Davin sedang melihat menu. Mendengar ucapan ini, dia menatap Kayla yang sedang minum air sambil berkata dengan ragu-ragu, "Kayla nggak akan melakukan hal seperti ini. Kalau dia ingin memperkenalkan seseorang padaku, dia akan menanyakan pendapatku terlebih dahulu. Nona Viola, kalau kamu suka mengadu domba, pindahlah ke meja lain."Kayla mendongak dengan kaget.Sebenarnya hubungannya dengan Davin tidak begitu akrab, apalagi sampai tahap memercayai satu sama lain. Sebelumnya kalau Davin menghadapi keadaan seperti ini, Davin mungkin akan menggunakan kata-kata sopan untuk menyudahi masalah.Kayla juga tidak pernah melihatnya bersikap kasar pada wanita yang lebih centil daripada Viola.Wajah Viola memerah karena malu, dia sungguh ingin menggali lubang untuk menyembunyikan dirinya sendiri.Meskipun suara Davin tidak keras dan jarak antar meja cukup jauh, ada banyak orang yang duduk di sekeliling mereka. Semuanya langsung menatap Viola dan bahkan ada yang mulai berkomentar dengan sinis.Viola
Ketika Theo tiba di Vetro, yang lainnya sudah tiba.Melihat jas dan dasi rapi yang dikenakan Theo, Carlos bertanya, "Kamu datang dari kantor?""Ya.""Ck, istri sudah mau lari, untuk apa menghasilkan begitu banyak uang? Untuk dikubur bersamamu?""Apa hubungannya denganmu?"Carlos mengumpat dalam hati, 'Sialan, dia makan bom, ya!'Theo duduk di samping Carlos dan di seberang ada Davin.Theo mengangkat anggur yang dituangkan pelayan, lalu mengarahkan gelasnya ke arah Davin. Ketika dia bergerak, cairan di dalam gelas pun memancarkan sinar. "Suruh Kayla pindah dari apartemenmu."Mendengar ucapan Theo, Davin tidak kaget. Dia tidak melakukan hal jahat, jadi dia tidak berniat untuk menyembunyikan hal ini. "Theo, kamu sudah keterlaluan. Bagaimanapun, Kayla adalah seorang wanita, tengah malam begitu, membiarkannya berkeliaran di jalanan sambil membawa koper sangat berbahaya."Wajah Theo ditutupi oleh bayangan. Ekspresinya sangat datar, dia berkata dengan tenang, "Ini adalah masalah rumah tangga
Kayla tercengang. Dia meletakkan tangannya di bahu Theo sambil berkata, "Theo, jangan gegabah."Biasanya, dia tidak pernah berpikir Theo akan melakukan sesuatu padanya, tetapi sekarang Theo mabuk dan orang yang mabuk tidak punya akal sehat.Memang benar, penolakannya membuat Theo makin kasar padanya.Apartemen ini tidak besar. Jarak pintu ke kasur kurang dari sepuluh meter.Namun, Theo bahkan tidak melangkah ke kasur. Theo langsung memegang wajah Kayla dan lanjut menciumnya. Punggungnya bersentuhan dengan ujung lemari sepatu. Meskipun tidak sakit, rasanya sangat tidak nyaman.Kayla menghindar sambil berseru, "Jangan sentuh aku."Dia ingin mendorong Theo menjauh, tetapi tenaga pria sangat kuat. Tidak peduli sekeras apa pun dia berusaha, dia tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Theo.Bibir Theo terlepas, tetapi dia tidak terburu-buru untuk mencium Kayla lagi. Dia hanya mempertahankan posisinya dan menatap Kayla dengan mata setengah tertutup.Wajah cantik Kayla dipenuhi dengan amarah.
Sebagian besar amarah Kayla mereda, tetapi dia tidak bermaksud untuk mengalah. "Nggak mau pun harus tinggal. Dokter, tolong aturkan kamar untuknya."Awalnya, dia mengira Theo akan membuat keributan, tetapi ternyata Theo hanya duduk diam di samping tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Saat ini, kasir sangat sepi. Kayla segera kembali dengan membawa formulir rawat inap.Bagian rawat inap berada di gedung belakang dan Kayla memilih ruangan pribadi.Kayla berkata, "Perlukah aku mencarikan perawat untukmu?""Aku nggak terbiasa diawasi oleh orang asing saat tidur.""Kalau begitu aku akan menyuruhnya berjaga di pintu. Kalau kamu membutuhkan bantuan, panggil dia." Kayla yang agak kantuk pun menguap.Theo menatapnya dengan dingin. "Aku gegar otak, apa menurutmu aku punya tenaga untuk memanggil orang?"Kayla berkata dengan marah, "Gegar otak nggak membuat orang jadi bisu ...."Sebelum Kayla selesai berbicara, terdengar suara dari luar pintu."Theo."Evi datang.Melihat kain kasa di kening Theo, d
Jangan-jangan dia dibuat gila oleh Theo? Sampai-sampai mimpi jalan ....Setelah mandi, dia pergi ke kantor dokter. Begitu dokter menyatakan bahwa Theo baik-baik saja, dia langsung pergi menangani prosedur pemulangan. "Kamu mau pulang sendiri atau perlu kutelepon Paman Dafa untuk datang menjemputmu?"Theo bersandar di ujung kasur sambil tersenyum nakal. "Dokter bilang aku sudah boleh pulang?"Dengan luka kecil di keningnya, membiarkannya dirawat di rumah sakit saja sudah cukup menghargainya.Namun, Kayla menahan amarahnya agar bisa segera menyingkirkan pria pengganggu ini. Dia mengulangi perkataan dokter dengan sabar. "Ya, yang penting lukamu jangan terkena air. Hindari alkohol dan makanan pedas."Sekarang sedang musim dingin. Kalau Theo tidak mencuci rambut selama empat atau lima hari, baunya pasti akan sangat menyengat. Ini adalah tantangan yang cukup besar bagi seseorang yang terobsesi dengan kebersihan seperti Theo.Theo berkata dengan lesu, "Tapi kepalaku masih agak pusing.""Jadi,
Mereka sepakat untuk bertemu pada jam makan, jadi mereka bertemu di sebuah restoran kelas atas. Begitu turun dari taksi, Kayla sudah melihat Davin menunggunya di luar restoran.Davin langsung mengambil kotak peralatan dari tangan Kayla. "Bagaimana? Apa kamu terbiasa tinggal di sana?""Ya, lumayan terbiasa."Davin membawanya masuk sambil berkata dengan terbata-bata, "Oh ya, kakekku ... suka keramaian, jadi nanti jangan keberatan, ya."Kayla kebingungan. Sesampai di ruang pribadi, dia baru memahami maksud Davin.Awalnya, dia mengira hanya ada Harris seorang, ternyata ada banyak orang di dalam.Davin berdeham. "Mereka adalah teman kakekku. Kebetulan tadi sore mereka pergi bermain bola dan mereka juga tertarik pada barang antik, jadi mereka ikut datang. Kalau kamu keberatan ...."Sepertinya Davin juga baru tahu ada begitu banyak orang, tetapi Kayla menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Nggak apa-apa, mengidentifikasi barang antik bukan profesi utamaku, hasilnya mungkin akan salah."Wala
Theo tidak menjawab, dia hanya memberikan suatu tatapan penuh arti kepada Kayla.Kayla berkata, "Nggak boleh!"Dia tidak akan mengizinkan Theo tinggal di sini!"Satu malam 200 juta.""Nggak, kamu pasti punya niat busuk.""Narsis sekali. Bisa-bisanya mengira aku punya niat lain padamu?"Kayla otomatis teringat akan pengalaman tidak menyenangkan, lalu memanyunkan bibirnya sambil berkata, "Pokoknya nggak."Dia sudah berencana untuk mengambil jalur hukum. Pengadilan akan mengizinkannya bercerai setelah pisah rumah dua tahun.Theo berkata dengan kesal, "Ibu tahu kita pisah rumah.""Tetap nggak ....""Dua miliar.""Langsung bayar per malam. Nggak boleh pakai cek, harus transfer bank."Mendengar tawaran Theo, reaksi Kayla berubah drastis. Dia langsung setuju.Apa boleh buat, tawaran ini terlalu menggiurkan.Theo terdiam.Ketika Theo masih termenung, Kayla mengeluarkan kartu bank dan menyerahkannya kepada Theo.Theo hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangannya. "Malas lihat, kirimkan n
Suasana hati Raline menjadi lebih tenang. Dia mengangkat wajahnya sambil berkata pada Theo, "Theo, aku baik-baik saja. Jangan khawatir."Sebelum mereka datang, Karin sudah menelepon Theo untuk mengabari jadwal mereka hari ini.Suasana di seisi ruangan pribadi menjadi hening, bahkan musik pun berhenti. Semua orang bisa merasakan aura dingin dari tubuh Theo.Kayla memalingkan wajahnya sambil tersenyum sinis. Kedua orang ini sungguh tidak tahu malu, bisa-bisanya mereka bermesraan di hadapannya, entah apa yang mereka lakukan di belakang mereka!Memikirkan hal ini, dia makin merasa bercerai dengan Theo adalah pilihan yang tepat.Melihat ekspresi Kayla, mata Theo pun berubah dingin. Semua orang dapat melihat kekesalannya.Karena tidak ada yang berbicara, suasana menjadi sangat mencekam.Sebagai tokoh utama hari ini, Simon berdiri untuk meredakan suasana. "Pak Theo, silakan duduk."Dia mengadakan pertemuan ini hanya untuk menjalin hubungan dengan Theo. Meskipun prosesnya berbeda dari yang dia
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng