangkalan sepi, tak terlihat seorangpun yang duduk di tempat kumpulnya. Barangk

  • Pelakor dan mantan suami   45. Usai acara syukuran

    Motor yang dikendarai oleh Wahyu terlihat keluar dari halaman rumah pak haji Mahmud. "Beruntung ya bang Iwan, dapat gadis cantik, bapaknya orang kaya pula di kampung ini," "Gak usah iri Yu.. keberuntungan orang itu beda-beda. Eh, ingat ya.. ini rahasia yang harus kita tutup selamanya , jangan sampai nanti kamu kelepasan cerita ke Nuning," "Ya enggaklah Wak.." Disitulah perbedaan laki-laki dengan perempuan. Laki-laki pandai menjaga rahasia. Apalagi menyangkut keluarga sendiri. Walaupun begitu tentu ada juga laki-laki yang mulutnya comel, selalu ingin tahu tentang rahasia orang lain; kemudian menggosipkan di tempat kumpul bersama kawan-kawan yang sefrekuensi atau sesama penggosip sambil bercanda, lalu tertawa terbahak-bahak. ** Setiba di halaman warung, Nana menghampiri Wahyu, "Bapak bawa makanan ya? " Wahyu memarkir motornya, lalu menenteng plastik kresek berwarna merah yang berisi beberapa kotak dus makanan tersebut. Dua orang sopir ojek yang sedang mangkal disitu, cuma menole

  • Pelakor dan mantan suami   44. Tia kangen ayah.

    Di dalam kamarnya, Iwan merenung. Tak lama kemudian, dia mengambil handphonenya, dan menghubungi Badrun, "Assalamu'alaikum kang Badrun..." "Wa alaikum salam kang Iwan.. gimana? jadi besok kesini?" "Justru saya mau kasih kabar, besok belum bisa kesitu. Mendadak di kedai tempat pekerjaan saya, bossnya ngadain pesta pernikahan anaknya kang Badrun," "Wadduh gimana ya kang Iwan?" "Iya saya juga bingung kang... gak enak ninggalin boss pas lagi ada acara keluarga. Masa saya gak bantuin?" "Iya sih.." sahut Badrun tak semangat, lemas. "Ya sudah kalau begitu, bagaimana kalau saya cari orang lain kang Iwan?" "Ya boleh aja kang Badrun, berarti saya gak jadi keluar dari pekerjaan saya disini ya kang?" Badrum diam, merenung. "Gimana kang Badrun?" "Itu mah terserah kang Iwan aja...Anak buah saya juga pada butuh kerja kang Iwan, kalau libur melaut kelamaan, nanti mereka cari kerja ke kapal lain.. Mereka gak mau makan gaji buta tanpa kerja" "Ya sudah kalau begitu, nanti gampanglah saya at

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status