“Kalau kamu nggak suka ibuku, kita nggak perlu kembali lagi. Kalau kamu kangen dengan gurumu, aku akan menemanimu tinggal di desa.”Lia langsung menggelengkan kepala.“Nggak boleh, aku sudah menandatangani perjanjian dengan ibumu, jadi aku harus melakukannya dengan baik. Aku percaya pada diriku sendiri.”Delis juga setuju dengannya, “Kak Alfred, biarkan dia pergi belajar. Bukankah Lia belum pernah masuk sekolah? Sekarang masuk ke sekolah etiket dan merasakan suasana belajar bersama teman-teman mungkin akan baik juga.”“Kalau dia benar-benar nggak bisa belajar, kita bisa memutuskannya untuk berhenti nanti.”Alfred akhirnya setuju.Tak jauh dari situ, kepala pelayan datang membawa seragam sekolah dan surat penerimaan untuk Lia. Lalu membungkuk dan berkata, “Nona Lia, ini barang-barangmu. Harap datang ke sekolah besok pagi.”Alfred mengambil surat penerimaan dan melihatnya sekilas.Jam sekolahnya sama seperti mahasiswa, belajar dari senin hingga jumat dengan sistem asrama dan hanya libu
Delis menggendong anaknya dari pelukan pengasuh, sambil menenangkan anaknya dan memerintahkan. “Siapkan satu kaleng susunya, satu bungkus popok dan beberapa pakaian untuk anak.”Pengasuh bertanya, “Nona Delis mau pergi lagi?”“Iya, akum au pergi ke rumah ibu angkatku, kamu nggak perlu ikut.”“Baiklah.”Begitu pengasuh pergi untuk menyiapkan barang-barang, Nyonya Joven datang.“Delis, di mana kak Alfredmu?”Delis melihat ibunya dan menjawab, “Dia keluar bersama Lia.”“Keluar lagi, benar-benar sudah punya pacar, melupakan orang tua dan adiknya.”Nyonya Joven sangat kesal, tetapi melihat putrinya, dia menahan amarahnya dan berusaha tampak ramah.Lalu mencubit pipi kecil cucunya di pelukan Delis, lalu menghela napas,“Cucu kecilku, kenapa menangis? Dia baru bangun tidur?”“Iya, baru bangun tidur jadi agak rewel.”Mengingat seseorang akan segera datang menjemputnya, Delis berbohong, “Ibu, belakangan ini ibu angkatku sedang sakit, akum au membawa anakku ke sana untuk menjemputnya.”Mendeng
Desain interiornya juga modern dan mewah, sangat cocok dengan selera anak muda.Sambil menggendong anaknya, Kelven melihat sekeliling ruangan, lalu menatap Delis dan bertanya, “Ini rumahmu?”Delis melempar kunci mobil ke meja, lalu berjalan ke bar kecil dan menuangkan segelas air, meminumnya dengan elegan.Kemudian dia melirik Kelven dan bertanya balik, “Tebak, kenapa aku membawamu ke sini?”Kelven melihat tas yang Delis bawa berisi barang-barang anaknya. Dan anaknya juga berada dalam pelukannya, jadi sudah jelas apa maksud Delis.Kelven menjawab, “Kamu mau aku tinggal di sini dan merawat anak kita?”Delis tidak menyangkal.“Kamu tiba-tiba muncul dan bilang kita punya hubungan, kamu juga bilang anak yang aku lahirkan adalah anakmu. Nggak mungkin aku membawa anakku langsung kembali ke sisimu, ‘kan?”Kelven hanya diam.Delis melepaskan mantel luarnya, di dalamnya dia mengenakan gaun panjang hitam berbahan sutra yang lembut.Rambut hitamnya yang agak bergelompang tergerai hingga bahuny
Bagi seorang pria normal, bagaimana mungkin Alfred bisa menolak ajakan dari wanita yang sudah lama dia dambakan.Hanya dengan kalimat dari wanita itu, ‘Aku sudah siap!”Sudah cukup untuk membuatnya gelisah dan tak bisa mengendalikan diri.Seketika, Alfred merasa gugup sekaligus senang.Alfred buru-buru berdiri dan berkata, “Tunggu aku sepuluh menit.”Dia berbalik menuju ke kamar mandi.Setelah mandi, mengeringkan rambut pendeknya dan mengenakan handuk putih di pinggang.Tubuh bagian atasnya yang telanjang menunjukkan otot perut yang jelas, kulit coklatnya tampak seksi dan mempesona.Lia mengintipnya diam-diam.Melihat pria dengan tubuh sempurna, wajah tampan dan tubuh proposional tanpa lemak, Lia menelan ludah dengan rakus, merasa tak bisa menahan kegembiraannya.Setelah Alfred selesai bersiap, dia duduk di tepi ranjang, mendekati kucing liar di bawah selimut dan berbicara dengan suara menggoda, “Mau matikan lampu?”Lia langsung bersembunyi kembali ke bawah selimut, malu-malu mengang
“Aku antar kamu.”Lia tidak menolak, saat mengikuti pria itu keluar rumah dan duduk di mobil, dia melanjutkan sarapannya sambil mengagumi pria yang sedang mengemudi.Saat ini, Lia baru teringat kejadian semalam.Hatinya tidak bisa menahan rasa bahagia.“Alfred.”Panggil Lia dengan manja.Alfred menoleh melihatnya dan menjawab, “Ya?”“Hm … mulai sekarang kamu adalah milikku. Saat aku nggak ada, kamu nggak boleh berhubungan dengan perempuan lain, nggak boleh nggak merindukanku.”Sebenarnya, Alfred juga sangat berat hati membiarkan Lia pergi ke sekolah selama seminggu.Mereka baru saja bersama tadi malam dan dirinya masih ingin menikmati kebersamaan itu.Sekarang harus berpisah, hatinya sedikit tidak nyaman.Alfred menghela napas dan menjawab, “Iya, kamu juga. Ada begitu banyak orang di sekolah, jangan berhubungan dengan pria lain.”“Hehe, tenang saja.”Lia tertawa, melihat wajah tampan pria itu dari samping dan mengingat kejadian semalam, hatinya merasa sangat senang.…Sementara itu.Di
Tidak tahu apakah anaknya akan seperti ini seterusnya.Jika terus bermain setiap malam dan tidur di siang hari.Lalu kapan dirinya punya kesempatan untuk mendekati Delis?…Delis berjalan kaki ke kantor.Karena jaraknya tidak jauh dari sini, hanya butuh sekitar sepuluh hingga dua puluh menit berjalan kaki.Baru saja keluar dari apartemen, seorang gadis kecil dari depan komplek berlari ke arahnya.Gadis itu memeluk setumpuk buku yang banyak dan saat menabrak Delis, buku-bukunya berjatuhan ke lantai dan gadis itu juga ikut terjatuh.Delis segera membantunya dan bertanya dengan perhatian, “Adik kecil, kamu nggak apa-apa?”Gadis kecil itu kira-kira berusia tiga atau empat tahun, memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan.Dia memakai gaun putri, membawa tas selempang dan mengenakan topi bundar kecil.Tahu dirinya menabrak seseorang, gadis kecil itu segera bangkit dan memundurkan langkahnya, lalu membungkuk dan meminta maaf, “Tante, maaf sudah menabrakmu.”Delis berjongkok mengambil buku
Teringat masih belum mengabari Angel mengenai Kelven.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Peter langsung mengemudi menuju tempat kerja Angel.Sampai di sana, tepat pukul dua belas siang.Peter mengirim pesan ke Angel, mengatakan bahwa dirinya ada di bawah kantornya.Angel melihat keluar jendela dan ternyata benar.Angel turun dan berjalan ke arah pria yang berdiri di samping mobil.Belum sempat Angel bertanya pada pria itu, pria itu mengambil seikat bunga dari belakang dan memberikannya kepada Angel.“Aku melihat bunga ini di perjalanan tadi, kupikir kamu pasti suka.”Peter tersenyum hangat dan memikat, membuat orang sulit menolaknya.Angel menerima bunga itu dengan enggan dan bertanya padanya, “Nggak mungkin kamu hanya datang untuk mengantarkan bung aini, ‘kan?”“Tentu saja bukan, aku sudah memesan tempat, ayo naik mobil, kita makan siang bersama.”Peter membuka pintu mobil dengan sopan.Namun, Angel menolak.“Aku harus membawa Joel ke lokasi syuting, nggak ada waktu untuk makan sian
Peter tampak muram dan membicarakan hubungan mereka, “Angel, nggak bisakah kamu luangkan waktu untuk makan bersama denganku?”Sebelumnya, Peter sebenarnya ingin bekerja di dekat Angel.Namun, karena masalah Keluarga Rosli, dirinya sibuk membantu Delis mengurus perusahaan. Jadi, dirinya tidak sempat ke studio kerjanya Angel.Dalam setahun terakhir, mereka berdua sibuk dengan urusan masing-masing dan jarang bertemu.Jika terus begini, Peter merasa Angel akan semakin jauh dan hilang perasaan terhadap dirinya.Angel ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat sebuah mobil yang dikenalnya tidak jauh.Dan di dalam mobil, ada seorang pria yang sangat dikenalnya sedang memandang ke arahnya.Sadar wanita di depannya sedang melihat ke arah lain.Peter menoleh mengikuti arah pandangnya.Peter melihat pria di dalam mobil itu.Ekspresinya berubah dan dengan cemburu menghalangi pandangan Angel terhadap pria itu. Lalu dengan nada sedikit masam, Peter berkata, “Bagaimanapun juga, luangkan waktu untuk m
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b