“He he he ….” Juna terkekeh mendengar pembelaan dari tim kuasa hukum dari Robert.Sementara itu, persidangan masih berjalan sengit dan alot. Tim kuasa hukum Juna yang berkolaborasi dengan jaksa, melawan ketangguhan tim kuasa hukum Robert.“Yang Mulia, kami meminta adanya saksi ahli!” Pengacara pihak Robert menyerukannya.Kemudian, saksi ahli di bidang IT didatangkan dan diminta untuk meneliti bukti rekaman dari dash-cam.“Jun, ini sepertinya akan menjadi persidangan yang sangat lama.” Ferdinand di samping Juna berbisik.Mendapatkan perkiraan demikian dari kuasa hukumnya, Juna bertanya, “Kenapa bisa begitu, Pak?”“Karena kalian sama-sama punya duit.” Ferdinand berkata demikian.Diam usai mendengar perkiraan Ferdinand, Juna mulai berpikir sambil menghitung untung dan rugi.‘Kalau aku membiarkan persidangan ini berjalan apa adanya, bisa jadi seperti yang dikatakan Ferdinand. Akan lama. Yah, karena Robert didukung Semesta Group dan aku hanya berdiri sendiri dan segelintir saja yang menduk
"Aku memang yang menyuruh mereka hari itu. Sudahlah,aku pusing ditanya-tanya! Kalau mau tangkap, ya tangkap saja! Tak usah banyak cingcong!" Robert semakin berani ke hakim dan jaksa.Mendadak saja persidangan menjadi heboh dikarenakan Robert langsung mengakui perbuatannya. Ditambah perilaku seenaknya dia."Tapi kenapa dia bisa mengakui langsung begitu, yah?" Rinjani sedikit heran.Di sampingnya, Shevia menjawab, "Mungkin dia tak ingin persidangan berlarut-larut, makanya dia cepat mengakui, Kak Rin."Meski mengatakan demikian, Shevia agak ragu dengan ucapannya sendiri. Dia melirik ke arah Juna."Sepertinya karakter Robert tidak begitu, deh! Dia itu orang yang sangat keras kepala dan maunya benar sendiri, tak suka disalahkan. Hm, mungkin dia sedang tercerahkan atau kerasukan jin baik." Rinjani sambil kerutkan kening, tapi setelahnya dia tertawa pelan saat membayangkan Robert kerasukan jin.Namun, ucapan terakhir Rinjani justru membuat Shevia seperti tersadar sesuatu.'Apakah ini ada ka
“Aku … melakukan sesuatu ke Robert?” Juna bertanya balik ke Shevia.Tuduhan Shevia sebenarnya memang terjadi, tapi Juna tidak berniat langsung mengungkapkannya begitu mudah.“Kamu ‘kan punya daya linuwih di bidang supranatural. Makanya pasti membuat Robert bertingkah seperti itu di ruang sidang, aku yakin kamu pasti memiliki kemampuan semacam itu.” Shevia menatap lurus ke mata Juna meski dia harus menolehkan tubuhnya menghadap Juna di kabin depan mobil.Senyuman Juna muncul untuk respon awal. Tetap saja dia tak ingin semudah itu mengakui perbuatannya.Memang benar, tingkah laku ajaib Robert di ruang sidang merupakan campur tangan kekuatan mantra yang dia rapalkan diiringi energi supranatural dia agar bisa merasuk ke tubuh Robert.‘Ya, sekeping kecil jiwa aku memang merasuki Robert, karena hanya cara itu yang paling mulus hasilnya dibandingkan hanya menempeli atau memasukkan energi tertentu ke mulutnya.’ Juna mengakui di batinnya.Baginya, merasuki dan mengambil alih kendali tubuh Robe
“Pacar gelap? Istri simpanan? Astaga, Shev ….” Juna sampai bingung harus menjawab apa untuk permintaan Shevia.Ini sama seperti beberapa bulan lalu, ketika Shevia mengiba padanya. Bukankah Rinjani juga pernah berucap hal sama meski dengan sikap berbeda?‘Astaga! Wanita-wanita ini kenapa, sih? Apakah tak ada pria lainnya di dunia?’ Juna menyeru di hatinya, ‘Bukankah ini sama seperti dulu aku ketika di era lampau? Istri bangsawan dan wanita dari keluarga terhormat memohon padaku untuk dijadikan gundik atau pacar simpanan.’Juna masih memiliki ingatan itu dan merasa tak berdaya. Dulu dia hanya bermain-main saja dengan mereka hanya untuk melepas kebosanan setelah lelah berperang mengayunkan pedang.Kenapa harus terjadi juga di era ini?“Jun … apakah aku ini tidak cukup berarti di mata kamu? Apa aku tidak menarik di matamu?” Shevia masih terus memeluk Juna sambil menangis.Dengan ini, Juna berharap kemacetan lekas terurai agar dia tidak perlu berada di situasi tak nyaman begini.“Sh—Shev,
"Hah? Shevia? Oke, oke, Pak Hamid, saya segera ke sana." Juna kemudian menutup sambungan telepon.Dia menatap istrinya dengan pandangan rumit. Haruskah dia memberi tahu Anika?"Mas, kenapa? Shevia kenapa?" Anika merasa ada yang tidak beres, makanya bertanya.Apalagi melihat raut muka suaminya yang aneh. Pasti terjadi sesuatu pada Shevia."Shevia... dia... dia mengiris nadinya sendiri." Meski kelu ketika mengatakan itu, tapi Juna harus memberi tahu Anika atau dia akan disalahkan nantinya.Dengan bergerak cepat, tanpa bertanya lagi, Anika masuk ke dalam kamar dan menyambar kardigan di gantungan baju, lalu berlari keluar bersama Juna."Astaga Shevia, kenapa dia melakukan itu? Beban hidup macam apa sampai dia begitu?" Anika bergumam pelan sembari Juna melajukan mobil.Mereka dalam perjalanan ke rumah sakit sesuai dengan petunjuk dari Hamid.Juna melirik tangan sang istri yang menggenggam erat pergelangan tangannya yang memegang kemudi.'Pasti Nik syok mendengar apa yang terjadi ke Shevia.
“Mas? Itu … itu sungguhan begitu?” Anika mematung memandang suaminya yang sedang terkejut.Tak mau istrinya salah paham, Juna segera menghampiri Anika. Dia tidak ingin Anika berpikir yang terlalu jauh.“Nik, biar aku jelaskan lebih detail. Tolong kamu jangan salah paham dulu.” Juna panik di hatinya.Ayolah! Mereka ini masih dalam suasana pengantin baru, tapi kenapa selalu saja ada masalah ini dan itu di sekitar mereka?“Mas, aku hanya ingin tahu, benarkah Shevia melakukan tindakan nekat itu karena ditolak cintanya olehmu?” Pertanyaan Anika ternyata berbeda dengan yang ada di dalam ketakutan Juna.Tadi Juna sempat berpikir kalau Anika bisa saja salah paham mengira dia dan Shevia memiliki hubungan terlarang, tapi ternyata bukan itu yang menjadi perhatian Anika.Sedikit termangu, Juna menjawab, “Um, yah, begitulah!”Di dalam hatinya, Juna merasa lega karena ternyata yang ditanyakan Anika bukanlah hal yang dia cemaskan.“Nik?” Juna menyentuh lengan istrinya yang masih saja diam termangu k
“Hah? Bagaimana, Sayang? Menikahi Shevia?” Juna sembari memicingkan mata karena tak yakin apa yang dia dengar dari istrinya. Telinga salah mendengar?‘Anika ingin aku apa tadi? Menikahi Shevia?’ batin Juna dengan perasaan heran dan tak yakin.Namun, Anika menganggukkan kepalanya. Apalagi wajahnya terlihat sangat serius ketika memandang suaminya.“Iya, Mas. Menikahlah dengan Shevia. Nikahi dia dengan resmi, aku tidak masalah memiliki madu seperti Shevia.” Anika mengatakannya dengan lancar seakan itu bukan apa-apa baginya.Tapi itu apa-apa bagi Juna! Jantung Juna seperti sedang digedor-gedor godam milik dewa petir dari mitologi Nordik kuno yang ternama, Thor.“Sa—Sayang! Nik!” Juna bingung harus mengambil kalimat apa untuk menyahut istrinya.“Mas, aku benar-benar rela dan tulus menginginkan itu.” Anika mengangguk dengan tatapan tegas tertuju lurus ke mata Juna. “Oh, jika memungkinkan, sekalian juga kak Rin, yah Mas! Aku tahu kak Rin mencintai Mas. Aku yakin mengenai itu.”Ini gila! Juna
“Hhghh … Nik, sayangku satu-satunya ….” Juna mencoba memberikan pengertian ke istrinya. “Akan aneh dan tidak baik kalau aku menambah istri, dua sekaligus pula. Nanti apa pandangan masyarakat? Lagipula, aku sudah tidak bisa memiliki cinta lain untuk aku bagikan kecuali denganmu saja.”Juna menyaksikan istrinya menatap dia dengan pandangan sayu tapi mengandung keras kepala di sana."Mas, aku belum pernah meminta sesuatu yang besar pada Mas, 'kan?" Anika memulai ucapannya. Juna memiliki perasaan ini akan panjang dan lama. "Kali ini aku ambil kesempatan itu dan meminta. Tidak, bukan meminta tapi memohon! Mohon Mas nikahi mereka berdua. Terserah, hendak langsung dua sekaligus atau bergiliran dengan jeda satu minggu atau satu hari juga lebih baik." Anika menatap tegas mata Juna.Hal itu mengakibatkan Juna tak berdaya."Nik, haruskah begitu? Ini kamu seperti menyodorkan suami kamu sendiri ke orang lain, loh!" Dia merasa bahwa ini sesuatu yang aneh dan tak lazim.Perempuan pada lazimnya adala