Kayla meliriknya dengan kaget. "Kita akan segera bercerai, apa mungkin aku menyuruh calon mantan suamiku membayar belanjaanku? Apa aku gila?"Apalagi Theo adalah pebisnis licik. Dia tidak mungkin bersedia dijadikan tameng begitu saja, sekalipun bersedia, dia pasti akan menindas Kayla.Utang 600 miliar sudah cukup besar, Kayla tidak ingin menambah jumlah utangnya lagi.Sembari berbicara, Theo mengendarai mobil meninggalkan tempat parkir. Dia mengisap rokok, lalu melirik ke arah Kayla sambil tersenyum sinis. "Nggak meminta bantuanku, tapi meminta bantuan Davin?"Kayla menarik napas dalam-dalam, dia tahu bahwa Theo akan mempermasalahkan hal ini."Theo, sejak awal pernikahan kita hanyalah sebuah kesepakatan, kesepakatan untuk berpura-pura harmonis di depan umum. Kita nggak boleh mengurusi urusan pribadi satu sama lain dan akan berpisah setelah kontrak berakhir.""Jadi?""Jadi ...." Kayla menunduk, lalu suatu senyum nakal dan sombong muncul di wajah cantiknya. Dia segera menahan diri dan me
Kayla tertawa marah. "Oke, ingat pilih anjing militer. Setidaknya ia lebih kuat ...."Dia terdiam sejenak, lalu lanjut berkata dengan penuh maksud, "Tapi zaman sekarang ada banyak hal yang nggak berguna. Jangankan hewan, manusia saja begitu."Saraf di kening Theo hampir putus. Dia mengusap keningnya sambil berkata dengan kesal, "Turun."Kayla merentangkan tangannya sambil berkata, "Kembalikan ponselku."Theo menurunkan pandangannya untuk melihat telapak tangan Kayla yang putih. "Kamu memedulikan ponselmu atau pria yang meneleponmu?""Theo, apa kamu bisa mati kalau ngomong baik-baik? Kamu membawaku keluar dari pusat konvensi, aku bahkan nggak sempat pakai mantel dan nggak membawa sepeser uang pun. Sekarang kamu menyuruhku turun dan berjalan kembali dari sini?"Pusat konvensi agak jauh dari ibu kota, apalagi tempat tinggalnya.Setelah mendengar penjelasannya, ekspresi Theo jauh membaik. Dia melemparkan ponsel dari saku jaketnya sambil berkata, "Kalau kamu ...."Memohon, mungkin tidak per
Kayla yang sedang tidur dibangunkan oleh ketukan pintu yang mendesak. Suara itu bergema di telinganya. Ada enam rumah di lantai ini, dia tidak dapat membedakan rumah mana yang sedang diketuk.Dia memaksakan diri untuk membuka matanya. Sepertinya suhu tubuhnya meningkat, bahkan napasnya pun makin berat dan kering. Dia kantuk dan lemas hingga kembali tertidur ....Theo yang berada di luar pintu mengetuk untuk cukup lama, tetapi Kayla tidak membukakan pintu dan tidak menjawab teleponnya. Kalau bukan karena mendengar nada dering dari dalam, dia akan mengira Kayla tidak berada di rumah.Theo mengerutkan keningnya dan amarahnya tampak lebih jelas dari biasanya. Dia langsung menelepon Axel. "Cepat suruh tukang kunci datang ke apartemen nomor tujuh, gedung tiga nomor 603."Setengah jam kemudian, pintu terbuka.Theo tidak menyalakan lampu, dia langsung melangkah ke kamar tidur Kayla. Langkahnya sangat cepat dan terkesan sangat panik.Begitu membuka pintu, dia hampir kehabisan napas karena suhu
Bagian kulit yang digosok Theo dengan ujung jari segera memerah. Kayla yang sedang tidur pun kesakitan hingga membuka matanya. Ketika melihat orang di depannya, dia langsung mengerutkan keningnya sambil bergerak mundur. Dia bergumam dengan kesal, "Theo, jangan sentuh aku ...."Begitu kata-kata ini dilontarkan, seisi ruangan menjadi sunyi senyap, hanya tersisa suara napas mereka.Tadi Theo masih mencoba untuk menahan amarahnya, tetapi sekarang dia meledak!Setiap area tubuhnya memancarkan aura yang ganas. Dia menarik Kayla, lalu mencondongkan tubuhnya untuk menimpa Kayla. "Aku nggak boleh menyentuhmu, tapi Davin boleh? Kayla, aku harus bilang kamu pintar karena pandai membangkitkan gairah pria atau bodoh? Di antara begitu banyak pria di Kota Bapura, kamu menyukai sahabatku?""Apa menurutmu aku lebih mementingkan wanita daripada sahabat?"Kayla tidak menjawab. Sekujur tubuhnya ditekan oleh tangan Theo, tetapi dia tidak merespons. Sepertinya dia ketiduran lagi.Mata Theo tertuju pada waja
Terdengar suara "plak" yang nyaring hingga suasana menjadi hening.Tamparan Kayla terkesan sangat kuat, tetapi sebenarnya dia tidak punya tenaga. Dia bahkan belum makan apa-apa sejak kemarin dan demam sepanjang malam. Pukulannya seperti sentuhan ringan, wajah Theo bahkan tidak bergerak.Namun, menampar adalah tindakan yang sangat memicu emosi. Bukan soal betapa sakitnya tamparan itu, melainkan betapa besar penghinaan yang ditimbulkan oleh tamparan itu!Bagaimana mungkin Tuan Muda Theo yang selalu disanjung pernah ditampar?Dia menyipitkan matanya dengan kuat, lalu mengangkat Kayla dari tempat tidur sambil memelototi Kayla. "Nyalimu sudah besar ya, beraninya kamu memukulku?"Nada bicaranya tidak terlalu berfluktuasi, tetapi setiap kata yang dilontarkan penuh dengan amarah.Menghadapi situasi ini, Kayla bahkan sudah mempersiapkan diri untuk ditampar kembali. Dia bahkan sudah berpikir kalau Theo menamparnya, dia akan menampar Theo kembali, lalu pergi ke kantor polisi untuk melaporkan Theo
Hardy tertawa ringan. "Nggak, jangan asal pikir! Kulihat akhir-akhir ini kamu sibuk syuting dan harus menangani pameran juga, kamu sudah lembur beberapa hari, jadi kupertimbangkan untuk memberimu liburan agar kamu dapat beristirahat dengan baik. Anak muda jangan bekerja terlalu keras, kesehatan paling penting."Mendengar kata-kata ini, Kayla pun tidak lanjut bertanya. Sekalipun Hardy tidak bersedia memberitahunya, dia bisa menebak alasan di balik hal ini.Dua hal buruk terjadi secara beruntun. Mengingat kata-kata yang diucapkan Theo tadi, bagaimana mungkin dia tidak tahu siapa dalang di balik semua ini!Setelah menutup telepon, Kayla mengembuskan napas panjang ... sungguh menyebalkan!Viola yang berada di samping berkata dengan sinis, "Hei, kamu dipecat, 'kan? Tahu rasa kamu!"Kayla mengerutkan keningnya sambil menoleh ke arah Viola dengan kesal. "Kenapa kamu masih di sini?""Ini tempat umum, apa aku ...."Memerlukan izinmu untuk berada di sini.Namun, sebelum Viola menyelesaikan ucapa
Setelah menutup telepon, Kayla langsung menelepon polisi. Sepuluh menit kemudian, polisi datang. Polisi menginterogasi setiap orang yang terlibat, lalu membujuk pemilik rumah dan yang lainnya pergi.Suara umpatan memudar dan Kayla pun tidak mengantuk lagi. Dia duduk bersila di sofa, lalu membuka sebuah situs web untuk mencari rumah yang cocok.Karena mereka sudah bertengkar malam ini, dia tidak mungkin tinggal di sini lagi.Tepat ketika dia tertarik pada sebuah rumah dan hendak mengklik halaman tersebut, ponselnya berdering. Penelepon menggunakan nomor asing luar negeri.Kayla tidak mempunyai teman di luar negeri. Dulu, kalau dia mengalami situasi seperti ini, dia akan menganggap penelepon sebagai penipu dan langsung menolak telepon, tapi kali ini ....Dia menatap serangkaian angka dan merenung untuk cukup lama. Akhirnya, sebelum panggilan terputus secara otomatis, dia mengusap layar untuk menjawab telepon. "Halo."Terdengar suara Martin Sandio yang familier dari ujung lain telepon. "K
Setelah mengirim pesan, Kayla tidak menunggu balasan dari Theo. Dia langsung memblokir Theo dan membawa kopernya pergi meninggalkan perusahaan properti.Sekarang adalah jam macet dan sulit untuk mencari taksi. Dia berencana untuk menginap di hotel sekitar dulu. Setelah mengemasi barang dan mencari rumah seharian, dia sudah kelelahan."Bip bip."Saat ini, sebuah SUV hitam berhenti di sampingnya.Kayla menoleh dan melihat ke arah jendela mobil yang terbuka, lalu terlihat wajah tampan Davin."Kayla, ada apa denganmu?""Pindah rumah. Awalnya sudah sepakat untuk menandatangani kontrak pada pukul enam, tapi pemilik rumah tiba-tiba berubah pikiran." Dia tidak keberatan untuk menunjukkan keterpurukannya kepada Davin. "Bagaimana denganmu, kenapa datang ke sini?"Ada rumah sakit di seberang dan jalan ini dipenuhi dengan warung kecil. Selain agak kuno, jalanan juga sempit dan bangunan agak kumuh, tidak seperti tempat yang akan didatangi Davin.Davin berkata, "Hari ini aku pergi mendaki gunung den
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng