Setelah disuntik dan keluar dari rumah sakit, Bella menguap sambil berkata, "Kamu naik taksi saja, aku sangat ngantuk, mau pulang tidur."Untung dia mengendarai mobilnya. Kalau tidak, sekarang dia harus kembali bersama Darius.Dia membuka pintu mobil. Tepat ketika dia membungkuk masuk ke dalam mobil, Darius menghentikannya. "Aku baru saja disuntik. Malam-malam begini susah cari taksi, kamu berencana mencampakkanku di sini?"Bella mendeliknya dengan kesal. "Pria dewasa sepertimu takut diperkosa?"Darius terdiam.Darius menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun Darius tidak bersuara, Bella luluh. Keduanya berdiri diam di tengah jalan. Setelah beberapa saat, dia pun menarik pintu mobil dengan kesal. "Ayo pergi, aku akan mengantarmu. Sial sekali, bisa-bisanya aku memacari kakek moyang sendiri."Meskipun Bella mengucapkan kata-kata terakhir dengan pelan Darius dapat mendengarnya. Darius mengaitkan bibirnya, lalu membuka pintu penumpang dan masuk.Ketika berbalik, Bella tidak s
Melihat Bella kebingungan, sepertinya Bella memang tidak memahami maksudnya. Darius menghela napas tak berdaya, lalu menariknya ke atas.Saat ini masih musim hujan, tetapi tangan Darius malah sangat panas. Tangan Bella yang dingin seolah-olah tercebur ke wadah air panas. Saking nyamannya, dia mengulurkan tangannya yang lain dan bahkan mengisyaratkan Darius untuk menggenggamnya.Melihat Bella ingin memanfaatkannya, sudut bibirnya otomatis terangkat. Dia meraih tangan yang diulurkan Bella, tetapi saat dia menyentuh tangan dingin Bella, dia langsung mengerutkan kening. "Kenapa sedingin ini?"Pada musim hujan, kaki dan tangan sebagian besar wanita akan menjadi sangat dingin. Bella merasa ini adalah hal yang umum. "Kak, sekarang musim hujan."Namun, Darius malah menanggapi hal ini dengan serius. "Aku kenal seorang dokter tradisional yang terkenal. Luangkan waktu, aku akan membawamu pergi menemuinya.""Nggak usah."Obat tradisional sangat pahit. Kalau dia diresepkan obat, setidaknya dia perl
Akhir pekan, Theo membuat janji dengan vendor pernikahan. Dia membawa Kayla pergi menentukan dekorasi tempat pernikahan.Staf menunjukkan beberapa foto dekorasi yang berbeda-beda. "Lihatlah ada yang kalian suka nggak."Melihat taman bunga yang muncul di video, suatu adegan yang familier terlintas di benak Theo. Di suatu tempat yang dihiasi dengan bunga, dia yang mengenakan jas hitam sedang mengangkat sebuah kotak cincin berwarna gelap dan terus mengulangi prosedur lamaran.Dia berlutut dengan kaku. Meskipun dia dapat mengucapkan setiap kata dengan lancar, dia selalu merasa ada yang kurang. Dia terus mengulangi tindakannya, seperti radio rusak.Dia memejamkan mata, sepertinya tempat ini adalah restoran.Theo tidak ingat kapan dirinya pernah melakukan hal seperti ini. Sejak dia hilang ingatan, dia sudah menikah dengan Kayla dan tidak perlu melamar Kayla lagi. Jadi, ini adalah ingatan masa lalunya?"Theo?" Melihat Theo menatap layar dengan bengong, Kayla pun meninggikan suaranya. "Ada apa
Nathan sudah tinggal di kamp selama beberapa tahun. Tanpa sadar, dia memperlakukan Kayla seperti prajuritnya. Dia meletakkan tangannya di bahu Kayla sambil berkata, "Dengarkan aku ... ah ...."Tiba-tiba, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa dari jari-jarinya. Dia tersentak sejenak, lalu berbalik dengan ekspresi kesakitan. Theo menatapnya dengan dingin sambil menggeser tangannya yang berada di bahu Kayla. "Ngomong baik-baik, jangan pegang-pegang."Nathan tertegun.Kalau Theo tidak menggeser tangannya, dia tidak menyadari hal ini. Lagian di zaman modern seperti sekarang ini, bukankah merangkul bahu hanyalah hal biasa?Namun, dia juga tidak akan membiarkan pria lain menyentuh istrinya seperti ini. Akan tetapi, dia tidak mungkin mengungkapkan hal ini di depan Theo. Kalau sampai Theo tahu, Theo pasti akan menyindirnya. "Dia adikku, memangnya kenapa kalau aku merangkul bahunya?"Walaupun berkata demikian, dia tidak menaruh tangannya di bahu Kayla lagi. Dia diam-diam meregangkan jari-jari
Theo masih agak terganggu akan sikap Kayla yang enggan untuk menjawab pertanyaannya tadi. Mendengar ucapan ini, dia pun menjawab dengan tenang, "Nggak tahu, sudah lupa."Kemudian, dia teringat akan informasi yang berkaitan dengan Carlos. Dia menambahkan, "Jangan terlalu dekat dengannya."Kayla bertanya, "Kenapa?"Mendengar ucapan Theo, dia makin penasaran pada Celine. Apalagi ini bukan pertama kalinya Theo memperingatkannya seperti ini.Theo mengerutkan kening. Setelah beberapa saat, dia baru menemukan kata yang cocok untuk mendeskripsikan Celine. "Dia sangat galak, bisa pukul orang."Kayla tertegun.Di sepanjang perjalanan pulang, suasana hati Theo tidak kunjung membaik. Dia hanya menjawab pertanyaan Kayla dengan singkat. Kalau Kayla tidak berbicara, dia pun tidak bersuara. Sesampai di Vila Aeris, dia langsung pergi ke ruang kerja di lantai dua. Melihat punggungnya yang kesepian, Kayla pun bingung. Kenapa emosi Theo begitu tidak stabil? Kalau Theo adalah wanita, dia bisa maklum. Apa m
Ucapan Kayla melenyapkan seluruh kekesalan Theo. Malam ini, Theo tidur dengan nyenyak tanpa mimpi apa pun.Keesokan harinya.Saat membuka mata, Theo terpesona oleh Kayla yang sedang tertidur pulas. Rambutnya yang agak keriting tergerai di atas bantal dan beberapa helai rambut menempel di wajahnya. Hawa panas membuat pipinya memerah, begitu pula dengan bibirnya.Theo mencondongkan badan untuk mengecup bibir Kayla. Kayla tertidur pulas, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Dia mengecup bibir Kayla lagi, tetapi Kayla masih tak kunjung bangun. Setelah Theo terus mengulangi aksinya, bulu mata Kayla yang lentik pun bergetar untuk beberapa saat. Pada akhirnya, Kayla membuka mata dan bertanya dengan suara bangun tidur, "Sudah jam berapa?"Theo mengambil ponsel di samping kasur, lalu memindai wajahnya dan kunci layar pun otomatis terbuka. Dia melirik waktu sambil berkata, "Setengah sepuluh."Setelah menjawab pertanyaannya, Theo mengklik notifikasi pesan WhatsApp dan membaca se
Jelas-jelas ini adalah pernikahan yang dinanti-nantikan olehnya, tetapi malah ada dua pria yang bersikeras ingin menjadi pengiring pengantin pria. Suasana hati Theo yang buruk berlangsung selama berhari-hari hingga membuat seluruh staf perusahaan kalang kabut. Bahkan Axel dan Parlin yang selalu berbeda pendapat pun setuju bahwa Pak Theo mengalami kecemasan pranikah.Axel yang paling sering ditegur menghela napas dengan tertekan. "Ini bukan pertama kali, kenapa masih gugup? Pak Theo nggak seharusnya begitu."Parlin tidak berencana untuk menanggapinya. Namun, ketika dia hendak pergi, dia melihat seseorang berdiri di depan pintu melalui sudut matanya. Gaya berpakaian orang itu agak familier, jadi dia pun berdeham sebelum berkata, "Pak Theo gugup karena terlalu memedulikan Nyonya Kayla, kamu mana ngerti."Meskipun Parlin sering menyudutkannya, biasanya Axel pasti akan membalas Parlin. Namun, saat ini, entah mengapa dia tidak langsung menyerang Parlin dan malah berbalik ke belakang.Perlu d
Sesampai di depan, Kayla langsung melihat Theo sedang berdiri di samping mobil. Pria yang mengenakan mantel berwarna abu-abu muda itu sedang bertelepon. Tindakan ini membuat lengan bajunya terangkat hingga jam tangan di pergelangan tangannya pun terlihat.Hari ini sangat cerah, matahari yang menyinari tubuhnya membuatnya tampak makin bersinar.Mata Theo terus tertuju ke arah pintu. Begitu Kayla dan Ferry keluar, dia langsung berpamitan pada orang di ujung lain telepon dan berjalan menghampiri mereka. "Ayah, Kay."Melihat sikap manja Theo dan sepasang matanya yang berbinar, Ferry sangat kesal hingga tidak bisa menahan diri untuk menegurnya. "Belum waktunya memanggilku ayah, aku belum memberi biaya ganti panggilan."Kalau bisa, dia ingin meminta Kayla tinggal di sisinya selama beberapa tahun. Keluarga Mars tidak kekurangan uang maupun kekuasaan, pria hanya akan memengaruhi kemampuan wanita dalam berbelanja. Lihatlah pakaian yang dikenakan Kayla, semuanya adalah model lama yang dirilis ta
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng