"Kayla." Ini adalah suara Yuki. Kayla yang termenung pun dikagetkan oleh suara yang datang secara mendadak ini. "Ada apa denganmu? Sepertinya kamu kurang sehat."Kayla memiliki kulit putih, meskipun dia tidak merias wajah, kulitnya tampak bagus.Melihatnya berjalan sendirian di belakang, Yuki pun menghampirinya untuk berbasa-basi.Jarak mereka tidak terlalu jauh sehingga kedua pria yang mendengar ucapan Yuki pun berhenti.Ketika Kayla mengangkat kepalanya, dia melihat Arhan sedang menatapnya dengan mesum. Arhan tersenyum nakal padanya, tetapi senyuman itu segera berubah menjadi senyuman ramah.Perubahan ekspresi Arhan sangat cepat sehingga tidak disadari oleh orang lain, kecuali Kayla.Theo mengerutkan keningnya. "Kamu kurang sehat?"Saat Kayla membukakan pintu tadi pagi, dia terlihat sangat kesal.Kayla tidak suka perasaan diperhatikan seperti ini, dia menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Nggak, hanya kurang tidur."Theo menatap Kayla dengan heran. Dia mengulurkan tangannya untuk
Meskipun dirangkul, Kayla tampak seperti sedang diseret. Karena pengaruh alkohol, sekarang dia benar-benar sangat pusing.Karena mereka telah menandatangani kontrak, tugasnya selesai. Sekarang, keduanya sudah tidak memiliki hubungan apa pun. Kayla pribadi merasa dirinya adalah orang yang cukup sabar, kalau dia adalah orang yang pemarah, dia tidak mungkin bisa sabar menghadapi Theo selama tiga tahun ini.Namun, sesabar apa pun dia, dia tidak mungkin membiarkan Theo menindasnya seperti ini. "Kerja sama kita sudah berakhir, menjawab pertanyaan bisa dianggap sebagai lembur. Sekarang aku nggak ingin lembur, jadi ...."Dia melambaikan tangannya sambil berkata, "Simpan pertanyaanmu itu."Kayla berbalik dan berjalan menuju jalur keamanan. Kamarnya berada di lantai enam dan restoran berada di lantai dua. Dia lebih memilih untuk naik tangga empat lantai daripada berduaan dengan Theo.Theo menatap punggungnya sambil tersenyum sinis. Ketika Kayla hampir menghilang dari pandangannya, dia kembali me
Melihat sosok orang yang datang, ekspresi Kayla berubah muram. "Pak Arhan."Wajah Arhan sangat merah dan langkahnya agak terhuyung-huyung, sepertinya dia mabuk. Dia tersenyum nakal sambil menyapa, "Nona Kayla."Mata Kayla tertuju pada kartu kamar yang berada di tangannya. "Sebaiknya kamu jelaskan bagaimana caramu mendapatkan kartu kamarku."Sebenarnya tidak perlu ditanyakan pun Kayla tahu Arhan pasti menyuap staf hotel. Dia mengajukan pertanyaan ini hanya untuk memastikan maksud kedatangan Arhan.Arhan terus menatapnya. "Bukankah Nona Kayla yang menyuruhku untuk memilih tempat yang nggak ada kamera pengawas? Aku datang untuk melaksanakan perintahmu!"Arhan berjalan masuk sambil menutup pintu. Dia menjilat bibirnya dan terus berjalan mendekati Kayla. "Apa ada tempat yang lebih menyenangkan dari kamar? Sekarang kupikir Pak Theo mungkin saja menghabiskan 600 miliar untuk memeliharamu."Meskipun Kayla menggunakan piama panjang yang lusuh dan tidak mengenakan riasan apa pun, dia tetap sanga
Theo didampingi oleh Axel. Keduanya berjalan menghampiri Kayla. Suasana hatinya tidak dapat ditebak melalui ekspresinya.Dia berhenti di hadapan Kayla, lalu mengulurkan tangannya untuk memegang dagu Kayla. Matanya yang gelap tertuju pada bekas tamparan di wajah Kayla. Wajah Kayla bukan hanya membengkak, tetapi sudut mulutnya juga luka hingga berlumuran darah.Theo memandang Arhan yang tidak berani menatapnya. Sudut bibirnya terangkat dan suara berat pun terdengar. "Pak Arhan, kompensasi apa yang akan kamu berikan setelah memukul wanitaku?"Apakah hal seperti dapat dibicarakan?Jantung Arhan berdetak kencang. Dia tersenyum sambil berkata, "Aku akan memberikan tambahan keuntungan 20% lagi ...."Melihat ekspresi Theo tidak berubah, Arhan pun menggertakkan giginya sambil berkata, "30%, aku akan memberikan tambahan keuntungan 30%."Hatinya terasa perih. Keuntungan 30% mencapai 600 miliar, perilaku mesumnya membuatnya rugi besar!Theo memerintahkan Axel, "Bawa kontraknya."Mendengar kata-kat
"Davin, ini masalah rumah tangga kami."Suara Theo sangat lantang. Maksudnya sangat jelas, orang luar tidak berhak ikut campur.Suasana menjadi sangat aneh dan percikan api memenuhi udara, diiringi dengan bau darah dan teriakan Arhan, percikan api itu seolah-olah akan meledak kapan saja.Namun, Davin malah tidak menganggap serius. Dia berkata, "Theo, malam ini emosi kalian nggak stabil, nggak cocok untuk membicarakan hal ini. Selesaikan masalah di sini dulu, aku akan membantumu mengantar Kayla pulang."Theo melirik kedua sisi koridor dan melihat banyak pintu kamar yang terbuka. Keributan ini cukup besar hingga menarik perhatian para tamu. Saat ini, semuanya berkerumun di balik pintu untuk menyaksikan keramaian, bahkan ada beberapa orang yang mengeluarkan ponsel untuk merekam mereka ....Ekspresi Theo berubah muram. Dia kembali menatap Kayla. Tadi Kayla keluar dengan panik, jadi Kayla hanya mengenakan piama. Meskipun piama yang Kayla gunakan tidak terbuka, lekuk tubuhnya yang menawan te
Keduanya terdiam. Napas mereka terdengar sangat berat, Kayla sangat kesal.Kayla tidak melihat ekspresi Theo dan tidak peduli dengan suasana hati Theo sekarang. Setelah setengah menit, dia berhasil menenangkan emosinya dan berkata, "Kalian sudah menandatangani kontrak, kamu nggak boleh ingkar janji."Theo menjawab dengan pelan, "Kontrak dibatalkan, artinya kami gagal bekerja sama. Kalau nggak, kamu boleh tanyakan pada Pak Arhan apakah dia masih ingin bekerja sama dengan Perusahaan Oliver?"Arhan pasti bersedia. Masa depan perusahaan lebih penting daripada harga dirinya, tetapi dia sudah melakukan hal seperti itu pada Kayla, bagaimana mungkin Kayla ....Amarah Kayla kembali meluap. "Theo, dasar nggak tahu malu!"Seumur-umur, Theo tidak pernah dimarahi seperti ini. Suaranya terdengar sangat dingin. "Kayla, apa etika dan didikanmu sudah dimakan oleh anjing?"Kayla mencibir dan menjawab dengan kasar, "Bukannya kamu yang memakannya?"Menyebut Theo anjing adalah penghinaan terbesar bagi anji
Staf yang sedang mengobrol riang pun dikagetkan oleh suara yang datang secara mendadak itu. Mereka sontak berbalik dan segera menyembunyikan tangan mereka yang sedang memegang ponsel di belakang punggung. "Pak ... Pak Axel."Meskipun Axel tidak galak, dia adalah asisten Theo dan bisa dibilang dia mewakili Theo. Seperti yang diketahui, sekalipun sedang beristirahat, Theo tidak suka mendengar karyawannya bergosip di perusahaan."Pak Axel, kami akan pergi ke Departemen Keuangan untuk melaporkan kesalahan kami. Bolehkah Bapak memaafkan kami dan berpura-pura nggak melihat perilaku kami? Aku nggak sengaja membukanya dan hanya membaca sekilas."Axel mengerutkan keningnya dan kembali bertanya, "Apa nama acaranya? Cukup jawab pertanyaanku, jangan beromong kosong."Sekretaris wanita itu tertegun sambil mengumpat dalam hati, lalu menjawab, "Profesi Unik Itu."Film dokumenter ini menceritakan soal industri kerajinan tangan yang diwariskan secara turun temurun dan ahli restorasi budaya adalah episo
Suara Theo membuka pintu agak keras sehingga Kayla dan Rio sontak menoleh ke arahnya.Theo memiliki tubuh yang tinggi dan kekar. Karena dia berdiri di depan pintu, dia menghalangi sebagian besar cahaya matahari di luar dan wajahnya tampak sangat gelap. Tatapannya pada Kayla sangat dingin, dia seolah-olah ingin membekukan Kayla!Kayla kaget. Dia berdiri tegak, lalu bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Kenapa kamu datang kemari?"Nada bicaranya terdengar sangat kesal. Ditambah dengan ekspresinya yang muram, terlihat jelas dia tidak senang.Rio diam-diam menghela napas. Tadi, jantungnya berdebar kencang, sampai saat ini pun ... aroma tubuh Kayla yang lembut masih tertinggal di napasnya sehingga membuatnya sangat merindukan aroma itu.Karena takut ada yang menyadari jantungnya berdebar kencang, dia segera menelan ludah dengan panik.Setelah bertahun-tahun memimpin Perusahaan Oliver, Theo sudah bersosialisasi dengan banyak orang. Hanya dengan melihat ekspresi Rio, dia dapat menebak isi p
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng