“Kok bengong?” ucap Bram menyentak lamunan Catty. Pria itu melempar pakaian itu, hingga Catty dengan sigap menerimanya. Bau asem menguar kuat di indra penciumannya.
“Kamu cuci pakaian itu sekarang, setelah itu siapkan makanan buat saya,” titah Bram.
Catty mengangguk pelan. Dia sedikit kikuk saat matanya tidak sengaja melihat rambut yang mengintip di balik boxer yang dikenakan oleh Bram. Warna boxer yang gelap tidak memungkinkan untuk melihat sesuatu yang besar di dalamnya.
Bram memutar badan. Sedikit melakukan stretching, memperlihatkan ototnya yang kekar kecoklatan bagai tembaga. Mungkin kebiasaan Bram yang mandi matahari di pagi hari dan berolahraga, sehingga kulitnya yang cerah bisa berwarna sesexy itu.
Bram sedikit menoleh ke belakang. Memergoki Catty yang memperhatikannya penuh kekaguman sedari tadi. Catty yang salah tingkah, buru-buru keluar. Tidak lupa menutup pintu.
Wajah Catty memerah. Tidak. Dia tidak boleh kagum dengan lelaki manapu
Catty sudah tidak mengingat berapa kali mereka melakukan hal itu sampai tidak ada pergerakan dari Bram. Pria itu masih menindih tubuhnya yang kelelahan bersimbah keringat kenikmatan. Nafas Catty memburu seiring dengan detak jantungnya yang menempel dengan dada bidang Bram. Dalam keadaan mabuk, Bram dengan beringas mengerahkan seluruh tenaganya. Sekarang dia tengah terlelap. Susah payah Catty mendorong Bram sampai telentang di sampingnya. Kini, Catty disibukan dengan kemelut hatinya sendiri. Dia sangat membenci tubuhnya yang begitu menikmati setiap permainan kasar Bram. Menodai kesetiaannya kepada Indra karena nafsunya yang tidak terkendali.Sungguh Catty tersiksa dengan keadaan seperti ini. Dia tidak menginginkannya tapi dia tidak bisa berhenti melakukannya. Dia menatap ke awang-awang. Lama kelamaan, pandangannya buram, dia pun tertidur. Paginya Catty terbangun saat tangannya tidak sengaja memegang sesuatu yang mengeras dan hangat. Aaaaaa
“Sialan! Berani sekali dia melawan kita!” umpat Merry. Inisiatior pembullyan Catty. Dia yang berekspektasi berlebihan untuk menakuti Catty. Justru harus gigit jari. Catty bukan wanita polos yang gampang diinjak-injak. “Terus kita harus bagaimana? Masa kita biarkan wanita kampung itu dekat dengan Pak Bram?” ungkap Dina yang iri dengan kedekatan Catty dan Bram. Yang lebih mencengangkan, mereka tidak hanya berangkat pulang bersama tapi sudah serumah. Sudah bisa ditebak bagaimana panasnya hati mereka terutama para wanita penganggum Bram di kantor itu. “Mau mencelakai Catty jelas tidak mungkin, si ganteng Bram selalu ada untuk melindunginya,” sambar Selena. Dia jengkel karena tangannya yang diputar Catty masih terasa sakit. “Tenang ladies, jangan terburu emosi. Kita harus tenang. Tunjukan kalau kita lebih cerdas. Aku pikirkan cara yang lebih halus untuk bisa menyingkirkan wanita kampungan itu,” papar Merry. Memang di antara yang lain, dia termasuk yang paling bany
Pandangan Catty dan Bram langsung tertuju ke pintu di mana terlihat semua karyawan kantor terpaku memandangi dua insan yang sedang tumpah tindih itu. Catty segera menyingkir dari atas Bram. Semburat merah terlihat jelas di wajahnya. Betapa malunya dia, ulahnya menghajar Bram itu disaksikan oleh begitu banyak karyawan yang jelas mereka pasti berpikiran macam-macam. Catty benci kalau ada orang lain yang memandangnya sebagai wanita murahan. Paling depan terlihat Merry, Selena, dan juga Dina. Merry orang pertama yang memergoki Bram dan Catty kemudian menyebarkannya kepada semua orang, dengan harapan supaya mereka mau bahu membahu menyingkirkan Catty. Bram sedikit menunduk. Rahangnya mengeras. Lancang sekali para karyawannya membuka pintu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Terdengar kasak-kusuk di antara para karyawan. Memperjelas hubungan antara Bram dan Catty. Bram berdiri secara perlahan, membuat kerumunan di depan ruangan itu mundur selangka
“Panas,” Desis Catty dengan mata yang terkatup rapat. Tubuhnya menggeliat merasakan sesuatu yang bereaksi dari dalam dirinya. Tangannya dengan intens menyentuh bagian-bagian sensitive. Terasa menegang akibat reaksi aneh di dalam dirinya. Seketika dia terbangun. Menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang sambil melenguh tiada henti. Dia menggelinjang tatkala jemarinya tidak sengaja memasuki mahkota yang mengangga. Dia menggigit bibir. Ini mirip sekali dengan reaksi obat perangsang. Catty sudah tidak asing akan hal itu. tapi, siapa yang sengaja memberikannya? Pandangan Catty langsung tertuju ke arah air di gelas yang tinggal separuh. Iya, tidak salah lagi pasti berasal dari air itu. Mungkinkah Bibik yang sengaja mencampurkan obat perangsang di minuman itu? Tubuh Catty yang masih berbalut selimut terjatuh di atas lantai. Terus menggeliat karena merasakan desiran yang begitu hebat. Dia tahu tidak ada cara untuk bisa menghilangkan efeknya. M
“Kok main nyelonong kamar orang sih?” goda Bram. Catty kebingungan. Dia masih panik karena dikejar oleh si tukang kebun itu, sekarang dia dihadapkan dengan Bram dengan penampilan menggoda. Tubuhnya yang berotot sana sini terlihat basah. Mungkin saja dia baru selesai mandi? atau olahraga? Enggak tahulah yang jelas Catty membenci pandangannya yang tidak lepas dari perawakan kekar itu. “Aku tadi dikejar sama tukang kebun. Dia mau melecehkan aku,” jawab Catty terbata sambil membuang wajah. Ingin sekali dia keluar dari kamar itu, tapi rasa jijik mengingat wajah sangar pria tua itu membuatnya stuck di kamar itu, terjebak dengan si buas Bram. Bram terdiam. Raut wajahnya menyeringai penuh arti. Hal yang membuat Catty gelisah adalah keperkasaan dari Bram yang menggelantung besar seakan memanggil-manggilnya. Catty menggigit bibir. Reaksi itu kembali muncul lagi. Padahal dia sudah cukup lega karena reaksi dari obat perangsang itu sudah mereda, sekarang kem
Catty sudah tidak tahan lagi. Dia langsung keluar dari kamar itu. Bodo amat. Mau bertemu dengan tukang kebun itu. Dia akan melawannya sekeras mungkin daripada menyaksikan persenggamaan antara Bram dan wanita seksi itu. Ternyata aman sejauh mata memandang. Catty lega karena tidak ada hambatan untuk kembali ke kamarnya. Begitu juga setelah sampai di kamar, dia sudah tidak menemukan tanda-tanda pria itu. Catty langsung mengunci pintu dan melenggang santai menuju lemari. Menggenakan pakaian yang super tertutup. Sepertinya dia trauma dengan pakaian yang terbuka. Maka dari itu, dia mau menutupnya rapat dengan pakaian yang serba panjang. Catty langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Beberapa kali menghela nafas panjang. Beberapa kali dia mengalami klimaks hanya gara-gara ulah Bram dan wanita seksi itu. Sekarang hanya tinggal lemasnya. Dia butuh beristirahat malam ini, namun pikiranya masih melayang-layang. Masih tidak habis pikir dengan sikap Bram.
Catty terbangun seperti tersentak. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar dan tempat di mana dia terbaring. Ternyata dia berada di atas meja makan. Teringat sebelum dia pingsan tadi, Bram menghajarnya tanpa ampun. Menyemburkan benih yang begitu banyak sampai berceceran di lantai. Tidak memperdulikan Catty yang kesakitan akibat ulahnya. Memang lelaki biadap. Catty hendak turun dari atas meja, tapi dia mengurungkannya karena merasakan perih yang luar biasa di pangkal kaki. Catty seolah masih merasakan keperkasaan Bram di dalam dirinya. Begitu marah dan ganas menjebol ladang kenikmatannya tanpa ampun. Memang lelaki yang tidak berperasaan. Tega sekali melakukan semua ini. rintihnya. Airmatanya tidak kuasa untuk turun. Di keheningan malam itu, isak tangisnya terdengar. Dinding –dinding yang menjadi saksi bisu akan penderitaannya yang tidak berkesudahan. Catty capek dengan semua ini. Kenapa takdir begitu kejam mempermainkannya. Ingin rasanya dia mengakhiri hi
Tiba-tiba di saat bersamaan, terlihat pintu utama yang terbuka lebar. Seorang lelaki dengan kursi roda terhenyak memandangi mereka. “Mas Handoko!” Catty sama sekali tidak menduga akan kedatangan suaminya. Terlebih memergoki dirinya yang tengah bercinta dengan Bram. Awkward moment! Rasanya Catty ingin menghancurkan wajahnya saja. Malu di hadapan sang suami. Bram menyeringai. Iya, dia adalah dalang dari semua ini. Dia menyuruh supir untuk menjemput Handoko. Berniat mempertontonkan adegan panas yang dia lakukan dengan Catty. Istrinya! “Mas.” Catty mendekati Handoko yang masih tercengang. Dalam keadaan tidak berdaya, justru dia dibuat semakin lemah karena adegan itu. Adegan yang sama yang pernah dia lihat sewaktu disekap oleh Agung dan Arya. Dia mengira itu hanya bayangan semu halusinasinya, tapi kenyataannya itu nyata adanya. Dan sekarang, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri dalam keadaan sadar bahwa Catty tela
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te