Share

Bab 61

Penulis: Tanty Longa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-02 22:46:48

“Guys, kita sudah sepakat untuk ke pantai saja,” ujar Aras memulai pembicaraan, sementara semua anggota dari kedua kubu segera mengalihkan fokus mereka dari ponsel karena sedari tadi mereka sedang memainkan game yang cukup populer. Mereka main berregu. Mabar, mereka biasa menyebutnya demikian.

“Besok jam berapa berangkat?” potong Jaya bersemangat.

“Sory bro, gue ada usul. Gimana kalau kita bahas dulu mengenai perlengkapannya,” Ziyo angkat bicara.

“Boleh juga itu,” Rindi turut menambahkan.

“Kalau untuk masalah tenda, kita gak perlu khawatir. Kazuo punya tiga buah, apa kurang?” tutur Aras yang menyepakati ide Ziyo dan Rindi.

“Oh bagus itu. Raygem punya satu tenda jenis ridge, yang kayak camping anak pramuka,” tambah Chal yang sudah tidak mau ikut Dexlicas lagi.

“Bagus itu, tapi saya rasa kita butuh satu lagi,” tambah Aras. Jumlah mereka hampir mencapai lima pul

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 62

    Irishena keluar dari mobil. Binar sedikit mengucek matanya yang belum bisa melihat dengan sempurna."Mama..." teriaknya kemudian."Good morning sayang, jangan kencang-kencang ngomongnya, yang lain masih tidur." ujar Irishena sedikit berbisik."Papa di mana?" tanya Irishena setelah Binar membukakan pintu untuknya."Masih tidur, Mah" jawab Binar tidak jelas karena sementara menguap kecil."Pasti kamu gak tidur karena jagain Papa, ya?" tanya Irishena kemudian setelah melihat kantong mata Binar yang membengkak."Ah tidak begitu juga," elak Binar.Ia membantu Irishena membawakan barang-barangnya. "Mah, Binar siapkan sarapan dulu," ujar Binar yang segera balik kanan setelah menghantarkan ibunya sampai di depan pintu kamar Azerus."Mama temanin," tawar Irishena."Jangan. Mama pasti capek. Biar aku saja," tolak Binar."Ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 63

    Mereka segera berpisah setelah Aras mengumpulkan mereka semua untuk makan siang. Siang ini tidak perlu repot untuk masak, mereka sudah menyiapkan bekal untuk langsung dimakan saat tiba. Sekali lagi Aras mengingatkan mereka semua untuk tidak boleh berpencar dan membuat kerusuhan. Seperti biasa ia juga menekankan agar tidak ada yang boleh memposting di sosial media segala kegiatan yang mereka lakukan.Ziyo akan membuangnya ke laut jika sampai kedapatan, begitu ancamnya. Tentu saja, Trea dan gengnya sangat tidak nyaman dengan hal itu. Mereka bersepakat akan menghabiskan waktu satu jam setelah makan untuk beristirahat, bebas dari skenario yang sudah mereka sepakati bersama.Tenda yang mereka dirikan cukup teduh. Di bawah sebuah pohon asam yang sangat besar dan rimbun. Aras, Rindi, Tiar, dan Ziyo memilih untuk mengobrol di saat anak-anak lain sibuk mencoba tenda mereka masing-masing."Gimana?" ungkap Aras yang memulai pembicaraan sebab sedari tadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 64

    Binar segera menjalankan tugasnya. Pergi tanpa pamit kepada ibunya, Azerus sengaja melarang dia untuk melakukan hal itu. Binar berangkat hanya bersenjatakan sebatang kayu. Itu adalah pendayung perahu yang berukuran kecil. Mainannya sewaktu masih kecil, namun masih sangat kuat. Itu adalah kayu asli.Binar terus menelepon ayahnya, agar bisa mendengar bunyi nada panggilannya. Ponsel itu tergeletak di dekat pondok, tempat biasa Azerus menyimpan barangnya sebelum melaut. Aras yang ketika hendak membuang air kecil Mendengar suara dering itu. Ia melangkah kecil ke arah sumber suara. Awalnya ia tidak peduli, namun karena ponsel itu masih terus berbunyi, makanya ia berinisiatif untuk mencarinya. Aras mendapati ponsel yang tergeletak begitu saja tanpa ada tuannya. Ia pun menerima panggilan tersebut, khawatir jika pemiliknya sedang mencari. Sekilas ia membaca nama pemanggil yang tersimpan di kontak itu. Putriku, tulisnya."Halo," ujar Binar ketika pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 65

    "Orangnya ada," tegas Aras."Dia ikut? Terus Tiar mau kamu ke mana kan?" umpat Binar."Itu kan. Kamu salah paham lagi. Kita cuman teman. Tiar itu sahabat kecil aku," balasnya polos."Tiar kayaknya punya sesuatu yang lebih terhadap kamu. Kamu gak sadar sih?" elak Binar."Biasa aja tuh" bantahnya."Emang sih orang yang diberi perhatian tidak akan sadar. Hanya orang lain yang melihat yang tahu," gumam Binar. Aras terdiam mendengarkannya. Ucapan Binar tadi mengundang seribu harapan dalam hatinya. Itu terlihat jelas dari sorot matanya."Kamu sedang di fase itu ya?" goda Aras."Tidak," elaknya."Terus tadi senyum sendiri. Masa senyum mendapat sms tawaran pulsa telkomsel." Aras terus menggodanya."Gak tahu juga sih, menurut kamu definisi cinta itu kayak apa?" tanya Binar.Waktu kian bergulir. Mereka masih bergelayut dalam indahnya cerita yang tak berujung. Mengikuti ke mana

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-09
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 66

    Suara gelak tawa selalu terdengar setiap mereka keliru menyanyikan lirik lagu dan kadang mereka sengaja mengubahnya menjadi sebuah lelucon. “Oh ya guyz, kita tidak bisa mengadakan bersih-bersih lingkungan, besok” ujar Aras ketika para penyanyi jadulan itu tengah memikirkan lagu apa yang akan dinyanyikan selanjutnya.“Kenapa? Dilarang ya?” tanya Jaya yang mewakili pertanyaan merela semua.“Bukan. Tidak dilarang kok. Cuman tadi saya keliling tapi gak ada sampahnya,” jelas Aras sabar.“Oh. Lah terus kita pulang gitu?” ungkap Jaya kecewa.“Tidak kok. Tadi sewaktu saya keliling ada yang tawar untuk bantu tanam bakau. Kira-kira gimana menurut kalian?” Aras coba menawarkan.“Sepakat,” jawab mereka semua kompak tanpa menunggu waktu yang lama.“Ok, besok kita tunggu saja. Oh yah, yang cewek pada tidur gih, terus yang tugas jaga tetap stay yah, buat yang belum pike

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 67

    Beberapa saat ruangan itu tampak sepih, Azerus terlihat sedikit berpikir sementara Binar menatapnya penuh harap.“Gimana Pah?” tutur Binar yang memecah sunyi.“Ah boleh aja sih, cuman kamu tahu sendirikan selera musik Papa gimana?” balas Azerus akhirnya.“Ah palingan lagu era delapan puluh-an, Binar suka kok,” jawab Binar antusias, tidak ada tampang kecewa di matanya.“Serius?” jawab Azerus ragu, “Bukannya anak sekarang itu lagi demam K-pop?” lanjutnya.“Yah mau gimana lagi. Lagian Binar suka jenis musik apa saja asal suara penyanyinya saja yang tidak cempreng,” canda Binar. Azerus menyerahkan ponsel itu kepada putrinya dengan senyum yang sedikit dipalsakan. Binar mulai mengutak-atik ponsel yang sudah terpecahkan sandi keamanannya itu. Jarinya lihai menggeser dan mengetuk beberapa opsi yang tersedia di sana, sedangkan Azerus tak memalingkan matanya dari benda segi empat yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 68

    Binar membiarkan kamera besarnya terkalung pada lehernya, sementara tangannya yang sedikit berlumur pasir dengan gesit menggeser layar ponselnya. Ia memperbesar ukuran gambar yang dikirim Amaz lantas tersenyum haru melihatnya. Anak-anak rumah ketan terlihat sangat bahagia melayani pembeli yang ramai, itulah foto yang dikirim Amaz.“Kamu lagi di sana?” dengan cepat Binar menyentuh papan keyboar dan mengirimnya segera. Beberapa detik kemudian sebuah panggilan video call dari Amaz masuk ke ponselnya. Binar segera menggeser ikon berwarna hijau untuk menjawabnya. Panggilan pun terhubung.“Hei,” sapa Amaz yang masih terlihat berada di Rumah Ketan. Binar hanya tersenyum membalasnya. “Nah gini dong, mentang-mentang di kampung halaman, senyumnya diumbar-umbar,” sambung Amaz.“Apaan sih? Biasa aja” celetuk Binar malu.“Idih, gitu aja baper,” gumam Amaz.“Yah sudah, ngapain telpon?” rup

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 69

    Aras menarik nafas panjang sebelum menyampaikan berita super penting itu kepada rekannya,”Ini tentang Afra,” desisnya hampir tak terdengar. “Afra?” Rindi mengulangi ujaran Aras.“Ternyata Ziyo adalah sahabatnya dan Binar adalah mantan kekasihnya,” ujar Aras kembali serius dan dengan berat menyebut nama Binar sebagai mantan kekasih Afra. Rindi tampak tidak percaya dengan ucapan sahabatnya itu. Fakta barusan seakan membungkam mulutnya dan menarik semua kata-kata dari pikirannya sehingga ia kehabisan kata-kata.“Itulah bro. Aku juga tidak ngerti. Semua seperti sangat berhubungan. Saling terkait,” tutur Aras kemudian.“Berarti penyerangan selama ini, bisa dipastikan karena Afra alasan utamanya. Mungkin saja orang terdekat Afra yang tidak terima hingga mau balas dendam,” Rindi menambahkan.“Boleh juga sih. Kata Ziyo, Afra orang yang cukup berpengaruh. Dia pintar, keren dan kaya. Populer sema

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29

Bab terbaru

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 76

    Azerus sedikit lebih pulih setelah ditangani. Dokter yang menanganinya tampak sedikit ragu untuk mendiagnosis Azerus, pasalnya tidak ada bagian tubuh yang mengalami masalah. Dokter itu berterus terang bahwa, mungkin Azerus sedang mengalami tekanan batin. Itu berdampak pada konsentrasinya. Dokter menyarankan agar Azerus perlu terbuka pada seseorang yang paling dipercayainya yang dianggap bisa membantu dia menyelesaikan persoalannya. Amaz sangat khawatir dengan keadaan ayahnya, padahal saat ia datang tadi beliau baik-baik saja, dan setelah ketemu Aras, ayahnya menjadi tidak terkendali. Konsentrasi Amaz menjadi kacau, urusannya dengan Binar belum selesai, sekarang kesehatan ayahnya menambah beban di pikirannya. Amaz tidak henti bertanya perihal masalah kesehatan ayahnya."Mungkin benar apa kata dokter tadi, ayah cuman kecapean atau nggak karena banyak pikiran. Tapi kenapa bisa ya? Ayah pikir apa? Bukankah selama ini

  • Pelabuhan terakhirku   75

    Aras menghentikan laju motornya, sementara Binar masih melaju. Sesaat kemudian Binar menyadari jika Aras tidak ada di belakangnya. “Oi, thanks ya,” ujar Binar sedikit menoleh dengan wajah datar. Kemudian melambaikan tangan dan kembali melaju. Pagar gerbang rumahnya terbuka secara otomatis ketika ia menekan sebuah remot. Amaz mengurungkan niatnya untuk menahan Binar. Panggilannya tidak mendapat respon apa-apa dari Binar. Dalam hati Amaz menduga jika Binar sudah tahu soal penyerangan itu. Amaz tak bergeming dari tempatnya bahkan saat jelas-jelas ia tahu kalau kekasihnya baru saja berjalan dengan lelaki lain. Aras memutar balik kendaraannya, dan melesat, meninggalkan tempat itu.Binar masuk ke dalam rumahnya, ia langsung ke kamarnya, mengabaikan sapaan hangat dari Bi Imba dan juga sang kakek. Mereka bertiga tampak panik dan bingung, “Tadi waktu pergi mukanya ceria, sekarang kok malah gitu,” ujar sang Nenek sekaligus mewakili pertan

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 74

    Dexlicas tidak menggubris pertanyaan Rindi, ia berhasil meloloskan diri ditengah kebingungan ketiga orang itu.“Sialan!” umpat Aras kecewa.“Tunggu, tadi dia bilang, gak ada yang bisa masukin dia ke penjara?” Binar sekali lagi memastikan bahwa yang ia dengar itu tidak salah.Aras dan Rindi mengangguk, mengiyakan apa yang ucakan Binar.“Tunggu, itu terjadi jika ada yang menyogok atau gak mereka punya hubungan keluarga,” gumam Rindi menebak.Mereka bertiga terdiam, “Ah apa mungkin jika mereka bersaudara? Saya ingat waktu itu Afra bilang, itu saudaraku.” ucap Aras setelah berhasil mengingat.“Aku gak tahu kalau soal itu. Cuman dulu Afra pernah bilang kalau ia punya saudara tiri, apa mungkin Dexlicas, yang ia maksud?” tambah Binar.“Kita harus cari tahu ini, dan juga perihal Amaz yang mencurigakan itu. Aku yakin ia terlibat,” gumam Rindi.“A

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 73

    Satu jam sebelumnya…. POV: ARAS……Aku seakan asing lagi saat berada diantara sepasang kekasih itu. Aku pun memutuskan untuk pergi dari pada harus menjadi obat nyamuk untuk pasangan itu. Baru saja aku dalam perjalanan, tiba-tiba Rindi mengirimiku pesan, kalau ia mendapat petunjuk dari pesan Dexlicas yang diduplikatnya. Tak sabar aku pun langsung tancap gas, menuju lokasi yang dikirim oleh Rindi. Setelah beberapa menit kemudian, aku melihat Dexlicas dalam perjalanan, ia tidak jauh dari sebuah rumah makan yang sekilas aku melihat ada Amaz di sana. Entahlah kenapa tiba-tiba ia ada di sana, bukannya tadi ia sedang bersama Binar? Tapi terserah, tujuanku sekarang adalah Dexlicas.Dexlicas menuju tempat yang sampai kapanpun tidak bisa aku lupakan. Ini adalah tempat yang aku tinggalkan sejak dua tahun yang lalu. Rasanya aku ingin pulang saja karena ku pikir Dexlicas aka

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 72

    Kedai hari ini menghadirkan sesuatu yang berbeda bagi Binar. Biasanya, ia akan lebih tenang jika berada di sini, namun yang terjadi sekarang, ia merasa seakan ada sebuah tekanan yang mengalir dalam pikirannya.Amaz duduk termangu di hadapannya. Mereka tenggelam dengan pikirannya masing-masing. Binar menatap kosong nasi ikan di hadapannya, begitu pula Amaz. Tidak ada lagi kalimat yang dilontarkan semenjak kepergian Aras tadi. Sesungguhnya Amaz, masih memikirkan masalahnya. Sesuatu yang cemerlang pun tiba-tiba muncul dalam pikirannya.Ia pun dengan gesit, mengambil ponsel dan mengirimkan sebuah pesan kepada Dexlicas atau yang sering dipanggil dengan nama Gefol olehnya. Menurut Amaz, Gefol lebih singkat dari pada Dexlicas. Binar sedikit menaruh rasa curiga terhadap sikap Amaz sekarang. Ia sangat tahu Amaz, jika Amaz selalu diam, itu artinya ada sesuatu yang mengusiknya."Kenapa?" tanya Binar akhirnya. Ia melihat sesuatu yan

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 71

    Sosok yang berjalan dengan langkah gontai itu, tersungkur ke dalam dekapan Aras. Aras tampak terkejut. Ziyo melihat mereka terlibat percakapan yang tidak lama. Hasil rekaman itu tidak menghasilkan suara. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, Ziyo memutuskan untuk selebihnya percaya kepada Aras. Ziyo cukup puas dengan penyelidikannya sekarang, meskipun belum semuanya terbongkar, setidaknya satu dari sekian banyak langkah sudah bisa ditapaki. Ziyo meminta izin untuk menyalin hasil rekaman itu.“Kasus sebesar ini, baru diselidiki sekarang?” gumam salah seorang petugas di sana.“Emangnya dulu belum ada yang mengusut hal ini?” Ziyo malah balik tanya, dulu ia sangat terpukul akibat kepergian Afra, sehingga tidak sempat untuk menyelidiki semuanya. Ia mengira pihak keluarga yang mengurusnya, namun pernyataan tadi cukup menjanggal pikirannya. Berbagai argumen mulai timbul dalam pikirannya. Tentang mengapa keluarga membiarkannya begitu saja, dan terle

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 70

    Mereka kembali ke pantai setelah menyaksikan matahari benar-benar tenggelam. Aras telah mengambil banyak gambar dengan menggunakan kamera milik Binar. Mereka tampak sangat menikmati petualangan tadi, begitu pula dengan Trea, rupanya ya mulai bersahabat dengan laut meskipun selalu muntah."Wah, Nar, enak benar jadi kamu." seru Jaya kegirangan. Binar hanya tersenyum kecil membalasnya. Baginya itu hal yang biasa, namun aliran mereka kali ini membuat kebiasaannya itu agak sedikit tidak biasa melainkan luar biasa. Dia biasanya mengarungi lautan dengan beberapa nelayan yang sudah tua.Aras menghantarkan Binar pulang ke rumahnya dan langsung pamit pulang setelah memastikan Binar masuk dengan selamat. Binar segera menghampiri orang tuanya di kamar mereka, dia tidak memberi kabar selama seharian ini."Eh kamu sudah pulang Nak," Azerus berbasa basi."Iya. Oh iya, gimana maksud Mama yang bilang kondisi Papa naik turun gitu?" serga

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 69

    Aras menarik nafas panjang sebelum menyampaikan berita super penting itu kepada rekannya,”Ini tentang Afra,” desisnya hampir tak terdengar. “Afra?” Rindi mengulangi ujaran Aras.“Ternyata Ziyo adalah sahabatnya dan Binar adalah mantan kekasihnya,” ujar Aras kembali serius dan dengan berat menyebut nama Binar sebagai mantan kekasih Afra. Rindi tampak tidak percaya dengan ucapan sahabatnya itu. Fakta barusan seakan membungkam mulutnya dan menarik semua kata-kata dari pikirannya sehingga ia kehabisan kata-kata.“Itulah bro. Aku juga tidak ngerti. Semua seperti sangat berhubungan. Saling terkait,” tutur Aras kemudian.“Berarti penyerangan selama ini, bisa dipastikan karena Afra alasan utamanya. Mungkin saja orang terdekat Afra yang tidak terima hingga mau balas dendam,” Rindi menambahkan.“Boleh juga sih. Kata Ziyo, Afra orang yang cukup berpengaruh. Dia pintar, keren dan kaya. Populer sema

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 68

    Binar membiarkan kamera besarnya terkalung pada lehernya, sementara tangannya yang sedikit berlumur pasir dengan gesit menggeser layar ponselnya. Ia memperbesar ukuran gambar yang dikirim Amaz lantas tersenyum haru melihatnya. Anak-anak rumah ketan terlihat sangat bahagia melayani pembeli yang ramai, itulah foto yang dikirim Amaz.“Kamu lagi di sana?” dengan cepat Binar menyentuh papan keyboar dan mengirimnya segera. Beberapa detik kemudian sebuah panggilan video call dari Amaz masuk ke ponselnya. Binar segera menggeser ikon berwarna hijau untuk menjawabnya. Panggilan pun terhubung.“Hei,” sapa Amaz yang masih terlihat berada di Rumah Ketan. Binar hanya tersenyum membalasnya. “Nah gini dong, mentang-mentang di kampung halaman, senyumnya diumbar-umbar,” sambung Amaz.“Apaan sih? Biasa aja” celetuk Binar malu.“Idih, gitu aja baper,” gumam Amaz.“Yah sudah, ngapain telpon?” rup

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status