“Soal itu, enggak usah kamu pikirkan. Yang penting kamu fokus dengan kesembuhan kamu, supaya bisa melayaniku lagi,” cecarnya. Alya mencibir dalam hati. Dasar Monster Buaya, seenaknya saja memperlakukan wanita seperti barang kalau diperlukan saja.
“Sekali lagi, makasih Tuan,” sahut Mawar yang kemudian mengalihkan pandangan ke Alya. Alya serasa tertohok karena Mawar tersenyum penuh arti.
Andrew sudah selesai sarapan. Dengan sekali teguk, dia menghabiskan segelas air putih. Kemudian mengelap mulutnya dengan lengan. Sungguh berbeda sekali saat hari pernikahan beberapa hari yang lalu, Andrew terlihat sangat teratur dan rapi, bahkan makan saja harus pakai table manner, berbeda dengan sekarang yang sepertinya adalah karakter asli Andrew, pejantan yang jorok.
“Ayo aku antar ke depan,” ucap Andrew yang sudah kembali dari lantai atas setelah selesai sarapan tadi. Alya terkesima dengan penampilam Andrew. Pria itu terihat memakai baju len
“Nih, Bawa air sebanyak-banyaknya,” Andrew melempar tasnya tepat ke wajah Alya.Alya tidak membantah. Dia pun beringsut ke belakang. Mengambil beberapa air mineral sampai tas itu berisi penuh. Kemudian dia kembali ke depan, di mana pria itu sudah berjalan lebih dahulu sampai gerbang.Alya tergopoh-gopoh mengejarnya. Pria itu justru berjalan dengan langkah lebar tanpa memperdulikan Alya di belakangnya.Area utara Villa ternyata berbatasan langsung dengan hutan, jadi pria itu langsung menerobos di antara rerimbunan pohon. Gesit sekali sampai Alya kewalahan untuk mengejar, apalagi beban air mineral di pundaknya terasa sangat berat.“Ayo cepat sedikit!” intruksi Andrew. Alya dengan langkah kecilnya menaiki tanjakan di mana Andrew sudah berdiri dengan gagahnya. Dari bawah sana, dia bisa melihat Andrew yang begitu macho dengan senjata laras panjang serta pandangan elangnya yang mengitari sekitar.“Lemah banget kamu, ma
Aaaa!!!Alya terjatuh. Pandangannya terpaku melihat ular yang mendesis di atasnya. Dengan tubuh gemetar, dia mengambil tas ranselnya dan hendak beranjak dari tempat itu.Namun, baru saja akan berdiri, tiba-tiba ular itu terjatuh tepat mengenai kakinya. Alya yang panik langsung melangkah menjauh. Bukannya menjadi solusi, malah ular itu melilit kakinya dan langsung mematuk area selangkangannya.“Tolong!” pekik Alya untuk kesekian kalinya. Berharap adalah malaikat ganteng yang menolong. Dia belum siap untuk mati di tengah hutan seperti ini. Masih ada asa yang harus diraih.“Kenapa kamu!” terdengar suara barinton tidak asing, siapa lagi kalau bukan Andrew. Mata pria itu terlihat membelalak saat melihat pandangannya teralih ke area selangkangan dari Alya.“For god shake! What shit going happened here!” serunya. Alya meliriknya dengan wajah memelas.“Tolong saya,Tuan.”Andrew memandang Alya se
“Tuan, tolong jangan tinggalkan saya,” rengek Alya. Andrew mendengus pelan. Dia tidak berniat untuk meninggalkan Alya. Pria macam apa sampai tega meninggalkan wanita sendirian di tengah hutan seperti ini. Dia hanya jengkel karena wajahnya yang ‘dikencingi.’Tanpa berkata, Andrew jongkok. Alya yang paham langsung beralih ke gendongan kuat pria itu. Bagaikan mimpi, Alya bisa merasakan dadanya bersentuhan dengan punggung kekar dari Andrew. Ingin sekali dia meletakan kepalanya untuk bersandar di sana pasti terasa nyaman, tapi, dia takut kalau Andrew membentaknya lagi.Pria itu berjalan membelah hutan sampai tidak terasa sampai ke villa.Andrew sama sekali tidak beristirahat, seolah tubuh Alya tanpa beban. Bahkan, ketika meletakan tubuh Alya di sofa. Wajahnya tidak terlihat kepayahan, hanya nafasnya saja yang sedikit menderu.“Wajahmu pucat!” seru Andrew begitu melihat Alya. Alya sendiri merasakan tubuhnya melemas. Apa mungk
Alya melenguh begitu area bawahnya dijilat oleh Andrew. Namun, dia tidak bisa leluasa mendesah karena mulutnya yang dijejali oleh keperkasaan Andrew.Alya bisa mendengar suara Andrew yang begitu rakus memakan apem tembemnya. Alih-alih untuk menyedot racun, rupanya Andrew memang bernafsu.Sedangkan Alya dengan sepenuh hati mengulum apa yang selama ini menjadi impiannya. Batang besar dan berurat. Meski, mulutnya harus tersiksa karena sangat sesak, Namun kenyataanya dia sangat menikmatinya.Sesekali, Alya melepas mulutnya, karena merasakan orgasme yang luar biasa di bawah sana. Oh, Andrew. Memang pejantan sejati, padahal hanya foreplay tapi mampu menerbangkan Alya menuju langit ke tujuh.Andrew melepas bibirnya. Dia mengumpat karena lagi-lagi wajahnya dipenuhi oleh cairan. Pria itu bangkit dan melihat tubuh Alya yang mengejang-ngejang.“Kamu memang tidak pandai memuaskan lelaki, masa kena gigi terus sedari tadi!” rutuknya. Alya tidak menja
“Kalau ularnya dokter sering mematuk enggak?”Ditodong pertanyaan seperti itu, jelas membuat sang Dokter kaget. Sebagai lelaki normal, dia tahu kalau Alya sedang memancingnya. Namun, dia harus menahan diri karena Alya adalah istrinya Andrew. Orang yang cukup terpandang di kota ini.“Saya sudah memeriksanya, Nyonya. sepertinya sudah tidak ada racun yang tersisa di dalam tubuh Nyonya, Nanti saya beri obat supaya bisa memulihkan kondisi Nyonya kembali,” sahut sang Dokter di luar ekspektasi dari Alya. Pria itu sepertinya sedang menjaga diri supaya tidak tergoda olehnya. Namun, Alya pantang menyerah.“Ularnya dokter pasti kuat ya mematuknya?”Si dokter menghela nafas. Mulutnya gatal ingin membalas dengan kata-kata yang lebih nakal, tapi dia harus menjaga kode etik seorang tenaga medis, terlebih lagi dia tidak mau berurusan dengan pengusaha sekelas Andrew.“Ini obatnya Nyonya, diminum dua kali sehari setelah maka
Alya tidak kuasa saat mulutnya dikerjai oleh Andrew. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia mencecap sesuatu yang tidak bisa di mulutnya.“Nah, terus begitu. ingat jangan sampai kena gigi,” ancamnya. Dengan lelehan air mata, Alya terpaksa mengulumnya. Perlahan tapi pasti. Dia sekarang mulai belajar untuk melayani si joni Andrew yang suka mengamuk.Semakin lama Alya semakin larut. Sekujur tubuhnya merasakan panas. Rasa jijik berganti menjadi nikmat saat batang itu bergerak maju mundur.‘Apa yang salah dengan kencingnya, toh sama saja keluar dari lubang yang sama dengan cairan itu,’ sisi lain dari Alya membela. Akalnya dikuasai nafsu sekarang. Terlebih mindset Alya yang ingin terus dipuaskan, menyingkirkan kewarasannya.“Wah, kamu sekarang pandai sekali ya mengulum. Mau jadi jalang ya!” Lagi-lagi Andrew mengejek. Tapi, bagi Alya, itu adalah sebuah pujian. Andrew, lelaki perkasa dambaannya sudah mulai menikmati cara bermai
“Bernando! Kamu di mana!”Yang dipanggil buru-buru keluar dari kamar Alya dan langsung berhadapan dengan tatapan tajam dari Andrew.“Ngapain kamu di kamar jalang itu?”“Maaf Tuan, tadi saya lihat Alya tertatih berjalan makanya saya bantu sampai kamarnya.” Bernando beralasan.“Lain kali jangan pedulikan jalang itu, sini ikut aku. ada yang harus aku bicarakan denganmu.”Bernando mengekori majikannya menuruni tangga. Mereka pun duduk di ruang tamu.“Bagaimana bisnis property kita? Ada kendala?” tanya Andrew yang terlihat menyilangkan kakinya sambil menyandarkan tubuh besarnya di sofa. Pria itu terlihat hanya menggunakan jubah tidur yang menampilkan bongkahan kokoh dadanya yang berbulu. Kalau dibuka jubah itu, terlihat Andrea hanya menggunakan celana dalam saja.“Untuk saat ini belum ada kendala, Tuan. Apalagi, kompleks Apartemen kita yang ada di daerah bintaro juga sudah h
“Tuan! Alya kabur!”Andrew langsung melempar pandangan ke atas. Dia tertegun melihat Bernando yang menuruni tangga dengan sangat cepat.“Kabur? Bagaimana bisa?” tanya Andrew keheranan begitu Bernando sudah ada di hadapannya.“I-iya tuan, dia mengunakan seprai dan mengikatnya pada pagar balkon,” jelas Bernando.“Selalu saja menyusahkan,” gerutunya kesal.“Kita harus mencarinya sekarang, Tuan.”“Sebentar, Wanita itu tidak akan lari ke hutan, pasti dia tengah menurun menuju perkampungan sekarang,” analisa Andrew.“Mungkin dengan naik Mobil kita bisa menyusulnya Tuan.”Mereka pun bergegas masuk ke dalam mobil dan meninggalkan villa.Suasana langit malam itu begitu gelap. Sesekali terdengar suara halilintar yang menggelegar.Kedua pria itu mengarahkan pandangan ke jalanan yang menurun mencari sosok Alya. Terdengar Andrew yang mengumpat
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te