Darius yang tidak was-was langsung berdiri karena dorongan Bella.Tatapan Bella menatap dari wajah Darius ke bagian perut, lalu dari perut ke wajah. Dia terus mengulang gerakan ini beberapa kali, baru berkata dengan tak fokus, "Nggak apa-apa."Tampak Bella yang seperti ini terlihat ada sesuatu merangsang yang terjadi.Bella turun dari sofa dengan gerakan pelan, seperti Darius akan meledak kalau disentuh sedikit saja.Darius terus mempertahankan posisi didorong Bella, sampai Bella sudah keluar, Darius baru menariknya, "Kenapa kamu?"Bella hanya melambaikan tangan sambil tersenyum. "Nggak apa-apa, hanya terlalu malam, aku mau pulang dulu. Beberapa saat ini, aku tinggal di rumah orang tuaku, jadi ada batas waktu pulang."Bella ingin menarik tangannya, tapi dia tidak berani menarik dengan kuat dan cepat.Bukankah itunya Darius kecil? Kapan berubah menjadi besar? Bahkan kekerasannya juga berbeda dengan pemahamannya. Tadi respons itunya menusuk ke perutnya, bahkan membuatnya merasa sakit.Pe
Esok harinya.Theo mendapat telepon dari kantor polisi. "Pak Theo, kami menemukan sesuatu di rumah almarhum yang berhubungan denganmu dan Nona Kayla, jadi perlu kamu dan Nona Kayla datang ke kantor polisi untuk membantu penyelidikan.""..."Setelah selesai bertanya, masih tidak ada yang menjawab, jadi polisi bertanya dengan bingung, "Pak Theo, apa nggak bisa datang?"Suara Theo terdengar agak jauh dari teleponnya. "Maaf, aku sedang buat sarapan, jadi suaranya agak bising sehingga nggak dengar kamu ngomong apa. Tolong kamu ulangi lagi."Polisi memang mendengar suara spatula, hal ini membuatnya terkejut beberapa detik, baru berbicara.CEO Perusahaan Oliver masak?Theo menuangkan bubur yang sudah masak ke dalam mangkuk. Melihat orang yang di sana belum berbicara, dia mengerutkan alisnya dengan tak sabar. "Katakan, ada apa?"Polisi itu menelan ludahnya, baru mengulang perkataan tadi.Theo menjawab, "Baik."Setelah menutup telepon, Theo naik ke atas untuk mengajak Kayla makan. Kayla masih t
Kayla hanya mendengus, lalu masuk ke kamar mandi. "Mungkin ingatanmu yang sekarang ini tak sebaik seekor ikan. Memangnya kenapa kalau kamu ingat? Mungkin saja besok kamu akan lupa."Theo mengikuti Kayla dengan sedih. "Aku ingat, bukan hanya ingat di dalam otak, juga kucatat di buku harian. Bukankah kamu bilang kamu di ...."Tangan Kayla berhenti melakukan sesuatu, lalu menoleh untuk melihat Theo. "Buku harian?""..." Ketika Theo menyadari dirinya salah bicara, dia tidak melanjutkannya lagi. "Kayla, aku pertimbangkan dulu, kamu juga beri aku waktu, aku akan segera memberimu jawaban."Kayla tak menjawab, jadi tak tahu dia setuju atau tidak.Selesai mandi, mereka berdua turun. Kayla melihat sarapan sudah dihidangkan di meja dan semua ini makanan kesukaannya, tapi karena percakapan tidak menyenangkan tadi membuat suasana menjadi tenang.Theo sambil makan sambil melihat Kayla, sedangkan Kayla hanya memegang sendoknya tanpa melihatnya. Theo pun mengerutkan bibirnya. "Kayla ...."Suara Kayla
Setelah Theo mengantar Kayla ke tempat Bella, dia menerima telepon dari Parlin. "Pak Theo, orang itu sudah ketemu."Theo memarkir mobilnya di pinggir jalan dan menekan alisnya. "Aku akan mengirimkan lokasinya kepadamu, jemput aku."Saat Parlin tiba, Theo sudah duduk di kursi belakang dalam kondisi tertidur. Mobil dan AC masih menyala. "Pak Theo?""Jalankan mobilnya." Pria itu tidak banyak bicara.Tempat parkir bawah tanah di mal.Mobil telah diparkir di sini selama beberapa saat, tetapi Theo di kursi belakang tetap menutup matanya dan tidak berniat keluar dari mobil, juga tidak berbicara. Parlin tidak berani mengganggunya, apalagi mengambil keputusan sendiri. Dia hanya bisa melihat ke atas kaca spion dari waktu ke waktu.Parlin tidak tahu apakah Theo tertidur atau sakit kepala hingga tidak bisa membuka matanya, dia tidak bisa membedakan apa pun hanya dari wajahnya.Coba lihat ....Coba lihat lagi ....Akan tetapi, Theo yang awalnya tanpa ekspresi tiba-tiba mengerutkan kening dan napasn
Theo meletakkan ponselnya dan menjawab dengan samar, "Mungkin."Meski videonya tidak terlalu jelas karena cahaya, aksi Giselle masih terlihat jelas. Bertahan hidup adalah naluri, tetapi dia mampu menekan naluri tersebut dengan paksa dan menenggelamkan dirinya di kolam renang dengan kedalaman 1,5 meter.Kayla teringat apa yang Giselle katakan malam itu. "Sepertinya orang itu telah menangkap gadis itu dan menggunakannya sebagai sandra untuk memeras Giselle. Mungkin Giselle ...."Sebelum Kayla bisa menyelesaikan kata-katanya, Theo mengulurkan tangan dan menutup mulutnya. "Menyelidiki kasus ini dan menyelamatkan para sandera adalah urusan polisi. Kita akan menyerahkan video itu ke kantor polisi untuk menghapus kecurigaan terhadapmu dan itulah akhir dari masalah ini."Sedangkan untuk masalah Adam, Kayla tidak perlu mengkhawatirkannya.Kayla digendong di bahu pria itu, lalu dia menoleh ke Bella dan berkata, "Aku akan pergi ke kantor polisi dulu dan kembali lagi nanti."Dia dan Bella membuat
Kayla menatap Theo dengan tidak percaya dan memperingatkan, "Kalau kamu berbohong padaku lagi, cincin pertunangan ini akan berubah menjadi cincin perpisahan."Theo sudah kehilangan celana dalamnya, jadi tidak ada gunanya menyembunyikannya lagi. Theo mengangkat tangannya dan mengusap bagian atas rambut Kayla. "Aku nggak akan berbohong padamu kali ini, tapi mungkin kamu nggak bisa mengerti isi laporan pemeriksaan itu.""Kamu nggak perlu khawatir, nggak ada alasan. Cepat ambil laporannya."Saat Theo turun dengan laporannya, Kayla sedang memasak di dapur. Dia mengenakan celemek polos, rambutnya diikat ke belakang kepalanya dengan jepit dan ada potongan rambut berserakan di pelipisnya. Cahaya kuning yang hangat menyinari tubuhnya dan telinganya yang tipis agak hangat karena cahaya, bahkan lapisan bulu halus yang dangkal di atasnya bisa terlihat dengan jelas.Adegan ini hangat dan penuh nostalgia. Vila Aeris yang besar selalu sepi, tetapi kini tiba-tiba terasa seperti rumah sendiri.Theo ber
Di dapur, sayuran yang sudah dipotong setengah masih diletakkan di talenan dan pakaian Kayla serta Theo berserakan di lantai. Dia mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya, tidak bisa melihat tempat ini lagi.Kayla membungkuk dan mengambil pakaian di lantai satu per satu. Tangannya berhenti saat mengambil jas Theo.Jasnya agak berat dengan barang-barang di dalamnya.Kayla meraba sakunya dan mengeluarkan buku harian seukuran telapak tangan, sampulnya terbuat dari kertas coklat dan tidak terlalu tebal. Dari samping kertasnya sudah tidak sesuai lagi serta ada tulisan di dalamnya.Memikirkan buku harian yang disebutkan Theo sebelumnya, detak jantung Kayla tiba-tiba berdegap lebih cepat. Dia mengurungkan niat untuk memasak mi dan langsung keluar membawa barang-barang Theo.Kayla menyalakan lampu lantai di samping sofa, kemudian duduk bersila di atas sofa sambil menarik napas dalam-dalam dan membukanya dengan sungguh-sungguh.Yang pertama adalah tanggalnya, diikuti dengan peristiwanya."Dia
Theo menatap pintu yang masih tertutup di depannya dan teringat kejadian terakhir kali mereka mengambil akta. Saat itu mereka berada di Biro Urusan Sipil secara terpisah. Mereka tidak memilih hari atau waktu, hanya berfoto dan mengisi formulir informasi pribadi lalu saling bertemu. Keduanya duduk diam di kursi aula dan menunggu. Sampai menerima akta, tak satu pun dari mereka mengucapkan sepatah kata pun. Yang lain mengira mereka datang untuk bercerai.Mana ada seperti sekarang ....Pria itu menatap Kayla yang berpakaian dengan cantik dan tanpa sadar sudut bibirnya melengkung. Dia memegang tangan wanita itu dan mengaitkan jari mereka seperti pasangan biasa. "Nggak, aku memberi mereka uang."Kayla bertanya, "Kamu memberi uang dan mereka membiarkanmu?"Bisa antre sepagi ini pasti pasangan yang mementingkan pernikahan ini.Theo berkata dengan singkat, padat dan jelas, "Mereka nggak menolak."Bukannya Theo tidak ingin berbicara lebih banyak dengan Kayla, tetapi sekarang dia gugup, takut sif