* Cahaya Mustika *
Hari minggu ini aku hanya rebahan saja. Aku banyak pikiran. Maju mundur cantik, galau gak berkesudahan. Duh Gusti, apa yang harus aku lakukan? Aku melamun, mengingat si pencuri waktu. Haish ... soalnya semua waktuku habis buat mikirin dia.Aku memandang pergelangan tangan kiriku. Tersenyum mengingat semua kejadian dua hari yang lalu."Ca." Aku yang tengah membuat sarapan bersama Ipeh tertegun."Bisa kita bicara sebentar, Mbak Syarifah tunggu di luar ya, pintunya dibuka gak papa."Syarifah melakukan apa yang diminta Gus Azzam walaupun raut kebingungan terpampang nyata pada wajahnya."Ca.""N-nggih Gus. Pripun?""Apa yang aku ucapkan tadi saat ceramah subuh beneran. Aku serius sama kamu. Aku menerima kamu apa adanya.""T-tapi Gus, Abah dan Umi ....""Aku sudah bicara dengan mereka. Mereka setuju saja. Sekarang hanya tinggal kamu, kamu mau menerimaku? Menerima segala kekurangan dan kelebihanku?""Caca gak tahu Gu*Azzam Daffa Al Kaivan*"Gus."Aku menghentikan langkahku karena panggilan dari Caca"Iya," sahutku."Saya terima."Hah? Terima apa ya?"Maksudnya.""Saya terima. Tapi saya minta jangan poligami saya. Hanya itu. Assalamu’alaikum""Ca ... wa’alaikumsalam." Aku melongo kemudian geleng-geleng kepala. Bingung dengan maksud Caca.Aku memutuskan menaiki mobilku karena hari ini ada reuni dengan para sahabatku saat mondok dulu. Kami janjian bertemu di kompleks GOR biar mudah kalau mau mencari makanan.Saat di perempatan lampu lalu lintas aku berhenti karena lampu sedang mode merah. Purwokerto kota kecil tapi sangat ramai. Saat tengah asik menatap sekelilingku, mataku tertuju pada sebuah mobil Kilang yang dipasangi stiker nyeleneh.'Aku Ini Lelaki Setia, No Selingkuh No Poligami'Aku terkekeh membacanya. Ya jelaslah semua wanita gak mau diselingkuhi dan gak mau dipoligami. Aku juga pengin jadi cowok sejati yang hanya set
*Cahaya Mustika*Assalamu’alaikum." Aku memasuki ruang guru dan agak tercengang karena semua ustazah menatapku.Aku menilik penampilanku, tak ada yang aneh."Kenapa?" tanyaku.Hening."Ustazah Shafa?" tanyaku.Hening.Loh, kok pada diam. Kemudian ada beberapa siswi yang datang. Mereka juga menatapku dengan bersedekap. Aku jadi bingung? Apa aku melakukan kesalahan ya? Ustazah Shafa menatapku dingin, aku sedikit gemetar."Surprise," teriak Ustazah Shafa.Tepukan heboh, tiupan balon, dan nyanyian lagu selamat ulang tahun membahana di seluruh ruang guru.Aku terharu, mataku berkaca-kaca. Baik ustazah dan para siswi memelukku mengucapkan doa. Dan aku hanya mengamini."Ustazah Caca selamat ulang tahun ya? Ditunggu nikahannya sama Gus Singa Garang?" celetuk Olif."Hahaha. Ternyata calonmu Gus Azzam. Pantes dideketin sama siapa aja gak mau nengok, lah orang yang diincer Gus Azzam." Ustazah Shafa berkata heboh.
*Azzam Daffa Al Kaivan*Aku menatap tajam kearah empat wanita yang baru saja menghina gadisku, calon ibu dari anak-anakku. Mereka tampak ketakutan terutama Ning Asyifa. Tanpa mengucap kata aku berlalu. Pantang bagiku menghajar wanita. Aku punya rencana sendiri untuk membuat mereka jera dan malu.Aku tak sengaja berada disini. Aku ada janji dengan sesama dosen dari Unsoed. Dia memintaku merancang rumah untuknya. Kami janjian di kantin. Begitu aku memasuki kantin kulihat keributan yang dibuat Ning Asyifa dan teman-temannya. Aslinya aku ingin ikut membantu Caca tapi kemudian sebuah ide brilian muncul dalam otakku.Sengaja kurekam adegan yang terpampang dengan diam-diam. Alasan pertama aku ingin melihat bagaimana Caca membangun kepercayaan dirinya. Aku speechless, dia memang keren. Aku tersenyum selama melihat bagaimana Caca berbalik mengintimidasi bahkan hanya melalui tatapan mata saja. Hahaha. Lucu sekali raut muka Ning Asyifa dan ketiga sahabatnya itu.Aku m
Seminggu setelah kejadian labrakan yang dilakukan Ning Asyifa, keluarga Furqon datang ke rumah kami. Kebetulan saat itu Caca sedang pergi menghadiri MGMP Mapel Biologi."Kami meminta maaf Pak Kyai, sungguh saya malu sekali dengan tingkah laku Asyifa. Sekarang saya menyadari jika putri saya memang tidak pantas bersanding dengan Gus Azzam," ucap Kyai Sholeh.Aku sepintas melirik pada Ning Asyifa. Ckckck, permintaan maaf macam apa ini? Jika mimik muka Ning Asyifa tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali."Kami sudah memutuskan akan memondokkan Asyifa kembali ke Jombang dengan harapan tingkah lakunya menjadi lebih baik. Sekali lagi kami minta maaf.""Dan tolong sampaikan permintaan kami kepada Ustazah Caca ya Zam. Dan sekali lagi selamat untuk rencana pernikahan kalian semoga samawa.""Makasih Fur," balasku pendek.Setelah menyampaikan permintaan maaf, keluarga Furgon pamit. Alhamdulillah satu masalah selesai.*****"Wah gentengnya
*Cahaya Mustika*Aku tengah membantu Umi melipat baju keluarga ndalem. Begitu statusku menjadi calon mantu, Umi sudah tak segan meminta tolong padaku. Aku pun sudah terbiasa dengan benda pribadi milik calon suamiku ini. Soalnya Umi seperti sengaja kalau pakaian milik Singa Garang pasti jatuhnya kebagian jatah lipatanku."Kayaknya udah kewes banget ya Ca."Aku menoleh ke arah Umi kemudian tertawa."Habis Umi kayak sengaja sih ya sudahlah. Lagian nanti juga jadi tugas Caca.""Sengaja. Itu tadi jurus dari Ibu mertua dulu sebelum Umi jadi mantu beliau.""Hahaha. Besok Caca juga gitu lah sama calon menantu Caca.""Hahaha. Boleh Ca, biar calon mantumu gak syok nantinya."Kami pun tertawa sambil melanjutkan acara melipat baju. Setelah selesai, aku segera mengambil setrika dan menyetrika satu per satu baju yang harus disetrika terutama bajunya Gus Azzam.Sedangkan baju Gus Azmi dan Abah yang harus disetrika hanya sedikit.Umi membawa p
*Azzam Daffa Al Kaivan*Sejak tadi Arsyad menghubungiku lewat chat WA, mengabarkan kalau dia akan menjalani ta'aruf dengan gadis pilihan uminya. Katanya dia sudah pasrah. Kasihan dia, luka yang diakibatkan oleh Ning Zulaikha ternyata membuat dia trauma kepada wanita. Arsyad memang yang paling pemalu diantara kami berenam sedangkan Fatah adalah yang paling mudah tersulut amarah.Aku yang berniat membeli barang pribadiku akhirnya ijin pada Umi untuk membelinya. Umi, Azmi dan Kang Bimo sedang sibuk sendiri-sendiri. Azmi dan Kang Bimo di arena permainan sedangkan Umi berada di stand kerudung. Kalau sudah disitu dijamin Azmi dan Umi lupa waktu. Saat akan membayar, ternyata malah bareng dengan Caca. Daripada harus antri ya sudahlah ikut sekalian biar aku yang bayar, eh dari tadi kan aku juga yang bayarin.Aku sedikit melirik ke arah belanjaan Caca, loh kok kacamatanya ada dua nomer. Oh aku baru ingat dia kan pergi sama Syarifah.Entah karena terlalu sibuk dengan HP-ku
*Cahaya Mustika*"Ning, ngapain disini?" Aku kaget karena Ning Zulaikha berada di kawasan ruang ustazah. Mana kondisi tengah sepi lagi."Ning ngapain?" tanyaku sekali lagi, curiga."Suka-suka akulah," jawabnya sinis lalu pergi begitu saja.Semenjak kabar pernikahanku dengan Gus Azzam mencuat, sikap Bu Nyai Laila dan Ning Zulaikha sungguh menyebalkan sekali. Untung hidupku biasa ditempa dengan drama layaknya sinetron. Aku sudah terbiasa melakoni peran protagonis tapi NO jadi melankolis."Kenapa Us?" tanya Ustazah Yuni menepuk bahuku.Aku kaget. "Oh itu, Ning Zulaikha, ngapain kesini ya Us?""Halah paling disuruh sama Ibu mertuanya. Sekarang kan Ning Farida berubah jadi kalem sejak Gus Fadil punya istri kedua. Biasanya kan dia yang nyelonong kesana kemari. Sekarang gantian," ucap Ustazah Yuni sambil tertawa.Aku memiliki firasat buruk dengan kedatangan Ning Zulaikha dan firasatku terbukti ketika selesai mengajar jam terakhir.
"Menurut kamu Jamal gimana?""Dia baik. Kamu juga sudah tahu kan? Jangan sok jadi amnesia kamu? Kita kan udah sahabatan lama sejak jaman kuliah."Nada cuma tertawa tanpa dosa mendengar pernyataanku. Astaga ini anak."Kalau Ustaz Hilman?"Aku mengernyit kemudian menjawab, "Baik juga kok. Kenapa?""Aku bingung.""Istikharah.""Sudah.""Terus?""Belum ada titik terang.""Udah berapa lama istikharahnya?""Baru tadi malam," jawab Nada tanpa dosa.Astaghfirullah temanku yang satu ini. Gemes aku dibuatnya. Oh iya, sekarang Nada lebih sering tinggal di rumah Gus Azzam soalnya tinggal tesis. Malas di kost katanya, buang-buang duit. Mending disini gratis. Hahaha."Panteslah belum ada jawaban. Orang baru sekali sholatnya."Dia cuma nyengir tanpa dosa. Nada baru saja menemaniku ke puskesmas untuk melakukan suntik sebelum menikah kemudian mengikuti penyuluhan pra pernikahan. Dua minggu lagi kan aku nikah. Suasana n