Ketika menerima kabar ini, Kayla sedang dalam perjalanan menuju firma hukum Darius. Begitu melihat foto, dia langsung menelepon pengirim, tetapi pengirim sudah mematikan ponsel.Davin yang duduk di sampingnya pun melihat foto-foto itu. "Kayla, Theo nggak selemah itu, kurasa dia punya rencana lain."Davin khawatir Kayla akan bertindak impulsif dan masuk ke perangkap Riko. Pasti ada alasan mengapa Riko mengirimkan foto-foto tersebut, yaitu untuk membuatnya panik dan kebingungan. Nyawa orang yang dia cintai terancam, sekuat apa pun dia, dia pasti akan goyah. Begitu dia goyah, dia tidak bisa berpikir secara rasional lagi dan mudah dikendalikan oleh musuh."Aku tahu." Kayla memaksakan diri untuk mengalihkan pandangan dari foto-foto itu. Dia mematikan layar ponselnya sambil berkata, "Aku nggak akan bertindak gegabah, apalagi pergi menyerahkan diri. Riko pasti ingin memanfaatkanku untuk bertindak, aku bukanlah ahli bela diri. Sekalipun aku menerjang ke hadapan mereka dengan membawa pisau, aku
Theo bersandar di ujung kasur dengan tenang, dia tidak menjawab pertanyaan Riko. Ketika menghadapi Riko, dia sama sekali tidak tampak ketakutan.Reaksi ini berbeda dengan dugaan Riko. Dia mengira Theo akan takut, panik ataupun memohon ampun. Namun, kenyataannya Theo malah bersikap seolah-olah sedang berada vila sendiri.Riko meraih wajahnya, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, "Reaksimu ini membuatku merasa bahwa diriku sangat nggak berguna. Kak, kamu sama sekali nggak takut?"Menghadapi tindakan Riko, Theo sama sekali tidak marah, dia bahkan tidak berniat untuk menanggapi Riko.Melihat Theo begitu tenang, Riko makin emosional. Dia melepas pakaian Theo dengan kasar, lalu luka-luka di tubuh Theo pun terlihat. "Kak, apa kamu sudah lupa akan rasa sakit yang ditimbulkan oleh bekas-bekas luka ini?"Dia menekankan ujung jarinya ke salah satu bekas luka Theo sehingga kukunya pun menusuk ke daging Theo. Darah mengalir dari sela-sela kukunya dan menetes ke seprai. "Apakah perlu kuceritakan
Mendengar ucapan ini, ekspresi Theo berubah. Dia menatap punggung Riko sambil bertanya, "Kamu mau membawaku ke mana?""Kamu adalah kakakku, tentu saja aku harus membawamu ke mana pun aku pergi. Tapi sekarang nikmatilah hadiah yang kusiapkan untukmu."Begitu dia selesai berbicara, seseorang meninju perut Theo. Pada dasarnya, Theo sudah tidak bertenaga karena pengaruh obat. Saat dipukul, dia tidak sanggup melawan. "Ugh ...."Theo membungkukkan tubuhnya dan keringat dingin pun terus bercucuran. Rasa sakit yang luar biasa tersebar di area perutnya. Dia menahan rasa sakit itu sambil berkata, "Riko, kamu ingin mencampakkan orang yang bekerja untukmu dan melarikan diri seperti seekor anjing yang tenggelam? Atau kamu hanya bisa bergantung pada mereka?"Riko tampak kegirangan. "Kak, kamu sedang memperhatikanku?"Theo terdiam.Sungguh pandai menyanjung diri sendiri."Kasus penggalangan dana ilegal ini sudah dilaporkan. Sekarang, polisi mungkin sedang mencariku di seisi kota. Aku khawatir koneksi
Melihat Riko memegang remot kontrol, satu per satu bawahan Riko sudah melarikan diri. Hanya tersisa beberapa orang di ruangan yang sebelumnya ramai ini. Carlos mengedipkan mata pada Theo untuk memintanya mengalihkan perhatian Riko. Kemudian, Carlos akan mencari kesempatan untuk merampas remot di tangan Riko.Bom dan senjata api merupakan barang terlarang di dalam negeri, bahkan bahan baku yang tersedia pun dikendalikan dengan ketat dan proses pembuatannya sangat rumit. Sekalipun Riko bisa merancang bom, seharusnya jumlahnya tidak banyak.Namun, siapa pun yang masih ingin hidup tidak akan berani mempertaruhkan kebenaran hal ini.Begitu Carlos mengisyaratkan Theo, Riko menatapnya sambil tersenyum. Namun, senyuman ini dipenuhi dengan peringatan. "Tuan Muda Carlos, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Sebaiknya singkirkan pikiranmu itu. Aku penakut, kalau sampai tanganku gemetaran dan nggak sengaja menekannya, kamu nggak akan bisa menanggung konsekuensinya.""Kamu menyuruh Theo menelepon Kayla
Sekarang, benak Kayla dipenuhi dengan masalah Theo. Setelah Nathan sampai di hadapannya, dia baru memahami maksud perkataan Nathan. "Dia nggak lemah."Nathan tertegun.Apakah ini intinya? Dia tidak peduli dengan stamina Theo. Dia mengkhawatirkan Kayla, bukan Theo.Kayla bertanya, "Kenapa kamu datang ke sini?"Pasti bukan kebetulan.Bella mendekatinya, lalu berkata dengan hati-hati, "Aku yang memberitahunya bahwa kamu berada di sini. Tadi dia mengirimiku pesan untuk menanyakan soal Theo dan keadaanmu. Aku hanya menceritakan sekilas, tak disangka dia akan langsung datang."Sebenarnya Bella sudah menduga Nathan akan datang. Berdasarkan sifat Nathan, Nathan pasti akan datang kalau tahu Kayla berada di sini. Bella takut Kayla akan tiba-tiba bersikap gegabah dan tidak bisa ditahan. Kalau sampai seperti itu, Nathan bisa membantunya, dia tidak berharap Darius akan membantunya menghentikan Kayla.Kayla mengangguk. "Aku pulang dulu."Dia sudah menanyakan segala sesuatu yang ingin ditanyakan pada
Karena tidak ada yang tahu apakah bom yang disebutkan Riko nyata, suasana di dalam bangunan yang kumuh itu sangat mencekam.Polisi sudah datang, tetapi dalam keadaan seperti ini, mereka tidak berani melangkah masuk. Tidak ada bangunan lain di sekitar dan posisi Riko cukup jauh dari jendela sehingga penembak jitu tidak dapat membidik secara akurat. Pelerai mengucapkan setumpuk kata, tetapi tidak ada yang menjawabnya, dia seolah-olah sedang berbicara dengan sapi.Sandera masih berada di tangan Riko, mereka tidak berani menyerang.Riko yang membuat semua orang ketakutan malah tampak sangat santai. "Kak, menurutmu Kak Kay sempat datang, nggak?"Sekarang, Theo sedang bersandar di tempat tidur. Entah seberat apa obat yang Riko berikan. Dia sudah sadarkan diri untuk begitu lama, tetapi tubuhnya masih lemas. "Daripada mengkhawatirkan apakah dia sempat datang, lebih baik kamu khawatirkan orang di balik layar. Seharusnya berita sudah keluar, mau lihat, nggak?"Riko tersenyum dengan penuh maksud.
"Bum."Suara ledakan ini mengguncang seluruh permukaan tanah. Setelah suara ini menghilang, suasana pun menjadi hening.Bukan hanya suasana di dalam bangunan yang hening, bahkan orang yang berada di bawah pun tertegun.Meskipun ledakan bom rakitan ini tidak terlalu menggemparkan, bangunan ini sudah tua dan tidak tahan guncangan. Setelah bom meledak, separuh bagian bangunan pun roboh.Setelah ledakan berakhir dan tanah berhenti berguncang, Kayla menegakkan badannya sambil memandang bangunan yang roboh di hadapannya. Dia menarik napas dalam-dalam, tetapi pandangannya tiba-tiba menggelap. "Theo ...."Polisi segera mengendalikan bawahan Riko dan berteriak ke arah bangunan. "Apakah ada orang di dalam?"Kayla bergegas masuk ke bangunan itu.Nathan menghentikannya. "Kayla, jangan gegabah. Sekarang kita masih belum mengetahui suasana di dalam. Kita juga nggak tahu apakah ada bom yang belum meledak, kamu ....""Tapi Theo berada di dalam ...." Kayla menghempaskan tangan Nathan. "Dia masih berada
Mendengar kata "tidak ada tanda-tanda kehidupan", lutut Kayla melemas dan dia hampir jatuh. Namun, dia berhasil menjaga keseimbangan tubuhnya.Dia menatap Carlos sambil menahan napas.Dia juga tidak tahu mengapa dirinya menoleh ke arah Carlos, mungkin karena dia ingin mendengar jawaban lain dari Carlos. Namun, ini hanyalah refleks, dia segera tersadar dan berlari dengan terhuyung-huyung ke tempat orang ditemukan.Saat Kayla hendak memanjat ke atas, seorang petugas pemadam kebakaran menghentikannya. "Situasi di atas sangat berbahaya, kamu nggak boleh naik.""Aku nggak akan mengganggu pekerjaan kalian. Aku hanya ingin melihat siapa orang di sana. Suamiku ... suamiku tertimpa di dalam."Orang yang menghentikannya sangat tegas. "Kami akan membawanya turun, tunggulah di samping. Ada banyak bebatuan hancur di atas, mudah terpeleset."Melihat raut wajah Kayla, orang itu kembali menegaskan, "Jangan khawatir, kami akan mengangkatnya turun dengan selamat."Dia berkata demikian untuk menenangkan
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng