Malam hari, ketika Kayla menerima telepon dari Theo, dia sudah selesai mandi dan hendak tidur.Dia sudah bergadang selama beberapa hari ini dan akhirnya malam ini dia bisa tidur lebih awal, tetapi malah diganggu oleh panggilan ini. Tentu saja, nada bicaranya terdengar agak kesal. "Ada urusan apa malam-malam begini?""Buka pintu."Theo hanya mengucapkan dua kata sebelum mengakhiri telepon. Kayla hendak mengatakan "dasar gila", tetapi tidak sempat.Hmph, menurutmu?Kayla melempar ponselnya, lalu berbaring untuk tidur. Entah karena Theo kehabisan kesabaran atau karena diabaikan, begitu dia memejamkan matanya, terdengar suara keras dari pintu luar!Terdengar bunyi "krek" dan pintu sebelah dibuka.Penghuni rumah sebelah adalah seorang wanita tua. Kayla sudah pernah bertemu dengannya beberapa kali dan tahu bahwa wanita tua itu tidak ramah.Memang benar, wanita tua itu membuka pintu dan langsung mengumpat. "Kenapa mengetuk pintu malam-malam begini? Orang masih perlu tidur. Bisa-bisanya pria d
"Oke, kamu masih adalah istriku. Kelak temani aku di rumah sakit jiwa."Kayla mengerutkan keningnya. Dasar bajingan keji ini!Nada bicara Theo terdengar normal, tetapi napas yang menyapu telinganya terasa berat dan tidak beraturan. Kayla yakin, kalau dia menolak lagi, Theo pasti akan menggunakan cara yang lebih brutal.Seisi ruangan menjadi sunyi ....Theo melirik jam tangannya, dia seolah-olah sedang menghitung waktu.Kayla tiba-tiba berkata, "20 miliar.""Apa?""Aku akan menemanimu pergi membahas kerja sama ini. Kalau berhasil, utang 600 miliarku dianggap lunas. Kalau nggak berhasil, berikan 20 miliar sebagai upah kerja kerasku."Kalau kerja sama gagal, bukankah pada akhirnya dia tidak akan mendapatkan apa-apa?Dia tidak sebodoh itu. Apalagi sekarang dia sama sekali tidak memercayai Theo lagi, dia selalu merasa Theo akan menipunya!Biasanya perjamuan bisnis seperti ini hanya akan berlangsung selama beberapa jam dan dia hanya perlu duduk diam di samping.Baik utang 600 miliar lunas at
Kayla tersenyum ringan. "Kenapa nggak berani? Cuma berbagi meja, kok."Theo sengaja memprovokasinya, dia juga malas menjelaskan.Di tengah pertengkaran mereka, orang-orang yang duduk semeja dengan Davin pun menyadari keberadaan mereka. Davin mengangkat kepalanya untuk melihat mereka, tetapi dia tahu Theo sedang membicarakan bisnis, jadi dia tidak pergi menyapa mereka.Theo menatap Kayla dengan ekspresi datar, lalu menekukkan lengannya sambil berkata dengan tegas, "Gandeng."Kayla menahan kekesalannya. "Hanya makan bersama, bukan perjamuan besar, kurasa aku nggak perlu menggandengmu."Kalau Kayla terus menggandengnya, mereka malah akan terlihat seperti sedang berakting.Theo melirik Kayla, lalu berkata dengan tenang, "Aku adalah bosmu, bukankah kamu harus menuruti perintah atasan untuk memperoleh gaji? Apa kamu berhak menolak?"Oke, zaman sekarang pemberi gaji adalah bos, karyawan mana yang belum pernah berhadapan dengan bos menyebalkan!Kayla menggandeng tangannya, lalu pelayan membawa
Pada dasarnya orang gemuk lebih mudah berkeringat. Kayla tiba-tiba merasa tangannya seperti dibungkus oleh bola basah. Dia menghempaskan tangannya dengan kuat, lalu mundur beberapa langkah. Ekspresinya sangat galak. "Pak Arhan, jangan keterlaluan."Arhan memegangnya untuk mengujinya. Meskipun Arhan memiliki niat tertentu pada Kayla, Arhan tahu diri. Arhan akan rugi besar kalau bermusuhan dengan Theo demi seorang wanita.Dia segera menenangkan diri dan meminta maaf. "Maaf, maaf. Aku nggak bermaksud lain, aku hanya ingin menanyakan parfum apa yang kamu gunakan. Aku ingin membelikannya untuk istriku."Lagi pula, mereka akan tinggal di sini selama beberapa hari dan dia punya banyak kesempatan lain.Arhan sudah lama terjun ke masyarakat dan cukup berpengalaman dalam hal seperti ini. Dia pandai menilai suasana. "Aku kalau sudah mabuk suka asal memegang orang. Aku bukan sengaja, maaf karena sudah menyinggung perasaan Nyonya Kayla. Nanti aku akan meminta maaf secara pribadi kepada Pak Theo," k
Theo menggenggam tangan Kayla, lalu mendorong pintu kamar yang dibuka Kayla dan berjalan masuk di bawah tatapan galak Kayla.Kayla mengerutkan keningnya. "Ini kamarku, apa maksudmu?"Theo memanyunkan bibirnya. "Ayo mandi dan tidur."Nada bicara Theo terdengar ringan dan ramah, tetapi Kayla tahu bahwa Theo sedang memprovokasinya.Theo pasti sengaja. Dia ingin membuat Kayla marah dan tidak berdaya.Kayla memesan kamar tidur untuk dua orang yang dilengkapi dengan sofa kayu di dekat jendela, mereka hanya memiliki dua tempat itu untuk beristirahat.Theo tidak akan mau tidur di sofa, jadi nanti Theo pasti akan memaksa Kayla berbagi ranjang dengannya. Kemudian, Kayla terpaksa pindah ke sofa dan melihat Theo tidur dengan nyaman di kasur seluas dua meter yang dia pesan.Kayla mengatupkan bibirnya sambil berkata dengan kesal, "Kembalilah ke kamarmu."Meskipun resor ini tidak menyediakan kamar presidensial, tetapi tersedia kamar VIP yang dilengkapi dengan kolam pemandian air panas pribadi."Kita
Yuki menerimanya dengan gembira. "Terima kasih, aku suka sekali."Dia mengeluarkan sebuah kotak hadiah dari tasnya yang berisikan gelang berlian. Benda itu tidak termasuk benda berharga yang unik. "Aku membeli ini saat berbelanja, bukan barang berharga, kok. Sebagai pengganti dari parfum yang kamu berikan."Kayla tidak mungkin menerima hadiah ini. Menukar parfum bekas seharga ratusan ribu dengan gelang berlian yang baru, dia takut hadiah ini akan mencelakainya!"Nyonya Yuki, aku nggak bisa menerimanya. Sebotol parfum ini baru enam ratus ribu, kamu rugi besar ....""Kayla, aku mewakili suamiku meminta maaf. Kejadian tadi pagi adalah ketidaksengajaan .... Kesadarannya menurun drastis kalau sudah minum alkohol, jadi nggak sengaja menyinggungmu."Kayla mengangkat alisnya dan Yuki sudah meletakkan kotak hadiah itu di tangan Kayla.Karena ini adalah bentuk permintaan maaf, Kayla pun tidak segan. Alangkah baiknya kalau Yuki memberikannya cek!Setelah menerima hadiah itu, dia pun berkata denga
Ketika berbicara, Arhan sengaja merendahkan suaranya agar terdengar lebih berat dan menarik.Namun, Kayla ketakutan hingga gemetaran. Dia langsung melemparkan ponselnya ke arah datangnya suara.Terdengar suara "buk" dan Arhan merintih kesakitan. Arhan mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya, lalu darah pun mengalir melalui jari-jari tangannya hingga mengenai lantai."Pak Arhan, apa kamu baik-baik saja?" Kayla hendak mencari tisu di tasnya, tetapi dia tidak membawa tas. "Maaf sekali, sewaktu kecil aku pernah dibuntuti oleh orang jahat, jadi lebih sensitif. Setiap ada yang mendekatiku, aku mudah kehilangan kendali."Saat ini, kepala Arhan berdengung hebat. Dia tidak mendengar apa yang dikatakan Kayla. Kalau bukan karena dia masih menggunakan akal sehatnya ... dengan status dan temperamennya yang buruk, dia pasti sudah menampar Kayla!Darah masih belum berhenti mengalir dari hidungnya, dia bahkan curiga apakah hidungnya patah.Sial, kejam sekali!Kayla berkata, "Pak Arhan, bersabarla
Kayla masuk ke pelukan Theo dengan malang. Rambutnya yang basah terus meneteskan air, dia bahkan batuk untuk cukup lama. Ketika dia mendongak kepalanya dan melihat wajah pelaku dengan jelas, dia pun bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"Matanya memerah karena terendam air panas, ada butiran air yang menggantung di bulu matanya yang panjang dan lentik hingga membuat tampak sangat menyedihkan.Sungguh membuat orang ingin ....Theo mengerutkan bibirnya dan tak lama kemudian sebuah kata muncul di benaknya ....Menindasnya.Saat ini, Kayla merasa matanya agak sakit dan tenggorokannya juga tidak nyaman. Awalnya, dia datang berendam air panas untuk bersantai, tetapi dia malah hampir tenggelam. Hal ini membuat amarahnya meluap dan dia pun berkata dengan kesal, "Kok kamu bisa masuk?"Seingatnya, dia sudah mengunci pintu.Theo tidak menjawab. Dia hanya menatap Kayla dengan tatapan mengejek, terlihat jelas dia sedang mentertawakan kekonyolan Kayla. Namun, dia masih mengontrol diri dan tidak menunj
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng