“Tuan, serius ingin menikahi saya?” tanya Alya yang menghentikan langkahnya. Mau tak mau Andrew juga ikut berhenti.
“Kenapa kamu keberatan?” Andrew balik bertanya. Tatapannya begitu menikam hati Alya. Alya hanya tertunduk.“Bukan seperti itu maksud saya, Tuan. Sebelumnya saya berterima kasih karena Tuan sudah menolong saya tadi.”“Stop! Saya tidak menerima basa basi kamu. Mending sekarang kamu bersiap-siap karena sebentar lagi kita akan melakukan akad,” sambar Andrew yang begitu angkuhnya. Alya mengunci mulutnya rapat-rapat. Pesona pria itu sangat mematikan. Tampan tapi mulutnya pedas.Andrew mengedarkan pandangan. Begitu melihat Bernando, dia langsung melambaikan tangan, isyarat mendekat. Sang aspri dengan langkah lebarnya menghampiri sang majikan.“Bawa dia ke ruang make up. Dandani secantik mungkin. Aku tidak mau dia mempermalukanku di acara pernikahan ini.”Bernando mengernyit dahi sambil melihat ke arah wanita yang berpakaian lusuh di samping majikannya. Dia kembali menatap keheranan kepada sang Majikan.“Tuan, mau menikahi wanita itu? Terus bagaimana dengan Nona Ara?”Andrew melotot ke arahnya. Bernando bergidik. Jangan sampai Majikanya mengeluarkan perkataan yang merugikannya. Buru-buru dia membimbing Alya untuk masuk ke dalam Villa.Alya tidak punya pilihan lain. Sepertinya bersama dengan Andrew, dia akan merasa dilindungi. Jauh lebih baik daripada harus terbelenggu dengan Manto. Begitu asumsinya.‘Terus, bagaimana dengan Leo?’Dia kembali dilanda kecemasan. Apa dia terlalu egois karena telah meninggalkan Leo? Terus bagaimana nasib anaknya itu di tangan Manto sekarang?*Alya duduk di pinggir ranjang dengan gelisah. Setelah acara akad yang dilanjut resepsi, dia merasakan capek yang luar biasa, karena harus berdiri menyalami tamu sampai berjam-jam. Namun, itu tidak seberapa dibandingkan dengan degup jantungnya yang berdetak luar biasa sekarang.Ruang kamar sudah didesain sedemikian rupa. Terlihat menarik untuk pengantin baru. Ruangan yang seharusnya untuk Andrew dan kekasihnya, Ara harus digantikan oleh Alya.Alya mengetahuinya dari Bernando. Selama proses make up, Alya banyak bertanya mengenai background Andrew. Sayangnya si aspri tidak menjelaskan secara detail. Alya cukup mengerti kalau Andrew adalah orang yang eklusif. Tidak boleh ada sembarang orang yang tahu mengenai kehidupan pribadinya.Sekarang, Alya didera canggung luar biasa. Tatapannya tidak berhenti menatap ke arah pintu. Bagaimana kalau Andrew datang? Bahkan, Alya tidak mempersiapkan kalimat-kalimat yang tepat untuk berhadapan dengan Andrew yang terlihat angkuh.Cukup lama dia menunggu sampai dia dikejutkan dengan suara pintu yang didobrak. Alya yang terkesiap langsung berdiri. Terlihat Andrew yang dalam keadaan mabuk berjalan menuju ranjang.Alya bergidik. Pria itu terlihat mengerikan dengan tatapan matanya yang memerah. Pandangannya terlihat menelanjangi Alya.“Kenapa kamu masih pake baju pengantin?”“Maaf, Tuan, Saya….” Belum sempat Alya meneruskan kata-katanya tiba-tiba pria gagah itu ambruk ke lantai. Sepertinya dia kehilangan keseimbangan.Alya langsung berhamburan menolongnya. Namun, Andrew menepis tangannya kasar. Kemudian, dengan langkah tertatih, pria itu berjalan ke ranjang dan Ambruk untuk kedua kalinya.Alya mengatur nafasnya yang memburu sambil terus melihat Andrew yang sesekali bersendawa. Hal yang Alya sadari bahwa pakaian suaminya itu basah. Mungkin terkena alcohol.Setelah memastikan Andrew dalam keadaan tenang.Dia pun langsung menanggalkan pernak-pernik di kepalanya, baru kemudian gaun pengantinnya. Sekarang statusnya adalah istri dari Andrew. Lelaki asing yang menolongnya. Mendadak menikahinya juga. Perasaan Alya campuraduk pada saat itu. Mau senang ataupun sedih. Dia bingung.
Alya tercenung sesaat. Mengingat kejadian yang telah lalu. Kalau dipikir-pikir, Sepertinya Manto sudah lama terobsesi dengannya. Menjeratnya dengan cara yang licik, melalui Haris yang juga menginginkan berpisah darinya dan menikahi sahabatnya sendiri.Seketika, Alya merasa bahwa kecantikannya bukan pembawa keberuntungan melainkan malapetaka yang tiada henti.Alya mengusap air matanya kasar. Dia sangat membenci airmata yang jatuh sia-sia karena kejadian itu. Dia pun beringsut ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tidak butuh waktu lama, Alya keluar dari kamar mandi. Kondisinya sudah segar sekarang. Setelah mengeringkan rambut, dia segera mengganti baju dengan pakaian tidur yang tersedia di almari. Tidak lupa untuk menggunakan cream malam yang tersedia di meja rias.
Sekarang Alya perlahan memasukan kedua kakinya ke dalam selimut. Dia merebahkan diri dengan membelakangi Andrew. Jujur saja, dia sangat membenci bau alcohol karena itu mengingatkannya kepada Haris.
Baru saja mencoba terlelap, tiba-tiba Alya merasakan punggungnya yang hangat oleh dekapan.
*
Secara perlahan, Alya berusaha memindahkan lengan kekar itu. Tetapi, setiap kali selesai dipindahkan, tangan itu kembali mengapit tubuh Alya. Tubuh besar pria itu seolah sangat kaku dan tidak ingin lepas darinya.
“Andrew! Lepaskan aku! Jangan seperti ini!” pekik Alya sambil meronta. Namun, bagaikan bicara dengan orang tunarungu, pria itu sama sekali tidak mendengarnya. Dia sudah terlarut dalam alam mimpi.Alya memutar mata jengah. Akhirnya, dia pasrah di posisi seperti itu. Berusaha memejamkan mata, meski terdengar suara dengkuran halus yang menguar bau alcohol cukup membuatnya tidak nyaman. Tubuh pria itu menempel ketat di punggungnya, sehingga Alya bisa merasakan dada bidang yang naik turun. Yang lebih membuat Alya merinding. Di sela-sela bau alcohol, Bau badan pria itu juga menguar kuat. Bukan seperti bau parfum pria kebanyakan, tapi perpaduan unik antara keringat dan juga parfum, Baunya sangat segar dan menggugah insting kewanitaannya. “Hmmmmm….Hmmmm….” Secara refleks Alya bergumam. Beberapa detik dia tersadar. Astaga, Kenapa aku begini sih! Ah, dia benci mengakuinya, tapi dia cukup terangsang akan hal itu. Seketika pikiran liarnya melayang kemana-mana. Membayangkan Pria itu tanpa pakaian. Badannya pasti sangat bagus dan menawan. Apalagi, Alya membuang pikiran kotornya. Tetapi, di posisi sedekat itu dengan pria gagah, mana mungkin dia bisa mengusir
Alya terjaga dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya. Mimpi barusan begitu mengerikan. Dia melihat Leo yang disiksa oleh Manto. Terlihat anak semata wayangnya itu menangis sambil memanggil-manggil namanya. “Kamu kenapa sih berisik!" Alya sedikit terjingkat saat mendengar Andrew yang bergumam dalam tidurnya. Sepertinya dia dalam kondisi tidak sadar. Tubuh kekarnya yang tanpa selimut itu terbuka. Menggeliat pelan. Hal yang membuat Alya tidak berkedip adalah sesuatu yang menonjol di balik celana pria itu. Seketika Alya teringat dengan kejadian semalam, di mana benda itu menggesek bongkahan sekal dirinya. Masih terasa hangat, keras dan berurat. Alya mengigit bibir. Penasaran dengan isi di dalamnya. “Kenapa kamu teriak pagi-pagi hah?” Suara barinton itu mengejutkan dirinya. Andrew terlihat menatapnya dari matanya yang menyipit karena masih ngantuk. Wajahnya tampan meski dalam keadaan kuyu. “Ak
Dengan degub jantung yang tidak menentu, Alya mengulurkannya tangannya. Bagai tersengat listrik, dia mengenggam benda yang begitu besar dan menjulang itu, bahkan lingkaran tangannya saja tidak muat.“Ayo urut,” pintanya diiringi suara bass yang mendesah. Menggelitik telinga Alya. Wanita itu mulai mengerakannya jemari lentiknya ke keperkasaan yang sudah sangat mengamuk itu. Betapa tidak, dia bisa merasakan otot-otot yang berdenyut seakan sudah siap memuntahkan laharnya.“Terus, seperti itu Alya,” ceracaunya. Alya terbawa suasana. Jemarinya semakin kuat memilin benda itu. Benda yang Alya bayangkan begitu sesak masuk memenuhi dinding-dinding kewanitaannya. Seketika bulu kuduknya berdiri.Alya menyoroti bongkahan dada Andrew yang sekal. Kedua pundak yang kokoh. Serta perut yang menggembung bukan karena lemak, melainkan otot yang padat berisi. Kalau diamati lebih dekat, terdapat bulu-bulu liar yang tumbuh di area pusarnya, menurun hingga daera
Alya merintih sambil menggesek-gesekkan lubang senggamannya ke kepala kejantanan yang sudah sangat keras. Dia ingin supaya Andrew menghujamnya dengan keras. Tetapi pria itu hanya bergeming sambil menatap liar kemolekan Alya yang menggeliat.“Saya tidak akan bergerak kalau kamu tidak bicara dengan jelas,” tandas Andrew. Alya masih bingung dengan kemauan pejantan itu.“Bicara apa , Tuan? Saya tidak paham,” ujar Alya dengan polosnya. Andrew memutar mata jengah.“Coba sekarang aku tanya, kenapa kamu menggesekan liangmu dengan kejantananku,” tanya Andrew. Raut wajah Alya memerah, haruskah dia menjawab pertanyaan bodoh ini.“Aku ingin punyamu yang besar , Tuan,” jawab Alya yang tidak percaya bisa berkata seperti itu. Dia merasa liar sekali mengatakannya.“Ulangi sekali lagi?”Alya memejamkan mata. Demi dinding kewanitaannya yang semakin gatal, Alya terpaksa menuruti Andrew.&
Alya seolah menjelma menjadi sosok yang liar karena dahaga akan birahinya belum terpenuhi. Meskipun semua itu tidak bisa disalahkan karena, Andrew yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya, jadi sah-sah saja kalau Alya mengharapkan kepuasan dari pria itu. Seandainya, pernikahan ini bukan didasarkan karena keterpaksaan.“Manis,” ucap Alya setelah mencecap cairan itu. Ada suatu dorongan kuat dari dalam dirinya untuk menghabiskan cairan itu lagi yang masih banyak tersisa di boxer itu.Salah satu kebutuhan batin yang mendasar bagi seorang istri adalah cairan kejantanan. Entah, cairan itu akan masuk melalui mulut atas maupun mulut bawah. Yang jelas cairan kejantanan itu harus sampai ditubuh seorang wanita supaya dia bisa merasa bahagia dalam hidupnya. Bukan semata-mata karena birahi, melainkan juga diiringi dengan kasih sayang dari seorang suami.“Habis,” desah Alya kecewa. Padahal cairan yang dimuntahkan Andrew begitu banyak. Namun, tidak te
Tiba-tiba saat akan menyantap makanan, garpu Andrew terjatuh. Alya langsung masuk di kolong meja untuk mengambilnya. Namun, tatapannya bertemu dengan kaki kokoh sekeras pemain bola. Ditumbuhi bulu-bulu yang maskulin sampai ke atas. Alya terpana melihat pentungan yang tercetak jelas di celana olahraga yang Andrew pakai.Pandangan Alya langsung terkunci di sana. Ingin sekali Alya memelorotkan celana olahraganya. Menggenggam keperkasaannya . Memilin-milin sambil menjilat cairan pelumas yang keluar dari sana. Sensasi asin yang begitu nikmat.Darah Alya berdesir. Hasratnya sudah tidak bisa ditahan. Dia merangkak lebih dekat di antara kedua kaki Andrew yang terbuka. Menjulurkan lidahnya, suara bass menggagetkannya.“Ngapain kamu?”Alya terhenyak. Kepalanya sampai kepentok bagian bawah meja. Dia menyentuh bagian atas kepalanya sambil mengaduh.“Ngambil garpu saja lama banget!” sengit Andrew. Dia sama sekali tidak memper
Alya bangkit. Dia langsung mengulurkan tangannya. Hendak menyerang Andrew. Tega sekali pria itu mempermainan hasratnya, sampai-sampai Alya bak wanita murahan yang langsung mengiyakan ajakan Andrew. Padahal, dia tahu kalau pria itu hanya mempermainkannya.“Kamu jahat! Aku benci kamu!” ujar Alya sambil menyerang tubuh gempal berotot itu.Andrew dengan sigap mencekal tangan Alya. Alya memekik tatkala genggaman besar itu membelenggu tangannya. Genggaman tangan petarung. Pasti sangat mantap menonjok lawan. Sepertinya Andrew suka olahaga tinju.“Ah, sakit.”Alya langsung menarik tangannya ketika Andrew melepaskan tangannya. Alya meringis sambil memegang pergelangan tangannya.‘Dasar lelaki buas! Tak berperasaan!’ rutuk Alya yang tertahan di hati. Dia membuang pandangannya saat picingan mata menyeramkan itu menghujamnya. “Kalau kamu enggak suka, silakan angkat kaki dari villa ini! biar kamu ditangkap
Andrew menghentak wanita itu sembari menarik kedua tangan wanita itu ke belakang, sehingga sesuatu yang menggantung indah bagai pepaya terlihat berayun-ayun seiring dengan hentakan pinggul Andrew.Alya speechless. Yang lebih mengejutkan adalah mulut wanita itu yang tersumpal sesuatu yang familiar. Celana dalam Andrew!Alya tidak habis pikir. Begitu buasnya lelaki ini sampai memperlakukan wanita tidak semestinya. Tidak hanya buas tapi tenaganya seolah tidak ada habisnya. Alya menebak kalau Andrew menyodok wanita itu sambil jalan dari halaman samping villa menuju tangga di mana kamarnya berada.“Hrmmmm-hrmmm…” erangan wanita itu tertahan dari mulutnya yang tersumpal. Andre menyeringai sambil melihat Alya yang terkesima dengan pemandangan tidak biasa itu. Andrew tahu kalau Alya juga ingin merasakan apa yang dirasakan wanita itu.Andrew menarik celana dalam yang menyumpal mulut wanita itu. Sekarang terdengar jelas desahan yang menggitu meng
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te