Bella tidak berbicara lagi, karena Darius meletakkan sebuah pena perekam di depannya. "Katakan saja!""Apa maksudmu?""Berkenaan dengan nggak bisa diurus, maka aku hanya bisa menunggu lain kali saat bertemu dengan Paman dan Bibi, baru bertanya pada mereka.""..."Bella memelototinya dengan kejam.Keji.Meskipun ibu Bella bersikap terbuka dan terlihat bisa diandalkan, dalam hal didikan keluarga, tidak akan sembarangan. Jika nona besar Keluarga Guandy setiap keluar berkata kasar, bagaimana pandangan orang lain terhadap Keluarga Guandy? Sebab itu, jika ibunya mengetahui hal ini, pasti akan memberi pengajaran padanya.Tindakan Darius ini mengenai kelemahan Bella, sehingga membuat Bella tiada daya untuk melawan sedikit pun.Dengan adanya Theo dan Darius yang berwajah muram ini, selain sehari makan tiga kali, pakaian dan tempat tinggal, apa yang bisa diobrolkan?Saat pasangannya pergi ke toilet, Bella bertanya pada Kayla dengan penasaran, "Apa suamimu nggak suka sama aku? Kenapa aku merasa d
Begitu Bella masuk rumah, seekor anjing menerkam dan meloncat ke arahnya dengan cepat. Anjing itu menggaruk-garuknya dengan bersemangat sambil menggonggong. Tidak seperti yang dikatakan oleh Darius bahwa anjing itu hampir mati karena tidak makan dan minum.Anjing itu terlihat lebih gemuk karena dipelihara oleh Darius, tidak kurus seperti saat pertama kali ditemukan. Bella melangkah mundur karena terkaman anjing itu dan langsung jatuh ke dalam pelukan Darius.Tangan Bella melayang di udara tidak bertujuan, akhirnya membiarkan tangan terjatuh di kepala anjing. Baru saja mengelus-elus, tangannya sudah penuh dengan air liur anjing."Apa kamu sudah memberikan nama padanya?"Dia berbalik meraih pakaian Darius. Tanpa disadari Darius, ia menyeka air liurnya ke pakaian mahal Darius.Darius menundukkan kepala dan mengerutkan kening saat melihat tangan Bella yang sedang mengelus anjing.Gerakan Bella tertegun, lalu tersenyum canggung dan menarik tangannya dengan malu,"Nggak kusangka, ternyata ka
Darius menundukkan kepala dan menghampiri Bella. Jarak yang dekat membuatnya hampir merasa Darius ingin menciumnya, tetapi tidaklah seperti itu. Darius berhenti di jarak beberapa sentimeter dari bibir Bella.Napas menerpa ke wajah Bella dan suara yang kecil bergema. "Bell, kamu nggak ada bukti."Suara yang begitu lembut bergema di tepi telinga Bella, tetapi Bella sama sekali tidak merasa tersentuh. Pertama-tama karena Bella selalu merasa dia sedang memanggil anjing, kedua karena arti dari panggilan ini.Bella merasa tidak berdaya, "..."Ini karena kalah berdebat sehingga berencana bersikap tidak masuk akal, 'kan? Hal yang terpenting adalah tidak tahu malu masih begitu bersikeras.Darius menatap luka pada lidahnya dengan teliti. "Untungnya nggak parah, sehingga untuk sementara nggak perlu kasih obat."Bella memutar mata padanya, lalu mendorong Darius darinya. "Aku menggigit secara nggak sengaja, bukan mau menggigit lidah untuk bunuh diri, memang bisa separah apa? Apa kamu pernah melihat
Theo tidak suka mengobrol masalah pribadi dengan orang asing, sehingga dia memejamkan mata dan tidak menjawabnya.Giselle menyunggingkan ekspresi bersalah dan berkata, "Maaf, aku bukan mau menanyakan masalah pribadi Anda. Ini hanyalah prosedur dalam pemeriksaan. Dengan mengobrol santai atau mencari topik pembicaraan santai untuk mengobrol bersama pasien, agar suasana hati menjadi rileks. Supaya suasana hati nggak tegang dan berakhir mengakibatkan ketidakakuratan hasil pemeriksaan.""Ya."Theo mengiakannya dengan suara kecil, tetapi tidak bermaksud untuk menjawab.Saat merasakan penolakannya, Giselle mengalihkan topik pembicaraan, "Terakhir kali Anda menyelamatkanku, aku masih belum sempat menghaturkan terima kasih pada Anda. Kalau Anda ada waktu, biar aku traktir Anda makan, oke?"Theo membuka mata dengan tatapan yang dingin dan asing. "Nggak perlu, aku hanya kebetulan ketemu, sehingga sekalian menyelamatkanmu. Kalau diganti orang lain juga sama, kamu nggak perlu memikirkannya.""Aku t
Orang yang berdiri di luar ruangan adalah Giselle. Dia sedang mengawasi monitor gelombang dan menyadari pandangan dari Davin. Giselle menoleh ke arah Davin sambil tersenyum dan mengangguk, lalu berbalik pergi.Tubuh Davin yang menegang kembali rileks dan kembali bersandar di sofa. Setelah melihat waktu, sudah pukul 6 lewat. Saat melihat Theo masih belum bangun, juga tidak ada dokter masuk, dia berencana mengirim pesan kepada Kayla. Saat tengah mengetik, tiba-tiba teringat ada yang tidak beres dalam hal ini.Jika dua keluarga tidak akur, bagaimana mungkin dirinya bisa mengirim pesan, sedangkan ponsel Theo nonaktif? Jika tidak, juga bukan dia yang menyampaikan hal ini kepada Kayla.Setelah direnungkan, Davin menyadari lebih baik biar asistennya yang menyampaikan hal ini.Dia berkata bahwa orang yang suka cemburu seperti Theo, biasanya Theo bahkan menghindari Davin berbicara dengan Kayla, bagaimana mungkin mengambil inisiatif agar Davin mengirim pesan kepada Kayla. Ternyata semua ini hany
Kayla meletakkan tangan pada area dada Theo. "Ada sesuatu yang mau aku katakan padamu."Napas Theo terengah-engah dan matanya agak merah. Hormon pria yang tak terkendali melonjak ke otaknya. Pembuluh darah yang berdenyut bagaikan ada tabrakan percikan api.Meskipun Kayla mengerahkan sedikit tenaga untuk menahannya, jika Theo ingin memaksa, tenaga sekecil ini sama sekali tidak bisa menghalanginya. Namun, Theo tidak memaksa.Dia berkata dengan suara serak, "Apa kamu yakin mengatakan sesuatu pada saat seperti ini?"Theo menarik tangan Kayla dan berpindah ke bagian bawah perutnya. "Para peserta kompetisi sudah ditentukan, ada aku.""Apa bisa membatalkannya?" Theo juga tahu itu mustahil dan dia juga tidak tega Kayla pasrah terhadap impiannya karena dia. Apalagi demi meninggalkan Kayla di sisinya dengan mematahkan sayapnya, lalu menjadikan Kayla sebagai kenari peliharaan di dalam sangkarnya, sehingga Theo hanya sembari berkata.Kayla ragu-ragu sejenak. "Aku masih mempertimbangkannya."Jawaba
"Terkejut." Theo berekspresi tenang. "Di depan orang yang aku sukai, tentu saja harus berhati-hati. Bagaimana kalau kamu melihat penampilanku yang menyedihkan, lalu menyesal untuk menikah denganku?"Kayla tidak bisa berkata-kata, "..."Saat dia berbicara sangat serius, tetapi Kayla tetap merasa ada yang tidak beres. Namun, Theo tampak sama sekali tidak janggal, bahkan keringat di dahinya juga sudah kering.Kayla mengulurkan tangan secara refleks untuk memegang tangan Theo, tetapi Theo mengelaknya."..."Sejak mereka berdua saling terbuka, ini pertama kali Theo mengelak dari sentuhannya.Kayla menatap Theo secara terkejut. Theo menepis tangannya di depan Kayla, lalu menjelaskan, "Ada minyak, kotor."Theo berbalik untuk mencuci tangan, bahkan tidak lupa untuk mengingatkan, "Jangan masuk!"Setelah membersihkan tangan, dia menyapu sup dan serpihan kaca yang berhamburan di lantai ke dalam tong sampah. Setelah membereskan semua ini, barulah mengulurkan tangan untuk menggandeng tangan Kayla.
Bella sedang minum kopi dan melihat ada yang aneh dengan ekspresi Kayla, sehingga bertanya, "Kenapa?"Kayla mengerutkan kening dan berkata dengan serius, "Pak Susanto sudah memesan tiket ke Laria untukku. Mungkin salah pesan, sehingga aku meneleponnya.""Kayla." Bella segera menahan tangan Kayla dan berkata, "Mungkin ini takdir. Bagaimana kalau kamu pergi saja? Bagaimanapun, juga nggak bakal mengambil waktu lama. Biar aku yang bantu kamu ...."Padahal Bella ingin mengatakan bahwa biar dia bantu mengawasi Theo, tetapi saat sedang berbicara tiba-tiba tersentak. Meskipun Kayla adalah sahabatnya, juga tidak cocok untuk bantu mengawasi kekasih sahabatnya.Sebab itu, dia mengubah pikiran secara santai. "Biar aku suruh Darius bantu kamu mengawasinya. Aku jamin asalkan dia ada gerakan tertentu, aku bakal segera menghubungimu."Jika Kayla benar-benar terlalu terobsesi dengan cinta, Bella bakal membiarkannya. Asalkan dia gembira, tiada kaitannya dengan ikut kompetisi atau tidak.Namun, Kayla buk
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng