Jika tidak, Kelven akan mengawatirkannya.Mendengar itu, Delis merasa hangat dan juga sakit. Dia mengedipkan matanya dan air mata mulai membasahi matanya lagi.Delis bertanya dengan bingung, “Kamu bahkan sudah melepaskanku, kenapa masih mencariku?”Kelven beralasan, “Aku nggak mau wanitaku hidup dalam keadaan yang buruk setelah meninggalkanku.”“Jadi, kamu harus hidup di lingkungan yang terlihat olehku. Selama kamu baik-baik saja, aku nggak akan mengganggumu. Tapi, kalau kamu nggak baik-baik saja setelah meninggalkanku, aku akan membawamu kembali.”Delis hanya diam.Delis mengerucutkan bibirnya dan terbaring terungkup, dirinya benar-benar tidak rela meninggalkan Kelven yang selalu begitu peduli padanya.Namun, jika dirinya tak meninggalkan Kelven, berarti harus melihat Kelven bersama dengan Herli dan itu membuatnya sangat sakit hati.Setelah berpikir sejenak, Delis mengangguk dan menyetujui, “Aku akan membuktikan padamu bahwa tanpamu di sisiku, aku bisa hidup lebih baik daripada sekara
Karena hari pertama kerja, Delis masih melakukan kesalahan.Namun untungnya, rekan kerjanya sangat baik dan sangat pengertian, mereka bahkan membantu Delis.Hanya dalam waktu setengah hari, hubungannya dengan rekan kerja sudah sangat baik.Hanya saja, menjelang jam pulang kerja, Wiliam masih duduk di tempatnya tanpa bergerak, lalu seorang rekan datang dan bertanya pada Delis, “Delis, pria tampak yang duduk di kursi dekat jendela itu pacarmu ya? Dia sudah duduk sejak tadi dan masih belum pergi. Apa dia sedang menunggumu pulang?”Delis melihat mengikuti arah tunjuk rekan kerjanya.Melihat Wiliam masih duduk di sana, Delis kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa seseorang bisa duduk di sana dari pagi hingga malam tanpa berdiri sedikitpun.Delis memberitahu rekannya, “Dia bukan pacarku, aku nggak kenal dengannya. Aku coba tanyakan padanya.”Tiba di samping Wiliam, dengan nada tidak ramah, Delis mengatakan, “Kamu sudah boleh bayar dan pergi sekarang. Toko sudah mau tutup.”Wiliam berdiri perla
Sebelum kehadiran Herli, hubungan mereka sangat harmonis.Semuanya berubah setelah kehadiran Herli.Delis memaksa dirinya untuk tidur, mencoba untuk tidak lagi memikirkan Kelven.Ini adalah malam pertama Delis hidup sendiri setelah meninggalkan Kelven, dia tidak boleh menyerah begitu saja.Keesokan harinya.Di Perumahan Odesa, Herli tinggal di salah satu vila mewah.Bawahan memberitahu dia melalui telepon, “Nona, Delis sekarang bekerja di sebuah restoran di dekat sebuah kampus.”Dalam keadaan terbaring sambil melakukan perawatan kuku ahli perawatan kuku, Herli mengangkat alisnya dan bertanya sambil tersenyum, “Bekerja sebagai apa dia di restoran?”“Sepertinya seorang pelayan.”“Cih, istri bos besar pergi menjadi pelayan di restoran, sangat tak tahu malu.”Merasa puas dengan perawatan kukunya, Herli memuji hasilnya sambil memerintahkan melalui telepon, “Cari beberapa orang untuk beri pelajaran padanya.”Bawahannya menjawab, “Baik.”Teringat dengan sesuatu, Herli bertanya lagi, “Kami mel
Delis tahu bahwa Kelven mengawatirkannya.Namun jika Kelven terus mengurusinya seperti ini, kapan dirinya akan bisa mandiri?Dengan keras kepala, Delis menjawab, “Meskipun beli rumah, aku harus bisa membelinya dengan uangku sendiri. Aku nggak mau pakai uangmu.”“Katakan sekali lagi.”Ekspresi wajah Kelven menjadi semakin muram.Sejak kecil, Delis bahkan sudah menggunakan uangnya hingga saat ini.Apalagi, benda-benda tersebut adalah hak yang harus Delis dapatkan.Delis mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap mata pria itu lagi.Kelven menatapnya dan dengan tegas berkata, “Kamu harus pulang malam ini. Setelah kamu sudah membeli rumah dengan uangmu sendiri, kamu baru bisa pindah keluar.“Aku … “Delis ingin membantah, tetapi tatapan dingin Kelven membuatnya terdiam.Delis hanya bisa menyetujuinya dengan kesal. Dengan nada ketidakpuasan, dia mengalihkan pembicaraan, “Jadi, kalian mau pesan apa?”“Terserah,” ucap Kelven.Delis menggesek-gesek layar tablet beberapa kali dan memesan be
Beberapa wanita itu saling berebut untuk mengadukan Delis pada manajer, “Pelayan ini menumpahkan air panas ke tubuh temanku dan bahkan tidak merasa bersalah sama sekali.”“Pecat dia atau kami nggak akan membiarkannya begitu saja.”“Kami juga mau meminta ganti rugi padanya.”Manajer tidak tahan mendengarnya, bosa besar juga mengamati situasinya di meja sebelah.Dia memberi isyarat ada petugas keamanan di belakang. “Singkirkan wanita-wanita yang membuat keributan ini. Beritahu semua cabang kita untuk tidak melayani mereka kedepannya.”Petugas keamanan langsung mendekati wanita-wanita itu dan meminta mereka pergi dengan tegas.Beberapa wanita itu terkejut dan tidak puas, mereka berteriak, “Pelayan kalian yang menumpahkan air panas kepada kami! Kenapa kamu sebagai manajer malah mengusir kami? Kamu nggak takut kami akan membuat kehebohan besar karena ini?”Manajer tidak ingin berdebat lebih lanjut. “Kami punya rekaman CCTV di sini. Kalau kalian mau membuat kehebohan, silakan.”“Usir keluar.
Ketika Delis bangun, dia merasakan kepalanya sangat sakit dan tubuhnya terasa lemas.Delis menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menjernihkan pikirannya. Ketika dia pulih dari kebingungannya, dia menyadari bahwa dirinya terikat di sebuah kursi, tidak bisa bergerak.Apa yang terjadi padanya?Bagaimana dirinya bisa diikat di sini?Siapa yang ingin mencelakainya?Delis panik dan takut, dia berjuang untuk melepaskan diri dari ikatan itu.Namun, usahanya sia-sia.Dia melihat sekeliling, baru menyadari bahwa dirinya berada sebuah gudang. Cahaya lampu redup dengan samar-samar dia melihat cahaya terang di depannya.Di bawah sinar cahaya, ada seseorang yang mengenakan pakaian hitam duduk di kursi bos.Meskipun tidak bisa melihat wajah orang tersebut dengan jelas, Delis dapat merasakan aura kuat dan tekanan dari dirinya.Siapa orang itu? Mengapa mau menculiknya?Delis berteriak pada orang itu, “Kamu siapa? Kenapa kamu menculikku?”Melihat Delis sudah sadar, pria itu mengangkat tangannya dan denga
Wiliam panik, berlari keluar sambil berteriak, “Alfred, kalau kamu berani menyakiti dia, aku nggak akan mengampunimu!”“Jangan panik, aku bahkan belum mengirimkan alamat padaku. Kenapa berlari begitu cepat?”Mendengar itu, Wiliam berhenti dan bertanya, “Di mana kamu sekarang?”“Jawab dulu pertanyaanku, mau pulang denganku atau nggak?”“Alfred, jangan mencoba untuk menyakiti dia. Dia adalah istri Kelven. Kamu tahu siapa Kelven? Dia bisa membunuhmu.”“Aku nggak peduli siapa Kelven. Tapi kalau kamu nggak mau pulang denganku karena wanita di depanku ini, aku akan menjadikannya sebagai kambing hitam.”“Pilihanmu hanya dua, pulang bersamaku atau aku akan menghabiskan wanita ini malam ini juga. Pikirkanlah baik-baik.”Meskipun bukan dirinya yang menculik wanita ini, dia diberikan dalam keadaan pingsan.Alfred juga tidak tahu siapa orang itu.Namun, karena orang itu sudah diserahkan padanya, tentu saja Alfred akan memanfaatkannya sebaik mungkin.“Iya, aku setuju untuk kembali bersamamu. Tapi,
Wiliam baru saja tiba, langsung dikepung oleh orang-orang Alfred.Wiliam berjuang keras, dengan wajah yang penuh kemarahan, dia berteriak pada Alfred,“Di mana Delis? Bawa aku kepadanya sekarang! Alfred, kalau kamu berani menyakiti dia, aku akan membunuhmu.”Dengan ekspresi wajah acuh tak acuh, Alfred berkata, “Tenang saja, tujuanku adalah kamu, aku nggak akan menyakiti dia sedikitpun.”Alfred adalah orang yang memegang janjinya.Selama tujuannya tercapai, dia tidak akan menyakiti orang yang tak bersalah.Melihat Wiliam sudah berada di tangannya, Alfred memutuskan untuk membiarkannya melihat wanita itu untuk terakhir kalinya.Alfred memberi isyarat pada bawahannya untuk membawa Wiliam ke dalam gudang.Saat Delis dilepaskan oleh kedua pengawal, tiba-tiba Delis langsung terjatuh dari kursi dan tergeletak lemas di atas lantaiWajah Delis sangat pucat dan ekspresisnya penuh dengan keputusasaan.Sambil menahan kesakitan di perutnya, Delis menangis sambil memegang perutnya, “Tolong bawa aku
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b