Part 177 "Bukankah itu Adelia? sepertinya dia mabuk?" ujar Dhea sambil menatap heran ke arah kedua orang yang tengah berseteru tersebut. Melihat adegan di depannya, membuat perasaan Dhea menegang dan tidak enak, diam-diam dia melirik ke arah suaminya, terlihat tangan lelaki itu mencengkeram erat stir kemudi. Tatapan Bram juga begitu tajam mengarah ke arah Adelia. Dhea sudah menduga, pasti lelaki ini tidak akan bisa berpaling dari Adelia, apalagi melihat wanita itu dalam kesulitan seperti itu. "Cantik, ayo ikut aku! Tidak baik perempuan cantik sepertimu berkeliaran seperti ini!" "Lepaskan aku! Aku tidak Sudi ikut denganmu! Lepaskan aku!" Dialog mereka terdengar samar-samar. Adelia tampak memberontak, tetapi lelaki itu ternyata memiliki tenaga yang tidak sebanding dengannya, dengan mudah lelaki itu bisa menyeret wanita itu untuk mengikutinya. Dhea hanya merapatkan bibir melihat semua itu, perempuan seperti apa yang sudah larut seperti ini berkeliaran di klub malam? Apakah sebenarny
Part 178"Ambil perempuan itu, aku tidak minat! Aku hanya berminat pada perempuan yang ada di dalam mobil ini.""FRANS! JANGAN MACAM-MACAM, BRENGSEK!"Frans tidak menghiraukan teriakan Bram, lelaki itu bahkan tersenyum meremehkan, seolah-olah menantang lelaki yang kini bergerak akan menyerangnya. Namun sayang, gerakan Bram dihentikan oleh tiga orang anak buah Frans. Frans menghampiri mobil dan mengetuk kaca jendelanya, Tak berapa lama jendela itu terbuka, tampak raut wajah cantik menyembul dari dalam membuat Frans sangat kegirangan."Hello, my beautiful love?" sapa Frans dengan senyum yang dipaksakan manis.Dhea yang melihat lelaki urakan itu tersenyum seperti itu justru tidak melihat manisnya dari mana, senyum itu justru terlihat seperti seringai jahat."Dhea! tutup jendelanya! cepat kunci!" teriak Bram.Lelaki itu jelas sangat mengkuatirkan istrinya, dia tahu pasti seberapa gilanya Frans, lelaki tidak waras itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dibayangkan demi membalas dendam
Part 179Dhea membuka matanya ketika terdengar adzan subuh menggema dari ponselnya. Dia memang sengaja memasang waktu salat untuk mengingatkan waktu ataupun sebagai alarm. Matanya mengerjap beberapa kali, kepalanya sedikit pusing karena dia hanya tidur kurang dari dua jam. Pandangannya mengarah ke segala arah di kamar ini, mencari sosok yang biasanya tidur disampingnya. Tetapi orang itu tidak ada di sana, berarti memang belum pulang.Dengan langkah malas Dhea menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan salat subuh, setelah salat dia berharap rasa kantuk datang menghampiri tetapi ternyata malah sulit memejamkan mata, yang ada kepalanya tambah sakit karena memikirkan banyak hal, terutama lelaki itu.Dengan langkah malas akhirnya Dhea turun ke dapur untuk membuat secangkir kopi panas, kopi tubruk tradisional lebih di sukai apalagi yang ditambah gula sedikit.Duduk di meja makan dengan secangkir kopi yang masih mengepul membuatnya tampak sedikit kesepian, tidak mungkin Bram
part 180Pagi itu Dhea menghubungi Raditya akan bertemu dengannya di kantornya seperti kemarin. Dia tidak membiarkan Bram pergi bersamanya karena lelaki itu terlihat begitu lelah karena semalaman tidak tidur. Ya, sudahlah ... lupakan saja masalah Adelia, yang jelas Bram tidak bersama gadis itu tadi malam sudah cukup membuat Dhea tenang. Ketika sampai perusahaan teknologi itu, Raditya langsung melakukan penawaran. Dia menawarkan harga sepuluh miliyar, sebelum pergi ke perusahaan ini Dhea sudah berdiskusi dengan Bram, berapa penawaran tertinggi yang Bram sanggupi, suaminya itu mengatakan tiga puluh miliyar, itu artinya untuk saham Raditya dihargai maksimal lima belas miliyar."Bagaimana, Bu Dhea?" tanya Radit dengan tidak sabaran."Kalau hanya saham anda saja, aku menghargai delapan miliyar itu sudah maksimal. Tetapi akan aku pertimbangkan kalau saham Tommy juga saya beli, saya berani dua puluh miliyar semuanya," jawab Dhea dengan tegas."Cuma delapan miliyar? property dan surat ijin p
Part 181Ketika pulang dari perusahaan teknologi itu, hari sudah siang. Bram juga sudah bangun dan sudah berpakaian formil dengan rapi. Mendengar suara mobil berhenti di halaman rumah, lelaki itu segera membuka pintu dan keluar menyambut kedatangan istrinya. Dhea yang membuka pintu mobil langsung tersenyum melihat kehadiran suaminya yang sudah merentangkan kedua tangannya."Baru pulang, Sayang? Bagaimana pertemuannya dengan Tommy?" ujar lelaki itu setelah memeluk istrinya erat."Maaf, Bang. Sepertinya aku belum bisa membuat Tommy menjual sahamnya," jawab Dhea dengan penuh penyesalan."Ya, sudah. Jangan terlalu dipikirkan, yang penting sudah usaha," bujuk Bram dengan penuh kelembutan "Jadi gimana dengan saham Raditya? apa kita melepas begitu saja?""Kita pikirkan nanti, yang penting kita sekarang masuk rumah dulu, ayo kita makan siang dulu. Kamu pasti lapar, kan?" ujar Bram sambil menggandeng istrinya masuk ke dalam rumah."Memangnya di rumah ada makanan? kamu masak, Bang?""Mana ada m
Part 182Bram terburu-buru pulang ke Palembang setelah mendengar kabar tersebut dari Fikri, pasalnya berita itu tidak masuk berita nasional. Tetapi di kota Palembang berita itu sangat heboh, tersangkanya tentu saja istrinya. Ketika sampai kota Palembang, ternyata Dhea sudah dijemput paksa oleh polisi, sehingga Bram langsung menuju ke kantor polisi. Di kantor polisi, Dhea cukup diperlakukan dengan baik, karena dia masih berstatus terduga, dia diinterogasi, tetapi Dhea tetap menyangkalnya. Walaupun begitu, ancaman penculik pada Tommy yang menyebut penculik akan membebaskan anaknya jika dia menjual sahamnya pada Dhea, menjadi barang bukti yang tidak bisa diabaikan.Bram datang bersama pengacara pribadinya dari jakarta, setelah mempelajari kasusnya, membuat Bram sangat penasaran siapa yang menculik anak itu. Akhirnya lelaki itu bisa mengeluarkan istrinya dengan jaminan sebagai tahanan kota, tidak menginap di tahan kepolisian."Kenapa bisa terjadi seperti ini?!" tanya Bram dengan sedikit t
part 183Kasus penculikan putri Tommy memang sudah ditutup di kepolisian, tetapi di media sosial kasus itu terus dibahas. Pihak Tommy juga hanya menutup kasus itu tanpa memberi klarifikasi. sehingga hal itu terus memperburuk citra perusahaan. Hari ini nilai saham di Aditama Group turun beberapa poin, sehingga membuat gusar para dewan direksi dan para pemegang saham. Tentu saja yang paling diuntungkan dari situasi ini adalah keluarga Ajisaka. Lelaki itu terus melakukan manuver agar semua dewan direksi menentang Bram dan menunjuknya sebagai direktur utama Aditama group. Tak ayal hari ini Bram dan Dhea menghadiri rapat yang dihadiri semua pemegang saham dan dewan direksi. Dijajaran dewan direksi duduk dengan santai Siska dan Nirmala, hal itu cukup membuat Dhea heran."Apakah Siska dan ibu Nirmala juga anggota dewan direksi?" tanya Dhea penasaran pada Bram "Ya."Ternyata keluarga kakek Hanggono menduduki dewan direksi semua, kecuali Arjuna dan Sania. Bahkan Abimanyu yang duduk di kursi
Orang tersebut langsung masuk ruang direktur dan mengangguk hormat, Dhea yang antusias berdiri untuk menyambut orang tersebut. Namun kedua mata mereka bertemu dan sama-sama terkejut."Anisa?""Ketua Niko?!"Wajah Niko langsing sumringah melihat wanita yang berada di hadapannya, mata lelaki itu berbinar. Sungguh, pucuk dicinta ulampun tiba. Sudah lama sekali rasanya mencari keberadaan gadis pujaan ini, tidak tahunya bertemu di sini. Memang tepat keputusannya melamar di perusahaan ini, walaupun itu memang dipaksa oleh ayahnya.'tengkiu papa, cinta orang tua memang selalu tepat' batin lelaki itu "Nyai Annisa, tidak kusangka akan bertemu denganmu di sini. Ternyata kau sekarang sudah menjadi seorang direktur. Aku jadi semakin hormat dan cinta padamu, Nyai Annisa ...."Niko bergegas meraih tangan Dhea dan menyalami tangan wanita itu, bukan hanya itu, dia juga menciumi tangan Dhea membuat wanita itu menarik tangannya karena risih."Niko jangan begini tidak patut kalau cium tanganku. usiamu
Menjelang waktu yang direncanakan, para anggota organisasi Gir sudah berdatangan ke Indonesia memakai paspor turis, dengan penerbangan berbeda. mereka sudah memesan hotel yang sama dengan rekomendasi Adi melalui online. Sampai pukul satu delapan malam, semua sudah berdatangan. Adi sendiri menyewa aula diskotik untuk party umum yang pesertanya hanya diundang tamu-tamu hotel yang memiliki tiket masuk, dan mereka yang masuk hanya anggota Gir. Sehingga party ini tidak dicurigai sebagai pertemuan rahasia yang berpotensi membahayakan keamanan, karena party diadakan secara natural untuk menyambut turis asing. Adi tersenyum lega melihat orang-orang yang dulu menjadi rekan kerjanya, mereka berpelukan seperti layaknya teman sudah lama tidak bertemu. "Kami datang semua untuk mendukungmu, Di," ujar Michael dengan bahasa Inggris. Michael kini menjadi ketua organisasi, mantan tentara Amerika itu masih aktif di organisasi tersebut. "Aku juga membawa semua anggota baru, perkenalkan ...." Mich
Bram menghela napas berat, dibelainya rambut istrinya yang kusut karena lama hanya melakukan aktifitas berbaring. "Sayang, Abang akan secepatnya datang menjemputmu. Sekarang masih belum bisa, Abang hanya menjengukmu, kuatir dengan keadaanmu. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bram dengan hati-hati. Dhea hanya diam menatap wajah suaminya dengan kecewa, matanya bahkan sudah berkaca-kaca. Apanya yang baik-baik saja? situasinya bahkan lebih kejam dari ketika dia dipenjara dulu. Rasa kangennya yang tidak tertahan pada putranya membuatnya sulit memejamkan matanya setiap malam. Perasaan ditinggalkan oleh suaminya mengikis rasa kepercayaannya sedikit demi sedikit, sudah seminggu lebih, tetapi apakah Bram tidak bisa mengatasi masalah di perusahan? apakah pria di depannya ini sengaja memilih kekuasaan dan hartanya daripada dia? Dhea menggeleng pelan untuk menghilangkan prasangkanya. "Percayalah pada Abang, doakan Abang agar cepat membawa Dhea dari tempat ini. Abang sangat merindukan Dhea, b
Dhea hanya bisa berbaring di tempat tidur yang cukup besar dan mewah, kasurnya empuk, kamarnya luas dengan kamar mandi yang juga cukup mewah. Tidak kalah dengan kondisi di rumah Bram dulu. Dia hanya bisa berbaring dan tidak banyak melakukan aktifitas sepanjang hari untuk menghemat tenaga. Dua butir telur rebus dan setengah liter air mineral yang dijatah kepadanya sekarang sungguh benar-benar tidak akan cukup untuk melakukan aktivitas yang lebih dari itu. Apalagi awal-awal dia hanya mengkonsumsi tiga butir telur, rasanya hampir tiga malam dia tidak bisa tidur karena kelaparan. Semakin ke sini, tubuhnya sudah terbiasa, tetapi dia juga harus menghemat energi. Sedang hari ini, dia hanya menerima jatah dua butir telur. Ini baru hari ke tujuh, tetapi rasanya sudah sangat menyiksa. Lebih tersiksa dari kondisinya di penjara dulu, padahal dulu dia sama sekali menempati kamar yang tidak layak sama sekali. Dulu dalam satu ruangan hanya ada satu buah kasur singel, yang dihuni oleh enam orang
Niko dengan serius memantau dua komputer sekaligus, rute pelacak yang ada pada Bram, serta navigasi robot kecilnya yang terus terbang di udara. Dalam dua puluh menit, robot itu sudah menyusul mobil yang membawa Bram ke arah barat daerah Banten."Cepat sekali dia menyusul," ujar Fikri i yang juga ikut memantau gerakan robot itu."Dia terbang, bukan jalan. dalam waktu satu menit sudah mencapai belasan kilometer," ujar Adi mengkomentari omongan Fikri, sementara Niko tetap serius menggerakkan kursor mouse untuk mengendalikan robot kecilnya."Kita keluarkan cengkeraman pada robot itu agar menempel di mobil itu, untuk menghemat baterai," ujar Niko."Emang cengkeramannya sekuat apa? tidak takut diterbangkan angin?" tanya Fikri yang antusias seperti mendapat mainan baru "Dia ditempatkan di belakang mobil agar bisa terlindungi angin. Cengkeramannya tidak kuat, hanya dilapisi lem seperti lem alteco.""Loh, kalau tidak bisa lepas bagaimana?" tanya Adi yang mengernyit heran, pasalnya lem itu ter
"Kau terlalu banyak mengeluh, harusnya kondisi istrimu bisa menjadi motivasi untukmu. Atau kuhadirkan juga anakmu yang masih bayi?" ancam Abimanyu. "Aku tidak akan tergerak kalau belum melihat secara langsung bagaimana kondisi istriku, juga tidak akan termotivasi kalau belum berbincang dengannya," ujar Bram dengan keras kepala. "aish! baiklah!" dengus Abimanyu akhirnya mengalah. "Sakti, Ijal ... Bawa dia bertemu istrinya, biar dia puas melihat keadaan istrinya. Ketika pergi ke sana pastikan tangan dan kakinya terikat biar tidak kabur, matanya juga ditutup biar tidak tahu kondisi jalan!" perintah Abimanyu yang tidak sabar mendengar rengekan Bram. Setelah mengatakan itu, Abimanyu kembali lagi ke ruang pribadinya, sementara Bram tersenyum. Ternyata hanya sebatas ini kemampuan Abimanyu dalam mendengarkan keluhannya, dia hanya mengikuti saja pengaturan lelaki itu ketika para pengawal itu langsung meraih tangannya untuk memasang borgol dan menutup matanya dengan kain hitam. Para pengawa
"Sakti?!" ujar Abimanyu yang melihat siapa yang mengetuk ruang pribadinya ini. "Selamat sore, Pak?" sapa Sakti yang melihat Abimanyu tengah bersantai duduk di sofa sambil bermain game di ponselnya. "Ada apa?" tanya lelaki itu masih fokus dengan ponselnya. "Pak Bram memaksa untuk bertemu dengan anda, Pak." Mendengar perkataan Sakti, Abimanyu berhenti menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel, spontan lelaki itu menatap Sakti dengan tatapan garang. "Bukankah sudah kukatakan? kalau dia tidak boleh menemui ku kalau tugasnya dalam menstabilkan harga saham sudah berhasil, ini apa? belum ada kemajuan apa-apa," ujar Abimanyu dengan marah. "Justru itu yang akan dikatakan dan didiskusikan oleh pak Bram kepada anda, Pak." "Tidak ada negosiasi apalagi diskusi. Usir dia dari sini. Kenapa kau bawa dia ke sini tanpa bilang padaku dulu, Ha? kamu ini terlalu lancang, Sakti!" Abimanyu bertambah marah mendengarnya. "Situasi di perusahaan terlalu rumit, Pak. Bapak tidak bisa membuat hal
Pulang kerja, seperti hari kemarin Bram dikawal oleh beberapa orang dan disupiri oleh supir baru yang juga tidak Bram kenal. Apalagi selama beberapa hari ini mereka juga tidak berinteraksi, Bram juga malas untuk bertegur sapa dengan mereka. "Antarkan saya ke tempat Abimanyu!" perintah Bram. "Bukankah Pak Abimanyu mengatakan dengan jelas, Pak Bram boleh menemuinya jika pekerjaan pak Bram selesai. Ini belum ada apa-apanya jadi pak Bram tidak berhak bertemu pak Abimanyu," ujar supir itu dengan tegas. "Kamu itu hanya sekedar supir, jadi tidak perlu mendikte saya. Saya tidak akan menyelesaikan tugas dari Abimanyu. Terserah dia sekarang, saya juga sudah buntu! saya mana bisa bekerja sendiri, saya akan bilang sama dia untuk memberi saya tim." "Ingat, Pak. Bapak harus keluarkan semua potensi dan usaha. Karena taruhannya nyawa istri dan anak bapak." "Keluarkan potensi dan usaha apa? sementara saya tidak boleh menghubungi siapapun. Memangnya saya bisa menyulap dengan sendiri nilai sah
Mang Giman selalu membersihkan ruangan Bram pukul tujuh pagi sebelum semua karyawan datang ke kantor. Dia membersihkan ruangan Bram seperti biasa dan tidak mencurigakan, ketika dia sedang mengelap-elap meja dan merapikan dokumen diatas meja, dia segera meletakkan surat ber amplop putih itu di atas meja dekat kotak tissue. Lelaki itu menahan napas ketika melakukan itu semua, segera dia cepat-cepat keluar dan masuk toilet, di sana dia menghela napas sekuat-kuatnya, sangat ketakutan karena dia merasa gerak-geriknya dipantau dari jarak jauh oleh orang yang tidak diketahui siapa. Sungguh misterius dan menakutkan untuk orang awam seperti dia. Jam menunjukan pukul delapan pagi, semua karyawan sudah berdatangan dan sudah masuk ke ruangan kerja masing-masing. Bram sendiri datang sekitar jam setengah sembilan pagi. Ketika masuk ruangan, dia terus berkutat pada dokumen, sungguh tidak ada pegawai atau orang suruhan yang kompeten yang dia percaya sekarang. "Pak Bram, ini sudah seminggu, tetapi
Sudah tiga hari Bram bekerja mengurus perusahannya, tetapi tidak ada perubahan sama sekali pada peningkatan nilai saham. Abimanyu sendiri mengatakan jika semua pegawai dan kolega Bram sudah dimutasi bahkan sudah dipecat dari perusahaan. Bram sendiri yang terpaksa menandatangani surat pemecatan mereka, pasalnya Abimanyu mengancam tidak akan memberikan makanan apapun pada Dhea jika dia tidak mengikuti semua perintah lelaki itu. Bram memang masuk ke kantor tetapi tetap saja rasanya seperti dipenjara. Dia tidak bisa mengontak siapapun dan meminta bantuan siapapun. Semua pekerja yang ada di kantor ini diduduki oleh orang-orang baru atau orang lama memang sudah bersekongkol dengan Abimanyu. Bram duduk dengan frustasi dengan semua kondisi ini, bahkan Adi orang kanannya sekarang tidak tahu di mana. Abimanyu memberi batas sampai tiga Minggu untuk menstabilkan nilai saham dan melakukan peralihan pemilik perusahaan dalam waktu tiga bulan. Abimanyu juga tidak bisa terburu-buru agar apa yang t