“Apakah selama saya tidak menjaga Davan, kamu pergi kelayapan?” tuduh Niko dengan wajah yang menunjukkan ketidaksukaan dengan sikap Chika.
Mendengar pernyataan Niko pada dirinya membuat emosi Chika meninggi. Nafas Chika memburu. Hatinya Chika meradang saat itu. Sekujur tubuhnya mengeluarkan energi panas. Otaknya mendidih ketika tuduhan tidak benar itu mengarah padanya.
“Asal anda tahu, saya manusia biasa yang butuh asupan makan. Kalau pun anda memikirkan dan menyediakan makan untuk saya, mungkin saya tidak akan keluar ruangan saat ini. Seharusnya pertanyaan itu untuk anda, mengapa anda kelayapan dari siang sampai larut malam. Apakah anda tidak memikirkan putra anda. Ah, saya pikir anda lebih mengkhawatirkan teman seprofesi anda itu!” balas Chika dengan mata melotot. Jawaban pedas Chika saat itu membuat Niko terkejut. Tutur katanya menunjukkan jika Chika tidak terima dengan tuduhannya. Niko heran mengapa Chika justru lebih galak di bandin
Suara alarm di ponsel membangunkan Chika dari tidurnya. Matanya yang masih terpejam mencoba mengambil ponselnya dengan meraba. Setelah ponselnya berada di tangannya, Chika membuka matanya lalu mematikan alarm itu. Chika mendudukkan dirinya untuk mengumpulkan setengah nyawanya.“Kamu sudah bangun?” tanya Niko yang muncul dari kamar mandi.“Iya Mas,” balas Chika dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.“Hari ini saya mulai kerja. Tolong bantu saya untuk menjaga Davan,” balas Niko sambil merapikan baju dinas lorengnya.Mendengar apa yang di ucapkan oleh Niko, Chika mengengadahkan kepalanya untuk melihat suaminya itu. Suaminya sudah terlihat rapi dan siap untuk berangkat kerja. Sangat cepat Niko berangkat kerja, suaminya hanya meliburkan diri beberapa hari saja. Mungkin memang resiko seorang Abdi Negara yang tidak bisa seenaknya mengambil cuti pikir Chika.&nb
Tak terasa empat hari telah berlalu. Hari itu Davan sudah di perbolehkan kembali ke rumah. Namun Dokter memberi pesan jika Davan masih harus menjalani pemeriksaan rutin setiap satu minggu sekali untuk mengetahui perkembangan ginjalnya. Perasaan senang pun Davan tunjukkan dengan wajah bahagia dan bicaranya yang tiada henti. Perasaan bahagia itu tidak hanya di rasakan oleh Davan, namun juga di rasakan oleh Niko maupun Chika. “Tidur nanti malam Davan ingin di temani oleh Mama,” wajah cerita Davan terus ia tunjukkan. Davan ingin sekali tidur bersama mamanya untuk pertama kali. “Tidak Davan. Davan harus tidur sendiri, kamu anak laki-laki yang sudah besar,” sahut Niko yang tidak mengizinkan jika Davan tidur bersama Chika. Bulu kuduk Chika merinding ketika Niko tidak memperbolehkan Davan tidur bersamanya. Itu bearti Chika ia harus tidur kembali bersama Niko. Pasangan pengantin baru identik dengan malam pertama dan mereka
Saat ini Chika sedang menatap bangunan rumah yang berada di depan matanya. Rumah modern berlantai dua yang nantinya akan menjadi tempat tinggalnya bersama Niko dan Davan. Rumah milik Niko itu mempunyai halaman yang indah. Terdapat taman yang di hiasai oleh tanaman bonsai. Tanaman bonsai itu Chika prediksi memiliki harga yang cukup mahal. Di samping rumah Niko terdapat kebun kecil untuk menanam berbagai sayuran. Davan berkata jika papanya itu sangat suka berkebun.Ketika masuk rumah, pandangan mata Chika di suguhkan oleh foto keluarga Raharja yang terpajang di dinding ruang tamu. Di foto itu semua pihak menampilkan senyum termanis mereka, termasuk Niko. Niko mempunyai dua adik, dua adik Niko semuanya berjenis kelamin laki-laki. Kata orang jika anak laki-laki pertama menikah dan mendapatkan menantu perempuan pertama, menantu perempuan itu akan di sayang.Entah itu mitos atau apa, namun Chika hanya berharap jika ia bisa di terima oleh keluarga
Sesuai janji Niko, ia sedang mengantarkan istrinya ke rumah kediaman keluarga Aditama untuk mengambil barang-barangnya. Mereka melakukan perjalanan pada malam hari sekitar pukul setengah tujuh. Sebelum berangkat Niko berpesan pada bu Rahmi, ART rumah untuk menjaga Davan saat dirinya pergi. Di dalam mobil, Niko dan Chika masih saja seperti orang asing. Mereka saling bukam dan tidak berniat mengeluarkan sepatah kata. Suasana jalanan kota Jakarta malam itu terlihat ramai lancar. Pasutri itu sampai di kediaman rumah Aditama hanya membutuhkan waktu perjalanan selama tiga puluh menit. Perjalanan yang tergolong cepat di bandingkan hari biasanya yang bisa sampai satu jam lebih. Mobil mewah milik Niko itu sudah terparkir di kediaman mewah Aditama. Dengan semangat Chika keluar mobil dan berlari kecil masuk ke rumahnya. Melihat tingkah Chika, Niko hanya berusaha sabar dengan sikap Chika yang tidak memperdulikannya. Sudah menjadi resikonya menikah d
Perdebatan antara anak dan ibu itu terus berlanjut. Sena masih diam sambil mengelus perutnya yang semakin buncit karena hamil anak ke dua. Dalam hati Sena berharap anaknya yang masih di dalam kandungannya bisa menuruti nasehat orang tua. “Sena, coba kamu bicara dengan Chika. Mama sudah tidak tahan dengan bantahan anak ini,” ujar bu Dila memerintahkan Sena untuk bergantian memberikan petuah pada Chika. Sena tidak membantah perintah mertuanya. Bu Dila yang sudah tidak tahan pun meninggalkan dua wanita tersebut. “Chika,” ucap Sena tersenyum manis sambil memegang tangan Chika. Sena mencoba bicara dari hati ke hati. Chika adalah tipe anak yang tidak bisa di ajak bicara dengan nada tinggi. Bicara dengannya harus memakai nada yang lembut supaya emosinya bisa terkendali. “Iya kak,” jawab Chika yang masih memasang wajah cemberut. Dalam hatinya, Chika masih menyimpan rasa emosinya. “Kamu ingin sendiri?
Selesai makan mereka kembali pulang ke rumah, tidak lupa Niko dan Chika membelikan makanan untuk Davan. Wajah Chika kembali full senyum setelah perutnya sudah kembali terisi, energinya sudah kembali penuh. “Terimakasih mas, makanan di warung lamangon itu sangat enak. Aku ingin kembali di lain waktu,” ucapan tulus Chika pada suaminya karena telah membelikan makanan yang begitu enak di lidahnya. “Iya sama-sama. Makan kamu sangat banyak tadi,” balas Niko sambil fokus menyetir. Niko mencoba memperbaiki interaksi dengan Chika. Meskipun terlihat masih kaku. “Iya memang saya suka makan namun badan saya masih tetap kecil,” ungkap Chika merasa tidak pede dengan badannya. Chika sering menerapkan program menggendutkan badannya namun badannya hanya naik satu atau dua kg saja. Cukup frustasi terkadang Chika dengan badannya yang tidak kunjung naik. “Menurut saya badan kamu sudah ideal. Namun jika kamu ingi
Pagi telah kembali menyambut, Chika membuka matanya sejenak lalu mendudukkan dirinya untuk mengisi setengah nyawanya. Pandangan Chika tertuju pada sisi ranjangnya yang nampak kosong. Niko tidak berada di tempatnya. Tidak ingin berpikir terlalu keras dengan keberadaan Niko, Chika bangun lalu berjalan menuju kamar mandi. Di basuhnya wajah Chika dengan air wudhu untuk melakukan kewajibannya beribadah.Setelah selesai melakukan kewajibannya, Chika membuka lemari pakaian untuk menyiapkan baju dinas Niko. Profesi Niko yang sama dengan kakaknya Gavin, membuat Chika paham dengan baju dinas yang akan di pakai hari itu. Chika menikmati paginya dengan semangat dan mood yang mendukung.Wanita cantik itu kini sedang berada di dapur untuk memasak. Sebelumnya Chika meminta izin pada bu Rahmi agar membiarkan Chika yang memasak. Karena paksaan Chika akhirnya bu Rahmi mempersilahkan dirinya untuk menggunakan dapur itu. Terlihat Chika meracik berbagai bumbu da
Saat ini Niko dan Chika berada di rumah sakit untuk mengantar Davan kontrol. Mereka mendapat nomor antrian lima, antrian yang tidak begitu lama bagi mereka. Sembari menunggu, Davan dan Chika duduk di ruang tunggu sedangkan Niko harus berdiri karena kursi yang di sediakan sudah ada penghuninya.Tidak lama menunggu, salah satu Perawat memanggil nama Davan. Perawat itu mempersilahkan mereka untuk masuk dan Davan siap untuk di periksa. Davan yang tidak mau masuk ke dalam sendiri akhirnya di temani oleh Niko dan Chika. Sembari menunggu Davan di periksa, pasangan suami istri itu duduk bersebelahan sambil mengamati Dokter memeriksa Davan.“Perkembangan yang cukup bagus. Ginjal Davan berfungsi dengan semestinya dan pemulihan Davan tergolong cepat. Mungkin pola makan Davan yang baik,” ucap Dokter itu setelah memeriksa Davan. Chika memang memberikan asupan makan yang sehat untuk Davan.Beberapa hari ini Davan di paksa
Sepanjang perjalanan Davan nampak ceria dengan banyak bercerita pada Chika maupun Niko. Davan tentu bahagia dengan keluar bersama dengan orangtuanya yang lengkap. Sebelumnya, Davan pergi keluar dengan ditemani oleh oma dan opanya saja karena Niko selalu sibuk dengan pekerjaannya.Niko tidak hanya berkerja sebagai Abdi Negara namun ia juga merangkap kerja di perusahaan papanya. Hampir sama dengan iparnya Gavin yang juga akan menjadi calon pimpinan perusahaan keluarga. Nantinya perusahaan Raharja akan di pimpin oleh Niko dan adik-adiknya sesuai dengan arahan pak Raharja. Perusahaan keluarga Raharja memiliki beberapa cabang yang berbeda bidang.Mobil mewah yang di kendarai Niko saat ini sudah memasuki area pelataran mall. Niko mengarahkan mobilnya menuju parkiran mall tersebut. Setelah memakirkan mobilnya mereka turun dan bersiap masuk ke dalam mall. Saat itu Davan berada di gendongan Niko karena merasa takut dengan situasi parkiran yang pencahayaannya tidak terlalu terang.Sesampainya m
Kodim tempat Niko bertugas dan jajarannya setiap pagi sebelum melaksanakan aktivitas rutin yaitu wajib melaksanakan olahraga minimal 1 jam. Program itu merupakan aturan baru yang ditetapkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat di jajaran TNI AD.Kegiatan olahraga yang terjadwal di setiap harinya sebelum memulai aktivitas membuat keteraturan dan keseimbangan berat badan, terpeliharannya kesehatan tubuh serta menjadikan badan lebih bugar, sehingga dengan badan yang bugar serta fisik yang baik akan sangat membantu dalam menjalankan tugas sehari-hari.Setelah kegiatan rutin pagi mereka kerjakan, agenda selanjutnya yaitu latihan menembak yang akan di selenggarakan di lapangan khusus menembak yang tidak jauh tempat Niko bertugas. Sudah menjadi kewajiban seorang tentara memiliki kemampuan menembak yang baik untuk menjaga kedaulatan Negara. Tidak hanya menembak, para Prajurit pilihan juga harus bisa mengoperasikan peralatan tempur seperti rudal, tank dan yang lainnya. Latihan menembak kala itu jug
Selesai bicara secara pribadi, bu Suci dan Chika segera menyusul keluarganya yang lain di ruang tamu. Sebetulnya ada sedikit kekhawatiran dalam hati Chika mengenai pernikahannya dengan Niko. Chika masih tidak mengerti bagaimana arah pernikahannya karena sampai saat ini baik Chika maupun Niko belum saling terbuka tentang pernikahan mereka.“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Niko setelah ibu dan istrinya kembali bergabung dengan keluarga.“Tidak perlu kamu tahu. Perbincangan kami hanya untuk perempuan!” sentak bu Suci yang masih terlihat jengkel dengan Niko. Ingin rasanya bu Suci mencabik wajah Niko karena kesal dengan tingkahnya yang masih dingin pada Chika.“Mama bilang apa sama kamu Chika sampai kamu terdiam. Apa mama berbicara yang menyakiti hati kamu?” tidak mendapatkan jawaban yang sesuai pada mamanya, Niko langsung bertanya pada Chika untuk mengetahui jawaban yang jelas.“Ck, seperti inikah payahnya kakak aku? Meskipun aku tidak mengetahui pasti pembicaraan mereka, namun aku sang
Cukup lama adegan Niko mencium Chika di lakukan. Mereka saling merasakan seolah saling menyalurkan perasaan bahagia mereka. Suasana kamar yang heboh karena teriakan Davan juga tidak mereka hiraukan. Kehebohan Davan sebagai angin lalu.“Astaga kak Niko, bertobatlah karena anak suci ini melihat adegan tidak pantas kalian,” teriak Pandu, anak bungsu keluarga Raharja. Meskipun Pandu mengatakan itu sambil tersenyum, kapan lagi bisa jahil pada kakak juteknya itu, pikir Pandu.Teriakan Pandu membuat adegan Niko mencium Chika mereka terhenti. Dengan sikap canggung, Niko menjauhkan badannya dari Chika. Pasangan itu nampak malu ketika kepergok melakukan adegan yang seharusnya mereka lakukan di rumah Raharja.“Adegan itu sangat sah di lihat oleh anak sendiri. Adegan yang sama sekali tidak haram ketika orang tua Davan melakukan itu,” bela Niko untuk dirinya dan Chika. Sebisa mungkin Niko bersikap tenang walaupun jantungnya masih merasakan kaget.“Kamu memang pandai menyangkal kak,” sinis Pandu me
“Kamu lihat Niko bagaimana Davan begitu bahagia berada di samping Chika,” ujar bu Suci yang sadar dengan kehadiran Niko di sampingnya. Bu Suci nampak terharu dengan keakraban menantu dan cucunya.“Ya, aku melihatnya ma,” balas Niko sambil mendekapkan tangannya. Niko ikut menikmati pemandangan Chika dan Davan saling bercanda.“Niko, awas saja jika kamu berani membuat Chika kecewa dengan sikap kamu,” tatapan bu Suci berubah menjadi tatapan ancaman.“Mengapa mama jadi mengancamku?” balas Niko bingung karena secara tiba-tiba mamanya mengungkapkan ketidaksukaan dengan dirinya.“Mama sangat tahu sikap kamu dengan seorang wanita seperti apa. Jika kamu masih bersikap dingin, jangan salahkan Chika jika suatu saat nanti dia sudah tidak tahan dengan kamu. Seharusnya kamu beruntung mendapatkan wanita masih perawan yang mau dengan duda beranak satu seperti kamu. Mama sangat yakin jika di luar sana banyak wanita yang menolak jika di ajak menikah dengan kamu,” ucapan bu Suci terdengar sinis pada Nik
Tanpa terasa Chika dan Niko berada di rumah keluarga Raharja sampai menjelang sore. Seusai ibadah wajib, Chika dan Niko beristirahat di kamar. Hari itu entah mengapa badan mereka terasa lelah dan membutuhkan rehat sejenak untuk memulihkan kembali energinya. Kedatangan senja dan tenggelamnya matahari, membuat ruang kamar mereka terasa gelap. Chika yang menyadari itu seketika membuka matanya.Chika mengecek layar ponselnya untuk mengetahui pukul berapa hari itu. Waktu yang teramat sore membuat dirinya gelagapan. Chika merasa tidak tahu diri dengan bangun hingga hari menjelang petang. Chika yang panik pun bergegas berdiri namun ia urungkan karena badannya terasa berat. Chika mendapati tangan kekar yang melingkar di perutnya.Wanita cantik itu menoleh dan melihat suaminya yang masih terlelap. Dengkuran halus itu menandakan jika Niko masih butuh waktu lama untuk menikmati tidurnya.“Mas bangun. Hari sudah sore,” ujar Chika sambil menggoyangkan badan Niko agar bangun dari tidurannya.Tidak
Dalam ruang tamu rumah Raharja, Chika dan mertuanya asik mengobrol. Mereka bercerita tentang apapun. Masa kecil Niko, masa kecil Chika, tentang adik Niko dan masih banyak lagi. Obrolan seru yang membuat pak Raharja dan bu Suci merasa nyaman berbicara dengan Chika. Sifat menantunya kali ini berbanding terbalik dengan almarhum istri Niko. Almarhum adalah sosok yang pendiam dan lebih tutup.“Maafkan papa dan mama karena saat Davan operasi, kami tidak bisa menemani,” ujar pak Raharja menyesal. Dalam perjalanan umroh mereka, pak Raharja dan bu Suci merasa cemas tentang keadaan Davan. Mereka kerap kali menelfon Niko untuk tahu keadaan cucu mereka.“Tidak perlu meminta maaf pa, ma. Seharusnya saya yang meminta maaf, karena ketidak hatian saya, Davan tertabrak mobil saya,” ungkap Chika sambil tertunduk. Beberapa hari sudah berlalu, namun Chika masih merasa bersalah pada mertuanya.“Itu sudah takdir
Saat ini Niko dan Chika berada di rumah sakit untuk mengantar Davan kontrol. Mereka mendapat nomor antrian lima, antrian yang tidak begitu lama bagi mereka. Sembari menunggu, Davan dan Chika duduk di ruang tunggu sedangkan Niko harus berdiri karena kursi yang di sediakan sudah ada penghuninya.Tidak lama menunggu, salah satu Perawat memanggil nama Davan. Perawat itu mempersilahkan mereka untuk masuk dan Davan siap untuk di periksa. Davan yang tidak mau masuk ke dalam sendiri akhirnya di temani oleh Niko dan Chika. Sembari menunggu Davan di periksa, pasangan suami istri itu duduk bersebelahan sambil mengamati Dokter memeriksa Davan.“Perkembangan yang cukup bagus. Ginjal Davan berfungsi dengan semestinya dan pemulihan Davan tergolong cepat. Mungkin pola makan Davan yang baik,” ucap Dokter itu setelah memeriksa Davan. Chika memang memberikan asupan makan yang sehat untuk Davan.Beberapa hari ini Davan di paksa
Pagi telah kembali menyambut, Chika membuka matanya sejenak lalu mendudukkan dirinya untuk mengisi setengah nyawanya. Pandangan Chika tertuju pada sisi ranjangnya yang nampak kosong. Niko tidak berada di tempatnya. Tidak ingin berpikir terlalu keras dengan keberadaan Niko, Chika bangun lalu berjalan menuju kamar mandi. Di basuhnya wajah Chika dengan air wudhu untuk melakukan kewajibannya beribadah.Setelah selesai melakukan kewajibannya, Chika membuka lemari pakaian untuk menyiapkan baju dinas Niko. Profesi Niko yang sama dengan kakaknya Gavin, membuat Chika paham dengan baju dinas yang akan di pakai hari itu. Chika menikmati paginya dengan semangat dan mood yang mendukung.Wanita cantik itu kini sedang berada di dapur untuk memasak. Sebelumnya Chika meminta izin pada bu Rahmi agar membiarkan Chika yang memasak. Karena paksaan Chika akhirnya bu Rahmi mempersilahkan dirinya untuk menggunakan dapur itu. Terlihat Chika meracik berbagai bumbu da