Dalam keadaan terkejut, Valtino segera memohon, “Tuan Alfred, tolong ampuni aku, aku nggak akan berani lagi.”Alfred menarik kakinya dan mengusirnya, “Pergi, jangan sampai aku melihatmu di sekolah ini lagi.”Tersirat agar dia mengundurkan diri sendiri.Benar-benar tidak berani menyinggung Keluarga Joven, Valtino segera bangkit dan buru-buru berkata, “Iya, aku akan pergi sekarang juga.”Melihat orang itu pergi, Lia berdiri di samping sambil mengatupkan bibirnya, hati-hati melirik pria di sampingnya.Alfred menoleh dan melihat Lia, nada suaranya penuh cemburu, “Kamu pasti sangat bangga, ‘kan?”Lia masuk ke asrama, menjadi dengan santai, “Bangga kenapa?”Alfred mengikutinya masuk dan menutup pintu.“Merasa diri sangat populer.”Baru beberapa hari di sekolah, pelatih saja sudah perhatian padanya.Sekarang malah ada pria lain yang datang menunjukkan ketertarikan.Jika dibiarkan lebih lama, mungkin belum sempat ujian, Lia sudah direbut oleh orang lain.Tidak bisa, tidak bisa membiarkan Li
Lia mengangkat kakinya dan menendangnya. “Alfred, kamu nggak tahu malu.”“Aku sudah nggak punya malu lagi di depanmu.”Alfred duduk di meja, kedua kakinya panjang dan kuat.Wajahnya penuh dengan senyuman menggoda dan nakal.“Percaya nggak kalau aku bisa memakanmu sampai habis?”Lia benar-benar takjub dengannya.Bagaimana mungkin ada pria seperti ini di dunia?Tampan, elegan dan berwibawa di luar.Namun, di balik semua itu, dia adalah seorang penjahat besar.Namun, Lia sangat menyukai penjahat besar ini.Lia mengangkat dagunya, berinisiatif mencium bibir Alfred yang dingin. Lalu mendesaknya, “Sudah, cepat pergi.”Alfred enggan pergi.Namun, dirinya harus bekerja.Dia masih harus berbicara dengan kepala sekolah untuk mengeluarkan semua pria di kelas Lia.Dengan begitu, tidak ada yang mendekati pacarnya lagi.Mengenai pelatih itu.Dia hanya akan berada di sini selama seminggu.Jadi, tidak masalah.…Di Perumahan Odesa.Sejak kembali ke perusahaan, Kelven memulai rutinitas kerja dari jam
Tiba-tiba, terdengar suara klakson mobil di depan vila.Bety yang sedang mengerjakan PR segera mengangkat kepalanya dan berseru dengan gembira, “Tante, ayahku sudah datang.”“Mungkin, ayo kita bukakan pintunya.”Bety meletakkan pensilnya dan berlari menuju pintu lebih dulu daripada Delis.Delis menekan remote untuk membuka gerbang besi di depan halaman.Mobil Yogi melaju perlahan masuk ke halaman.Saat turun dari mobil, anak kecil itu langsung berlari ke arahnya.“Ayah … “Pria itu membungkuk, menggendong anak yang berlari ke arahnya dan mendudukkannya di lengannya, sambil bertanya, “Selama bersama tante beberapa hari ini, kamu ada menjadi anak baik nggak?”“Ada, aku sangat patuh.”“Lalu tugas yang diberikan padamu sudah selesai?”“Sudah selesai.”Jawab Bety dengan penuh percaya diri.Yogi cukup puas, menggendong anaknya berjalan menuju tangga di mana Delis berdiri.“Terima kasih sudah membantu menjaga anakku selama beberapa hari ini.”Delis memperlihatkan wajah tidak ramah dan berka
Melihat pria itu tersenyum dengan begitu tidak berniat baik, kata-katanya membuat orang memikirkan hal-hal yang tidak senonoh.Delis menyipitkan matanya, hampir saja ingin menamparnya.Tidak menghiraukan orang itu, Delis berdiri dan melihat ke arah Angel.“Kak Angel, kamu sibuk dulu ya, aku pergi melihat apakah Kelven sudah pulang.”“Iya, pergilah, ingat untuk mengajaknya makan malam nanti setelah pulang.“Iya.”Saat Delis pergi, Bety berteriak ke arahnya, “Sampai jumpa nanti tante Delis.”“Iya, sampai jumpa.”Delis menggendong anaknya dari pengasuh dan pergi.Yogi menatapnya pergi, lalu wajahnya kembali menjadi serius dan melihat ke arah anaknya,“Ayo berdiri, berikan tugas yang kusiapkan untukmu padaku.”Bety tidak berani bermalasan, segera mengambil buku dari tas dan memberikannya kepada ayahnya.Pria itu melihatnya beberapa kali, kemudian memandang anaknya dan berkata, “Kamu sangat suka dengan tante tadi?”Bety mengangguk kuas dan menjawab, “Iya, tante Delis sangat baik. Bety mer
Delis merasa sangat tenang bersama dengannya, juga merasakan kilatan perasaan yang membuat hatinya berdebar-debar.Namun, saoal menikah, Delis memang belum siap secara mental.Dia merasa mereka perlu sedikit waktu lagi untuk lebih banyak berinteraksi.“Kalau Delis merasa terlalu cepat, kitab isa menunggu sampai kamu siap. Tapi bolehkah kita mengurus sirat nikah dulu?”Setidaknya, Delis bisa menjadi istri saha Kelven secara hukum.Namun, Delis menolak.“Bukankah menikah dan mengurus surat nikah adalah hal yang sama?”“Aku belum siap menikah sekarang. Jadi, urusan surat nikahnya nggak perlu dipercepat seperti itu.”“Kamu cepat ke kamar ganti pakaian dan datang ke sini untuk makan malam bersama kak Angel.”Delis tidak mengatakan lebih banyak lagi, menggendong anaknya dan pergi ke rumah Angel.Kelven melihat punggung Delis, mendengar penolakannya dan hatinya terasa kecewa.Namun, mengingat bahwa Delis akan selalu menjadi miliknya, jadi dia tidak terlalu mempermasalahkannya dan segera masuk
Sebagai seorang ayah, dirinya berhasil selamat, tetapi putrinya tidak selamat.Itu adalah luka seumur hidupnya.Jika Delis terus membiarkan anak orang lain di sisinya, Kelven akan merasakan sakit setiap harinya.Setiap hari berpikir di mana putrinya, apakah dia sudah pergi ke surga.Saat meninggalkan dunia ini, tubuhnya penuh dengan luka yang pasti sangat sakit dirasakan.Apakah putrinya merindukan ayah dan ibunya di surga?Jika melihat ada anak perempuan lain yang berada di samping ayah dan ibunya, putrinya pasti akan sangat sedih.Delis bersikeras, “Bolehkah dia berada di sampingku selama seminggu?”Kelven menolak, “Semakin lama kamu bersamanya, semakin dalam perasaanmu. Nanti jika ada masalah, kamu pasti akan pergi mencarinya dan semakin sulit untuk melepaskannya.”“Pulangkan dia besok pagi.”Melihat sikap Kelven yang tegas, Delis juga merasa tidak senang.“Apa haknya kamu mengurusiku? Kamu siapa? Bukankah kamu sudah kembali ke perusahaanmu untuk menjadi direktur?”“Urus saja perus
Kelven bersikeras, “Orang tuaku sedang menunggu di rumah untuk makan malam bersamaku. Kalau aku makan dulu di sini, nanti di rumah mereka pasti akan kecewa. Kamu makan saja.”Delis tak punya pilihan, hanya bisa kembali ke ruang makan sendirian.Melihat Delis tidak berhasil memanggil Kelven, Angel bertanya, “Kenapa Kelven nggak ikut makan?”“Dia bilang nggak lapar, kita makan saja.”Mereka pun mulai makan.Bety makan dengan lahap, bahkan dengan patuh mengambilkan makanan untuk Delis.“Tante Delis, Tante Angel, kalian makan yang banyak ya. Terima kasih sudah menyiapkan ini semua.”“Nggak apa-apa, kamu juga makan yang banyak ya.”Jawab Delis sambil tersenyum, juga mengambilkan makanan untuk Bety.Sambil makan, Bety menggerutu, “Seandainya Bety punya ibu seperti kak Joel, itu pasti menyenangkan.”“Kalau Bety punya ibu, pasti sangat bahagia.”Ucapan ini diucapkan tanpa maksud tertentu, tetapi orang dewasa yang mendengarkan langsung menatapnya.Tatapan mereka semua langsung tertuju pada ana
Delis mengangkat tangannya untuk menggendong Bety, seketika hatinya terasa haru hingga tak bisa berkata apa-apa.“Kalian … “Angel yang duduk di sebelah hanya bisa terdiam kebingungan.Hanya berniat makan malam, kenapa malah mendapatkan anak angkat?Namun, melihat putranya yang duduk di seberang sepertinya ada yang tidak beres.Tiba-tiba, putranya memukul meja dan berdiri. Tanpa berkata apa-apa, langsung pergi dengan marah.Bukan hanya Joel yang marah. Di ruang tamu, Kelven juga tampak lebih emosi.Kelven menggendong putranya, tidak memedulikan orang-orang yang sedang makan di ruang tamu, lalu berjalan dingin menuju pintu depan vila.Pengasuh segera mengikutinya.Angel memberi isyarat pada Delis, “Kelven sudah pergi.”Delis melihat ke arah pintu, melihat Kelven berjalan dengan cepat, dia segera melepaskan pelukannya pada Bety.“Bety, kamu makan dulu ya, aku keluar sebentar.”Bety menganggukkan kepalanya dan menjawab, “Iya ibu angkat, aku tunggu kamu kembali.”Tahu bahwa Kelven mungkin
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b