Share

Bab 32

Author: Tanty Longa
last update Last Updated: 2021-11-04 06:39:35

“Bos seharian ini kita gak lihat ada siapa-siapa keluar ataupun masuk." Lapor salah seorang dari mereka di telepon.

"Siap bro." Ujarnya lagi setelah mendengar respon dari peneleponnya. 

"Guys kita pulang dulu sekarang." Ujarnya beberapa detik kemudian.

Mereka pun meninggalkan  tempat itu.

Bi Imba terpukau melihat penampakan kebun di hadapannya sekarang.  Ia berdecak tak percaya akan semua ini. 

"Tidak menyaka Non Binar bisa sehebat ini." Puji Bi Imba dalam hati. 

Bi Imba mengambil beberapa dari sayuran itu untuk ia masak.  Ia juga memetik beberapa buah buahan di sana. Tak henti Bi Imba berdecak kagum.

Pagi-pagi Binar dan Amaz setelah mengurus semua pembayaran hotel mereka bergegas menuju bandara. Mereka akan terbang kembali ke tempatnya.

Aras  berkendara dengan  motornya. Melaju pelan sembari menikmati uda

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 33

    “Lah terus ngapain?” ujar Binar bingung.“Amnesia nih anak.” Gumam Amaz kesal.“Emang ada apa sih. Asli gue lupa.” Ujar Binar makin bingung.“Ini nih akibat terlalu banyak tidur jadi lupa kan segala urusan.” Olok Amaz.“Eh yang benar aja kalau ngomong. Loh kira gue google yang bisa tahu segalanya.” Balas Binar kesal.“Tugas yang kemarin kapan selesainya. Kita kan sudah sepakat buat diskusi jam tiga. Sekarang jam berapa?” jelas Amaz jengkel.“Ah iya kok bisa gue lupa” ujar Binar menepuk jidatnya.“Ok deh. Gue cabs ke sana sekarang. Tujuh menit lagi sampe. Loh stay di sana,” lanjut Binar langsung bergegas membelokan motornya.“Buruan. Lebih dari itu gue tinggal.” Bentak Amaz yang ia sendiri tidak sadar kalau Binar sedari tadi sudah memutuskan sambungan panggilan.&ldquo

    Last Updated : 2021-11-04
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 34

    “kamu aja yang bawa ke sana, ya” pinta Aras.“Yang pake kan loh, kenapa jadi gue?” celetuk Binar.“kalau saya pulang cuman bawa helm doang, apa kata nyokab,” celetuk Aras.“Yah itu sejagad raya juga tahu,” tutur Binar.“Tahu apa?” potong Aras.“Tahu kalau itu bukan urusan gue,” ujar Binar menyolot.“Dasar loh alien. Gak punya hati,” omel Aras.“Terserah gue lah. Lagian kalau gak punya hati itu sudah mati dari lahir.” Celetuk Binar kesal.“Gak ngerti majas loh ya,” tambah Aras kesal.“Majas? Emang loh mau bikin puisi? Drama? Hei ini cuman dialog biasa, bukan pantun,” omel Binar panjang lebar.“Dasar payah.” Celetuk Aras kehabisan kata-kata.“Pokoknya please kali ini saja. Saya janji besok pagi-pagi ambilin tuh helm di rumah loh.” Ujar Aras memohon.

    Last Updated : 2021-11-05
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 35

    Binar melangkah keluar dari restoran itu, yang beberapa saat kemudian diikuti oleh Mita. Binar segera pergi dengan motornya tanpa menawarkan tumpangan untuk kawannya itu.Jenbow menggonggong di depan pintu. Bi Imba pun segera menyusul nya. Takut kalau ada maling yang masuk, ia pun bersiaga dengan membawa peralatan masak. Bi Imba membuka pintu dengan waspada.Jenbow tampak menggoyangkan ekornya. Kepanikan Bi Imba pun segera menghilang. Itu semua berkat Jenbow. Anjing hanyalah binatang yang sama seperti binatang lainnya. Namun ia punya keistimewaan dalam diri nya. Semua peliharaan memang mengenal tuanya, namun berbeda dengan Jenbow, selain mengenal tuanya ia juga seakan memiliki kemampuan lain. Binar percaya jika Jenbow menggonggong tidak jelas itu berarti dia melihat makhluk halus atau kadang seperti tanda tidak baik. Pernah satu kali ia terus menggonggong ke jalan raya, ternyata besoknya tidak jauh dari rumah

    Last Updated : 2021-11-06
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 36

    Tiar duduk santai memangku kaki di samping seorang anggota lawannya yang kini ditawannya. Menunggu ketua mereka untuk mendatangi nya. Tawanan nya dipaksa untuk mengaku siapa yang telah menyuruhnya untuk mengejar mereka namun walaupun telah dipaksa berkali-kali ia tak juga buka mulut. Bahkan seribu ancaman pun telah dikatakannya namun ia masih tidak bisa mendapatkan secuil informasi apapun darinya. Tiar menyerah, ia mengirim video itu ke grup Kazuo. Baru beberapa detik video itu terkirim tampak banyak sekali anggota mereka yang sangat merespon dengan senang hati. Grup yang hampir musnah selama kurang lebih empat bulan itu kini kembali ramai setelah terkirimnya video itu. Teman-temannya bersorak riang menyaksikan tontonan spesial itu. Sekarang semuanya pun kompak untuk kembali membangunkan Kazuo. Tiar mengirim lokasi keberadaannya sekarang kepada anggota grupnya. Mereka bersepakat akan segera mendatangi tempat Tiar sekarang. Aras yang pada saat itu

    Last Updated : 2021-11-07
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 37

    "Kenapa sama mata kamu" ujar Amaz mengikut gaya Ishad tadi."Gak kok. Abangnya saja yang terlalu fokus, " elak Ishad." Mana ada jelas-jelas dari begitu, " tuntut Amaz."Udah ah kapan mulainya nih." Potong Binar menengahi keduanya. Perdebatan itu tidak akan berujung sampai kapan pun. Keduanya sama-sama saling mengotot membela diri dan menyangkal."Hehehhe. Kakak loh orang baik yang dibawa ke sini sama abang. Kemarin itu dia pernah bawa kak Trea ke sini. Sebel banget aku sama dia. Di depan bang Amaz ngomongnya sok kayak Princess, padahal megang gunting aja nggak tahu." Lapor Ishad."Ngapain di bahas sih tuh orang. Gak jelas tau. Bikin gue tambah naik darah saja," Gerutu Amaz tidak terima."Oh si Trea. Emang gitu dia." Gumam Binar."Iya kak, yang lebih ngesalin itu di belakang bang Amaz dia nyindir gue. K

    Last Updated : 2021-11-10
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 38

    Pagi-pagi sekali saat semua orang sedang sibuk dengan aktivitas di rumah mereka masing-masing bahkan saat pemilik rumah makan belum membuka dagangannya, Aras sudah siap-siap dengan rapi untuk ke tempat Tiar. Ia ingin membicarakan sedikit kesalahpahaman kemarin.Aras berhenti di depan rumah Tiar."Tumben pagi-pagi gini udah rapi. Emang mau kemana?" Tanya Aras basa basi.Tiar masih tidak peduli. Tiar sudah rapi dengan pakaian olahraganya. Kata dokter, ini bagus untuk kesehatannya."Hei. Tiarsha Putri Dien" ujar Aras."Bukan urusan kamu!" Bantah Tiar."Kata siapa? Kalau salam tidak di jawab berarti urusan saya." Protes Aras sengaja agar mencari ribut dengan Tiar."Sejak kapan kepoh di samakan artinya dengan sapaan?" Akhirnya Tiar terpancing. Ia tidak tahu pagi ini Aras berpura-pura bego agar mendapat maaf darinya. Biarpun Tiar masih tidak mau memberi

    Last Updated : 2021-11-11
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 39

    Amaz tiba di tempat Pemakaman Umum. Ia berhenti pada sebuah makam dengan bertuliskan Afra Konath pada nisannya. Ia menaburi bunga yang dibawanya diatas makam itu.“Loh yang tenang di alam sana. Gue bakalan buat orang yang sudah menyerang loh untuk bisa merasakan hal yang sama,” bisik Amaz. Air matanya mulai membasahi pipi tirusnya. Ia ingat betul bagaimana kejadian dua tahun yang lalu, beredar berita di koran, dan sosial media lainnya tentang kematian Afra.“Remaja dengan inisial AK mengaku menemukan korban yang sudah babak belur dan dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun sayangnya korban tidak tertolong.” begitulah berita yang beredar di media massa dan pusat perberitaan.“Sialan itu bersembunyi dibalik topeng sok sucinya. Padahal ia tak beda dari sampah! Saya yakin dia yang sudah bunuh loh.” geram Amaz.Setelah berdoa ia meninggalkan tempat itu sementara di sisi lain Binar sedang dalam perjalanan menuju ke situ.

    Last Updated : 2021-11-12
  • Pelabuhan terakhirku   Bab 40

    Dihari yang sangat terik ini Aras sengaja memacu mobil milik Venya dengan ngebut, agar cepat sampai di rumah. Ia juga menyetel musik slow kegemarannya.“Namanya Binar, kamu kenal dia?” tanya Venya Karyasa.“Binar.” Tapi tidak mungkin Alien itu yang disebut anggun sama Mama, pikir Aras.“Mama lupa siapa nama lengkapnya, fotonya juga tidak ada pada mama.” Keluh Venya menyesal, karena belum pernah berfoto bersama Binar.“Kamu kenal?” tanya Venya lagi.“Tidak Mah, gak tahu,” balas Aras setelah yakin Binar yang dimaksud ibunya bukanlah Binar yang ia kenal. Didunia yang luas ini, yang namanya Binar pasti bukan Cuma satu, pikirnya.“Yah sudah, besok-besok mama kenalin kamu sama dia,” balas Venya yakin.Aras sengaja membawa Venya ke sebuah danau kecil di jalan yang mereka lewati. Hal ini mengingatkan mereka akan masa kecil Aras yang selalu mengunjungi danau ini seti

    Last Updated : 2021-11-13

Latest chapter

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 76

    Azerus sedikit lebih pulih setelah ditangani. Dokter yang menanganinya tampak sedikit ragu untuk mendiagnosis Azerus, pasalnya tidak ada bagian tubuh yang mengalami masalah. Dokter itu berterus terang bahwa, mungkin Azerus sedang mengalami tekanan batin. Itu berdampak pada konsentrasinya. Dokter menyarankan agar Azerus perlu terbuka pada seseorang yang paling dipercayainya yang dianggap bisa membantu dia menyelesaikan persoalannya. Amaz sangat khawatir dengan keadaan ayahnya, padahal saat ia datang tadi beliau baik-baik saja, dan setelah ketemu Aras, ayahnya menjadi tidak terkendali. Konsentrasi Amaz menjadi kacau, urusannya dengan Binar belum selesai, sekarang kesehatan ayahnya menambah beban di pikirannya. Amaz tidak henti bertanya perihal masalah kesehatan ayahnya."Mungkin benar apa kata dokter tadi, ayah cuman kecapean atau nggak karena banyak pikiran. Tapi kenapa bisa ya? Ayah pikir apa? Bukankah selama ini

  • Pelabuhan terakhirku   75

    Aras menghentikan laju motornya, sementara Binar masih melaju. Sesaat kemudian Binar menyadari jika Aras tidak ada di belakangnya. “Oi, thanks ya,” ujar Binar sedikit menoleh dengan wajah datar. Kemudian melambaikan tangan dan kembali melaju. Pagar gerbang rumahnya terbuka secara otomatis ketika ia menekan sebuah remot. Amaz mengurungkan niatnya untuk menahan Binar. Panggilannya tidak mendapat respon apa-apa dari Binar. Dalam hati Amaz menduga jika Binar sudah tahu soal penyerangan itu. Amaz tak bergeming dari tempatnya bahkan saat jelas-jelas ia tahu kalau kekasihnya baru saja berjalan dengan lelaki lain. Aras memutar balik kendaraannya, dan melesat, meninggalkan tempat itu.Binar masuk ke dalam rumahnya, ia langsung ke kamarnya, mengabaikan sapaan hangat dari Bi Imba dan juga sang kakek. Mereka bertiga tampak panik dan bingung, “Tadi waktu pergi mukanya ceria, sekarang kok malah gitu,” ujar sang Nenek sekaligus mewakili pertan

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 74

    Dexlicas tidak menggubris pertanyaan Rindi, ia berhasil meloloskan diri ditengah kebingungan ketiga orang itu.“Sialan!” umpat Aras kecewa.“Tunggu, tadi dia bilang, gak ada yang bisa masukin dia ke penjara?” Binar sekali lagi memastikan bahwa yang ia dengar itu tidak salah.Aras dan Rindi mengangguk, mengiyakan apa yang ucakan Binar.“Tunggu, itu terjadi jika ada yang menyogok atau gak mereka punya hubungan keluarga,” gumam Rindi menebak.Mereka bertiga terdiam, “Ah apa mungkin jika mereka bersaudara? Saya ingat waktu itu Afra bilang, itu saudaraku.” ucap Aras setelah berhasil mengingat.“Aku gak tahu kalau soal itu. Cuman dulu Afra pernah bilang kalau ia punya saudara tiri, apa mungkin Dexlicas, yang ia maksud?” tambah Binar.“Kita harus cari tahu ini, dan juga perihal Amaz yang mencurigakan itu. Aku yakin ia terlibat,” gumam Rindi.“A

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 73

    Satu jam sebelumnya…. POV: ARAS……Aku seakan asing lagi saat berada diantara sepasang kekasih itu. Aku pun memutuskan untuk pergi dari pada harus menjadi obat nyamuk untuk pasangan itu. Baru saja aku dalam perjalanan, tiba-tiba Rindi mengirimiku pesan, kalau ia mendapat petunjuk dari pesan Dexlicas yang diduplikatnya. Tak sabar aku pun langsung tancap gas, menuju lokasi yang dikirim oleh Rindi. Setelah beberapa menit kemudian, aku melihat Dexlicas dalam perjalanan, ia tidak jauh dari sebuah rumah makan yang sekilas aku melihat ada Amaz di sana. Entahlah kenapa tiba-tiba ia ada di sana, bukannya tadi ia sedang bersama Binar? Tapi terserah, tujuanku sekarang adalah Dexlicas.Dexlicas menuju tempat yang sampai kapanpun tidak bisa aku lupakan. Ini adalah tempat yang aku tinggalkan sejak dua tahun yang lalu. Rasanya aku ingin pulang saja karena ku pikir Dexlicas aka

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 72

    Kedai hari ini menghadirkan sesuatu yang berbeda bagi Binar. Biasanya, ia akan lebih tenang jika berada di sini, namun yang terjadi sekarang, ia merasa seakan ada sebuah tekanan yang mengalir dalam pikirannya.Amaz duduk termangu di hadapannya. Mereka tenggelam dengan pikirannya masing-masing. Binar menatap kosong nasi ikan di hadapannya, begitu pula Amaz. Tidak ada lagi kalimat yang dilontarkan semenjak kepergian Aras tadi. Sesungguhnya Amaz, masih memikirkan masalahnya. Sesuatu yang cemerlang pun tiba-tiba muncul dalam pikirannya.Ia pun dengan gesit, mengambil ponsel dan mengirimkan sebuah pesan kepada Dexlicas atau yang sering dipanggil dengan nama Gefol olehnya. Menurut Amaz, Gefol lebih singkat dari pada Dexlicas. Binar sedikit menaruh rasa curiga terhadap sikap Amaz sekarang. Ia sangat tahu Amaz, jika Amaz selalu diam, itu artinya ada sesuatu yang mengusiknya."Kenapa?" tanya Binar akhirnya. Ia melihat sesuatu yan

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 71

    Sosok yang berjalan dengan langkah gontai itu, tersungkur ke dalam dekapan Aras. Aras tampak terkejut. Ziyo melihat mereka terlibat percakapan yang tidak lama. Hasil rekaman itu tidak menghasilkan suara. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, Ziyo memutuskan untuk selebihnya percaya kepada Aras. Ziyo cukup puas dengan penyelidikannya sekarang, meskipun belum semuanya terbongkar, setidaknya satu dari sekian banyak langkah sudah bisa ditapaki. Ziyo meminta izin untuk menyalin hasil rekaman itu.“Kasus sebesar ini, baru diselidiki sekarang?” gumam salah seorang petugas di sana.“Emangnya dulu belum ada yang mengusut hal ini?” Ziyo malah balik tanya, dulu ia sangat terpukul akibat kepergian Afra, sehingga tidak sempat untuk menyelidiki semuanya. Ia mengira pihak keluarga yang mengurusnya, namun pernyataan tadi cukup menjanggal pikirannya. Berbagai argumen mulai timbul dalam pikirannya. Tentang mengapa keluarga membiarkannya begitu saja, dan terle

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 70

    Mereka kembali ke pantai setelah menyaksikan matahari benar-benar tenggelam. Aras telah mengambil banyak gambar dengan menggunakan kamera milik Binar. Mereka tampak sangat menikmati petualangan tadi, begitu pula dengan Trea, rupanya ya mulai bersahabat dengan laut meskipun selalu muntah."Wah, Nar, enak benar jadi kamu." seru Jaya kegirangan. Binar hanya tersenyum kecil membalasnya. Baginya itu hal yang biasa, namun aliran mereka kali ini membuat kebiasaannya itu agak sedikit tidak biasa melainkan luar biasa. Dia biasanya mengarungi lautan dengan beberapa nelayan yang sudah tua.Aras menghantarkan Binar pulang ke rumahnya dan langsung pamit pulang setelah memastikan Binar masuk dengan selamat. Binar segera menghampiri orang tuanya di kamar mereka, dia tidak memberi kabar selama seharian ini."Eh kamu sudah pulang Nak," Azerus berbasa basi."Iya. Oh iya, gimana maksud Mama yang bilang kondisi Papa naik turun gitu?" serga

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 69

    Aras menarik nafas panjang sebelum menyampaikan berita super penting itu kepada rekannya,”Ini tentang Afra,” desisnya hampir tak terdengar. “Afra?” Rindi mengulangi ujaran Aras.“Ternyata Ziyo adalah sahabatnya dan Binar adalah mantan kekasihnya,” ujar Aras kembali serius dan dengan berat menyebut nama Binar sebagai mantan kekasih Afra. Rindi tampak tidak percaya dengan ucapan sahabatnya itu. Fakta barusan seakan membungkam mulutnya dan menarik semua kata-kata dari pikirannya sehingga ia kehabisan kata-kata.“Itulah bro. Aku juga tidak ngerti. Semua seperti sangat berhubungan. Saling terkait,” tutur Aras kemudian.“Berarti penyerangan selama ini, bisa dipastikan karena Afra alasan utamanya. Mungkin saja orang terdekat Afra yang tidak terima hingga mau balas dendam,” Rindi menambahkan.“Boleh juga sih. Kata Ziyo, Afra orang yang cukup berpengaruh. Dia pintar, keren dan kaya. Populer sema

  • Pelabuhan terakhirku   Bab 68

    Binar membiarkan kamera besarnya terkalung pada lehernya, sementara tangannya yang sedikit berlumur pasir dengan gesit menggeser layar ponselnya. Ia memperbesar ukuran gambar yang dikirim Amaz lantas tersenyum haru melihatnya. Anak-anak rumah ketan terlihat sangat bahagia melayani pembeli yang ramai, itulah foto yang dikirim Amaz.“Kamu lagi di sana?” dengan cepat Binar menyentuh papan keyboar dan mengirimnya segera. Beberapa detik kemudian sebuah panggilan video call dari Amaz masuk ke ponselnya. Binar segera menggeser ikon berwarna hijau untuk menjawabnya. Panggilan pun terhubung.“Hei,” sapa Amaz yang masih terlihat berada di Rumah Ketan. Binar hanya tersenyum membalasnya. “Nah gini dong, mentang-mentang di kampung halaman, senyumnya diumbar-umbar,” sambung Amaz.“Apaan sih? Biasa aja” celetuk Binar malu.“Idih, gitu aja baper,” gumam Amaz.“Yah sudah, ngapain telpon?” rup

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status