"Tidak bisa! Tidak ada kesempatan lagi, jika tidak bertemu besok, maka selamanya kita tidak akan bisa bersama."Kata-kata itu yang selalu terngiang di kepala Darwin sejak beberapa waktu yang lalu. Setelah jam kantor telah berakhir, Darwin masih tidak beranjak dari tempat duduknya Padahal dia sudah diberi pesan beberapa kali oleh Maureen agar dia segera hadir di villa yang telah disiapkan oleh istrinya tersebut, namun Darwin tidak mengindahkan hal itu.Justru yang menjadi pusat dalam pikirannya saat ini adalah Clara, beserta ucapannya yang mengatakan bahwa jika tidak hari ini maka tidak ada kesempatan yang lain.Mungkin bagi Darwin Clara wanita yang amat penting, hingga dia lebih condong untuk membatalkan pertemuan dengan Maureen. Dia bisa menjelaskan alasan kenapa dia tidak hadir, dan pada akhirnya Maureen akan selalu percaya semua alasan dari Darwin."Maaf Pak, waktunya Bapak berangkat ke Vila GrandFour, sebentar lagi Nyonya Maureen akan tiba di sana!" Sekretarisnya, Faris masuk
Maureen sudah tampil sangat cantik, dia bak ratu yang akan tampil dan dinobatkan menjadi penguasa alam."Nyonya, anda sangat cantik sekalu! Saya yakin Tuan tidak akan berpaling sedikit pun dari kecantikan Nyonya. Dan selamat tujuh tahun pernikahan ya Nyonya," ujar sekretarisnya setelah selesai menghias wajah Maureen dan membantunya mengenakan gaun itu.Gaun yang pernah diberikan Clara yang didapatkan dari desainer Marquez."Benar kah? Aku pasti akan jadi wanita yang bahagia sekali hari ini!""Pasti Nyonya, kami tidak akan menganggu anda. Mohon matikan telepon genggam selama anda berdua dengan Tuan Darwin.""Tentu saja! Bahkan aku tidak akan membiarkan satu semut menganggu malam romantis kami.Ah aku lupa, tanya sekertarisnya di mana posisi suamiku sekarang, aku tidak sabar menyambut dia di depan pintu!""Baik Nyonya," jawab Dian.Perempuan itu lantas keluar dari kamar Maureen dan menyambungkan telepon ke nomor Faris.Tidak lama, telepon itu tersambung."Ke mana kamu? Saya telepon seja
"Beginilah besarnya rasa cintaku untuk kamu Clara, aku memilih kamu atas nama hidupku." Clara tentu saja sedang menari di atas angin, memikirkan bagaimana menderitanya Maureen saat suami yang diharapkannya pergi begitu saja.Entah berapa oktaf nada teriak wanita itu dalam pikirannya."Terima kasih Tuan, aku sungguh merindukanmu." Lalu Clara meraih tubuh laki-laki itu dan memeluknya dengan mata terpejam.Bukan! Bukan berarti Clara bahagia dengan keputusannya, dia hanya merubah ekpresinya menjadi simpati agar Darwin semakin percaya padanya.Darwin melepaskan pelukan itu, dan menatap wajah Clara lekat-lekat."Aku ingin memiliki kamu, aku ingin bercinta dengan kamu." Darwin membelai tubuh Clara dan mentautkan jari jemari merek berdua."Apa aku pantas menerima cinta dari Tuan?""Kenapa kamu bicara seperti itu? Aku adalah aku! Bagi aku kamu lebih istimewa dari wanita lain bahkan istriku sendiri!"Clara mengucapkan terima kasih atas pujian itu dan menyerahkan sebuah piayama, pada Darwin."I
Malam panas dimulai, ketika Darwin telah keluar dari dalam kamar mandi, menghampiri Clara yang duduk di tepi ranjangnya.Bulir air yang menetes dari rambut Darwin membuat laki-laki berumur itu lebih kelihatan menawan. Tubuhnya yang wangi, menambah ketampanan dan pesonanya beratus kali lipat. Darwin melempar handuknya, dan menuntun Clara membaringkan tubuh mereka di atas kasur, dengan posisi Darwin di atas tubuh Clara."Aku menginginkan kamu malam ini!" Setelah saling bertatapan cukup lama, Darwin meraih bibir merah Clara, dan melumatnya dengan penuh kelembutan, sama seperti yang dia lakukan pertama kali di studio saat itu.Bedanya, posisi ciuman kali ini lebih menantang.Clara juga melumat bibir Darwin dengan pagutan yang semakin lama, semakin lihai, seirama dengan detak jantung mereka yang pasti berdegup lebih kencang.Darwin melepaskan kecupan itu untuk memberikan ruang bernapas bagi keduanya."Jangan halangi aku malam ini, aku ingin menjadi kuda pacu tercepat untuk Nona!"Clara ti
"Ini Jam berapa Dian!!! Ini sudah pagi buta, Darwin belum datang juga? Apa dia kesasar, apa dia lupa alamat Vila ini? Kenapa aku belum menemukan suamiku?" Bukannya sadar diri kenapa suaminya bisa pergi dari dirinya, Maureen justru semakin murka dan menyebut sumpah serapah apa saja yang terlintas di dalam benaknya.Bahkan dia melarang sekretarisnya beristirahat selagi Darwin belum muncul di Vila itu, sudah sangat mirip seperti psikopat gila yang haus kasih sayang suaminya."Aku sudah bekerja keras selama berhari-hari di sana, imbalan ku hanya menikmati malam romantis dengan suami sendiri. Tapi apa ini? Ini yang harus aku dapatkan? Aku tidak akan pernah terima perlakuan laki-laki itu.Panggil Faris ke sini!"Maureen akhirnya mencari kambing hitam lain yang harus dia salahkan atas kemalangan nya ini, tidak peduli orang itu benar atau salah, Maureen hanya perlu seseorang untuk menjadi bahan pelampiasannya."Baik Nyonya!" sahut Dian seraya mengambil ponsel dari saku celananya.***Silau m
Karena sudah tidak ada harapan bertemu dengan Darwin di vila itu, maka Maureen memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumahnya, dia hanya akan menunggu kehadiran Darwin di rumah pribadi mereka.Sayangnya, pihak hak Maureen enggan untuk mengganti rugi semua perabotan yang telah dirusak oleh sang majikan, dengan alasan Golden Ang adalah pemilik saham terbanyak di vila itu, pimpinannya pun amat sangat mengenal Hary Hartawan.Dengan amat sangat murka, Maureen terpaksa meninggalkan vila itu dengan penuh kenangan buruk di dalamnya. Vila itu terkenang sebuah kesialan dalam hidupnya sejak tujuh tahun terakhir. Ya! Maureen pernah mengalami kesialan lain, sesaat sebelum pernikahannya bersama Darwin."Aish, setelah mengabaikan aku tadi malam, si tua bangka ini untuk apa menelpon ku?" Mauren kesal ketika melihat nama ayahnya telah tampil di layar ponsel.Rasanya seperti ingin merobek wajah ayahnya yang sudah keriput itu.Tak selera mengangkatnya, Maureen lebih memilih me-reject t
Cincin berlian dengan nilai hampir mencapai satu miliyar itu tersimpan anggun di dalam sebuah kotak perhiasan yang telah dibuka oleh Darwin di hadapan Clara.tTidak ada yang bisa mengalahkan rasa cinta yang begitu besar untuk wanita itu, hingga memberikan berlian mahal tidak berarti apa-apa baginya. "Sayang, ini apa tidak terlalu mahal untukku?""Mahal? Apa itu mahal? Tidak ada yang lebih mahal selain cintamu untukku. Bahkan rasanya cincin ini tidak ada apa-apanya dibandingkan hati yang sudah kamu berikan untukku, Nona!" sahut Darwin dengan percaya diri."Baiklah, aku menerima hadiah ini dengan setulus hati. Terima kasih sayangku!"Sebelum Clara turun dari mobil, Darwin menyempatkan diri untuk mencium kening kekasihnya itu sebagai tanda perpisahan sementara. Setelah itu Clara mohon pamit untuk segera pulang ke rumahnya, bertemu dengan Ibu Laura dan menceritakan semua yang sudah di lalui ketika perjalanan bisnisnya bersama Maureen."Aku pulang!" ucap Clara memasuki rumahnya."Bunda!!
Darwin menghembuskan napas kasar memperhatikan ruangan yang sudah sangat berantakan akibat ulah istrinya yang melempar barang seenak jidatnya sendiri "Akhirnya kamu muncul juga Tuan Darwin. Ku pikir kamu sudah hilang ditelan bumi. Jawab jujur, kenapa kamu tidak datang malam itu."Mungkin sebentar lagi, perseteruan sengit akan terjadi diantara suami istri itu, keduanya saling beradu emosi dan merasa paling tersakiti."Aku sudah bilang berkali-kali, pegawai kita bukan budak! Kenapa kamu memperlakukan mereka dengan seenaknya sendiri? Apalagi Faris, dia bekerja untukku, kamu paham tidak?"Ekpresinya sangat menyeramkan sekali, kedua matanya terbelalak lebar seakan akan jatuh menggelinding ke lantai."Kamu malah membela sekretarismu? Aku ini wanita yang sudah kamu sakiti hatinya, kenapa malah membela orang lain. Aku khawatir sayang, wajar saja aku bertanya pada Faris, dia yang paling tahu keberadaan kamu dan apa yang kamu lakukan selama ini.""Apa memasang alat pelacak juga termasuk hal ya