Padahal Theo hanya berencana memperbanyak masalahnya, sedangkan pergi atau tidak adalah urusan Davin sendiri. Namun, jelas si licik ini tidak pasrah terhadap Kayla.Sebab itu, dia mengubah pikiran.Sehari Davin tidak bertunangan, Theo akan merasa tidak tenang dan selalu merasa ada orang sedang bersiaga dan bersedia menikung kapan saja."..."Davin berdiri di samping melihat Theo mengobrol sukacita bersama ibunya dan mengatur pernikahan Davin dengan jelas.Orang ini benar-benar bajingan.Nelly memegang buklet bagaikan memegang harta karun. "Aku mesti mempelajarinya dengan baik, terima kasih Theo! Saat kamu menikah dengan Kayla, Bibi pasti menyiapkan sebuah amplop besar untuk kamu."Kalimat terakhir sengaja ditujukan kepada Davin, karena takut dia bertele-tele dan tidak bisa melangkah keluar.Setelah Nelly pergi, Davin menegur Theo dengan marah, "Apa Perusahaan Oliver berencana mengubah usahanya menjadi agen kencan?"Menciptakan kesempatan berkencan, bahkan menyediakan buklet. Ternyata T
Kayla melihat wajah Theo penuh dengan kegirangan, sehingga sengaja bercanda, "Apa aku salah omong? Kita masih belum bertunangan, sekarang hanya bisa dikatakan sebagai pacar ....""Nggak salah." Theo terburu-buru menyela pembicaraan Kayla, "Kamu sudah menyetujui lamaranku, maka kita adalah tunangan."Theo mengelus cincin pada jari tangan Kayla. "Nggak boleh menyesal."Padahal Kayla hanya bercanda padanya, tetapi Theo menatapnya dengan serius, sehingga Kayla juga tidak berniat bercanda. Dia mengelak pandangan Theo dan mengiakannya dengan tenang.Tidak lama kemudian, ada orang bersulang pada Theo. Kayla yang sebagai mantan istrinya, sekarang mereka menjalin hubungan kembali, kelihatannya hubungan mereka akan berakhir, sehingga menjadi sorotan. Kayla sudah bekerja seharian, sehingga sekarang hanya ingin makan dengan tenang. Namun, setiap orang yang bersulang pada Theo tak terhindar akan bersulang padanya.Kayla tidak sudah bersosialisasi, apalagi menghadapi pujian munafik ini. Setelah terg
Sekarang Theo memegang uang itu bagaikan mencengkeram sebuah kentang panas di tangannya. Dia hendak saja segera melemparnya. "Nggak repot."Kayla berkata, "Aku meminjam uang ini sama kamu, memang seharusnya mengembalikannya kepadamu.""Bukan pinjam, tapi mahar. Kalau kamu sudah menikah denganku, uang ini adalah milikmu.""Sekarang aku nggak buru-buru pakai uang, jadi taruh di tempatmu saja."Bagaimana mungkin Theo setuju. Pernikahan akan segera diadakan, jika suatu hari Kayla teringat dia mengancamnya dengan 600 miliar ini, bukankah masalah bercerai ini malah menjadi rugi.Kayla berkata, "Kalau begitu, ganti jadi saham perusahaan tertentu saja. Bagaimanapun, aku simpan di bank, juga bank pinjam ke orang lain. Kalau orang yang kredit itu adalah seorang pebisnis yang nggak berpengalaman, mungkin nggak tersisa sepeser pun, bahkan harus utang pada bank."Theo berkata, "Baik, besok aku suruh Parlin mengantarkan kontrak padamu."Setelah meninggalkan mereka, Davin membawa segelas anggur ke de
Theo mengangkat kepala, lalu menoleh ke arah suara berasal, ternyata Giselle.Dia baru masuk dari luar, bahkan mengenakan mantel dan topi dan sarung tangan.Theo menggantungkan tangan dan menggelengkan kepala. "Nggak perlu, terima kasih."Giselle menatap rokok yang masih belum habis terbakar di tangan Theo dengan ekspresi kaku. "Guru sudah mengatakannya. Kondisi kamu sekarang ini lebih baik berhenti merokok dan meminum alkohol.""Ya."Saat menghadapi teguran Giselle, Theo hanya mengiakannya dengan nada dingin.Saat Giselle mengangakan mulut dan ingin mengatakan sesuatu, langsung melihat Theo yang berwajah dingin menoleh ke suatu area. Ekspresi yang tegang pun mereda.Dia meminta pamit dengan sopan, lalu mengangkat kaki pergi.Theo menghampiri Kayla dan merangkul pinggangnya ke dalam pelukan. "Kenapa kamu keluar?""Mau cari kamu. Kamu sekian lama nggak kembali, aku pikir kamu terjatuh ke dalam kloset." Kayla bercanda, lalu menoleh kepala ke arah Giselle. Namun, Giselle sudah membelok ke
Restoran makan malam.Kayla masih belum masuk ke restoran sudah melihat Bella. Dia duduk di posisi dekat jendela. Mungkin karena terlalu bosan, sehingga dia merendam kopi dan menggambar sapi di meja."Apa kamu sedang menggambar Pak Darius?"Bella terperanjat dan hampir saja menumpahkan cangkir kopi di samping tangannya. "Kamu bikin aku terkejut. Tahun baru seperti ini, kenapa kamu mesti sebut namanya?"Dia berbicara sambil menoleh ke sekeliling. Setelah memastikan tidak melihat sosok Darius, barulah Bella mengembuskan napas lega dan bersandar dengan malas di kursi. "Konon, sebut orang itu, maka orang itu bakal muncul. Apa kamu nggak pernah mendengarnya? Kelak jangan sebut nama orang itu di depanku lagi, sangat mempan."Kayla melihat dia saat mendengar nama Darius saja begitu terkejut, sehingga mengerutkan kening dan berkata, "Apa dia menindasmu?"Bella menggelengkan kepala. "Nggak, aku hanya pernah makan bersama Darius pada hari mendapat anjing itu, lalu nggak pernah bertemu dengannya
Bella tidak berbicara lagi, karena Darius meletakkan sebuah pena perekam di depannya. "Katakan saja!""Apa maksudmu?""Berkenaan dengan nggak bisa diurus, maka aku hanya bisa menunggu lain kali saat bertemu dengan Paman dan Bibi, baru bertanya pada mereka.""..."Bella memelototinya dengan kejam.Keji.Meskipun ibu Bella bersikap terbuka dan terlihat bisa diandalkan, dalam hal didikan keluarga, tidak akan sembarangan. Jika nona besar Keluarga Guandy setiap keluar berkata kasar, bagaimana pandangan orang lain terhadap Keluarga Guandy? Sebab itu, jika ibunya mengetahui hal ini, pasti akan memberi pengajaran padanya.Tindakan Darius ini mengenai kelemahan Bella, sehingga membuat Bella tiada daya untuk melawan sedikit pun.Dengan adanya Theo dan Darius yang berwajah muram ini, selain sehari makan tiga kali, pakaian dan tempat tinggal, apa yang bisa diobrolkan?Saat pasangannya pergi ke toilet, Bella bertanya pada Kayla dengan penasaran, "Apa suamimu nggak suka sama aku? Kenapa aku merasa d
Begitu Bella masuk rumah, seekor anjing menerkam dan meloncat ke arahnya dengan cepat. Anjing itu menggaruk-garuknya dengan bersemangat sambil menggonggong. Tidak seperti yang dikatakan oleh Darius bahwa anjing itu hampir mati karena tidak makan dan minum.Anjing itu terlihat lebih gemuk karena dipelihara oleh Darius, tidak kurus seperti saat pertama kali ditemukan. Bella melangkah mundur karena terkaman anjing itu dan langsung jatuh ke dalam pelukan Darius.Tangan Bella melayang di udara tidak bertujuan, akhirnya membiarkan tangan terjatuh di kepala anjing. Baru saja mengelus-elus, tangannya sudah penuh dengan air liur anjing."Apa kamu sudah memberikan nama padanya?"Dia berbalik meraih pakaian Darius. Tanpa disadari Darius, ia menyeka air liurnya ke pakaian mahal Darius.Darius menundukkan kepala dan mengerutkan kening saat melihat tangan Bella yang sedang mengelus anjing.Gerakan Bella tertegun, lalu tersenyum canggung dan menarik tangannya dengan malu,"Nggak kusangka, ternyata ka
Darius menundukkan kepala dan menghampiri Bella. Jarak yang dekat membuatnya hampir merasa Darius ingin menciumnya, tetapi tidaklah seperti itu. Darius berhenti di jarak beberapa sentimeter dari bibir Bella.Napas menerpa ke wajah Bella dan suara yang kecil bergema. "Bell, kamu nggak ada bukti."Suara yang begitu lembut bergema di tepi telinga Bella, tetapi Bella sama sekali tidak merasa tersentuh. Pertama-tama karena Bella selalu merasa dia sedang memanggil anjing, kedua karena arti dari panggilan ini.Bella merasa tidak berdaya, "..."Ini karena kalah berdebat sehingga berencana bersikap tidak masuk akal, 'kan? Hal yang terpenting adalah tidak tahu malu masih begitu bersikeras.Darius menatap luka pada lidahnya dengan teliti. "Untungnya nggak parah, sehingga untuk sementara nggak perlu kasih obat."Bella memutar mata padanya, lalu mendorong Darius darinya. "Aku menggigit secara nggak sengaja, bukan mau menggigit lidah untuk bunuh diri, memang bisa separah apa? Apa kamu pernah melihat
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng