Tadi siang, dia baru mendengar suara ini. Meskipun dia tidak langsung bereaksi, dia yakin bahwa ini adalah suara Verrel.Dia menatap ke arah datangnya suara. "Verrel?"Detik berikutnya, seorang pria berjalan keluar dari koridor. Dia mengenakan pakaian kasual berwarna terang dengan kening yang ditutupi oleh poni tebal. Di bawah cahaya redup, wajahnya tampak agak lembut. Siapa lagi kalau bukan Verrel?Meskipun Kayla tidak yakin bahwa Verrel adalah Theo, Kayla sudah terbiasa dengan wajah Verrel. Namun, Davin yang baru pertama kali bertemu dengan Verrel pun membelalakkan mata. Ini adalah pertama kalinya Kayla melihat ekspresinya berubah drastis. "Theo?"Verrel menganggukkan kepala ke arahnya, lalu mengulurkan tangan dengan sopan. "Tuan Muda Davin, aku Verrel Lufto, salam kenal.""Verrel Lufto?"Davin telah mendengar soal tokoh yang baru saja muncul belakangan ini dan dikenal sebagai kuda hitam yang menggemparkan dunia bisnis Kota Bapura. Namun, Verrel sangat misterius dan sebagian besar ha
Setelah berpisah dengan Davin, Verrel meninggalkan Hotel Muarna.Di dalam mobil, Jiko yang sedang mengendarai mobil terus memeriksa ekspresinya melalui kaca spion. Jiko tidak tahu apakah Verrel sedang tidur atau masih bangun, tetapi ekspresinya sangat datar.Jiko berkata dengan penuh maksud, "Pak Verrel, hari ini adalah hari ulang tahun Tuan Muda Davin. Mungkin Nona Kayla membeli celana itu untuk dihadiahkan kepada Tuan Muda Davin."Orang yang duduk di kursi belakang tidak menjawab. Setelah sekian lama, Verrel perlahan-lahan membuka matanya. "Kalau kamu memberikan pakaian dalam sebagai hadiah ulang tahun lawan jenis, apa nggak perlu dibungkus? Kamu akan memberikannya secara terang-terangan? Apa kamu mesum?"Dia menelan seteguk air liur. "Aku nggak tertarik dengan Nona Kayla. Hubungi staf Perusahaan Oliver, sampaikan bahwa penawaran nggak bisa dinegosiasikan. Mari bersaing secara adil, teknik menarik ulur seperti ini nggak ada gunanya."Ketika Verrel berbicara, Jiko terus mengawasinya d
Kayla tahu pesta kolam renang selalu diadakan tiap tahun di Klub Blurs. Meskipun dinamani sebagai pesta, ini adalah ajang pencarian jodoh. Para tamu yang diundang adalah tuan muda dari keluarga kaya.Kayla berkata, "Kemudian aku mengambil undangan itu dan mengajaknya pergi ke pesta kolam renang? Dia pasti akan menganggapku sebagai orang mesum yang mendambakan tubuhnya.""Memangnya kenapa kalau dia berpikiran seperti itu?" Bella berkata dengan santai, "Lagian kamu ingin melepas celananya, 'kan? Meskipun ini adalah pesta kolam renang, nggak semua orang memakai pakaian renang. Kamu hanya perlu mencari alasan untuk mengajaknya pergi ke sana, lalu cari kesempatan untuk menendangnya masuk ke kolam. Dengan begitu, lukanya akan mengembang. Kalau nggak terlihat, rabalah dengan tangan."Kayla dikejutkan oleh ide ini. "Beginikah hubunganmu dan Pak Darius dimulai?"Beberapa hari ini, Bella kurang beristirahat. Begitu menggelengkan kepala, kepalanya akan terasa sakit, apalagi setelah mendengarkan n
Kayla tidak tahu bahwa Jiko membuang undangan itu. Pada hari pesta dilangsungkan, Bella datang menjemputnya. "Nanti di tengah pesta berlangsung, lampu akan dipadamkan selama dua menit. Manfaatkan kesempatan ini untuk mendorong Verrel ke kolam renang, lalu ulurkan tanganmu untuk meraba apakah ada bekas luka di pantatnya. Kalaupun dia bukan Theo, kamu nggak akan malu. Di tengah kegelapan seperti itu, dia nggak akan tahu siapa yang menyentuhnya."Kayla tertegun.Walaupun demikian, Kayla tetap berkata, "Bekas lukanya rata, nggak bisa disentuh, hanya bisa dilihat.""Oh, kalau begitu lupakan saja. Jangan mendorongnya ke dalam air. Carilah kesempatan untuk merayunya masuk ke dalam kamar. Setelah itu, buka celananya.""Apa pesta ini seliar itu?" Kayla tidak pernah berpartisipasi dalam pesta ini. Saat ini, dia merasa agak tertekan. Dia memang ingin mencari tahu soal Verrel, tetapi dia tidak berencana untuk melibatkan diri sendiri."Dibagi menjadi dua kelompok, ada yang liar, ada yang nggak. Ora
Mereka berdiri berhadapan. Kayla bisa mencium aroma parfum di tubuh Verrel. Theo tidak pernah memakai parfum sehingga tubuhnya selalu diselimuti oleh aroma pewangi yang diletakkan di dalam lemari.Kayla mendongak sehingga keduanya pun bertatapan. Awalnya, Kayla merasa tingkat kemiripan mereka hanya mencapai 70-80%, tetapi dari jarak sedekat ini dan terlepas dari aura maupun cara berpakaian, wajah mereka sama persis.Melihat wajah ini, Kayla otomatis mengulurkan tangan untuk mengangkat poni yang menutupi kening Verrel.Namun, sebelum ujung jarinya mengenai wajah Verrel, Verrel sudah menghentikannya. "Nona Kayla."Verrel menelan seteguk air liur, suaranya menjadi sangat serak dan pelan. "Aku Verrel."Mendengar nama "Verrel", tatapan Kayla perlahan-lahan menjadi linglung. Matanya yang semula jernih seolah-olah dilapisi oleh suatu kabut yang membuatnya tampak kesepian dan kebingungan."Aku tahu aku mirip dengan mendiang Pak Theo, wajar kalau Nona Kayla menganggapku sebagai dia. Tapi Verrel
Karena takut Kayla akan menolak, dia menambahkan, "Penyelenggara bilang siapa yang memiliki kontak tamu paling banyak akan memperoleh hadiah. Kami boleh membawa orang tua kami pergi berlibur ke luar negeri."Keduanya hampir sama tinggi, tetapi Verrel malah mengandalkan wibawanya untuk berlagak hebat. Dia berkata dengan sinis, "Apa kamu nggak baca cerita? Di saat seperti ini, beraninya kamu berpartisipasi dalam kegiatan berlibur ke luar negeri yang diselenggarakan oleh perusahaan? Kamu nggak takut mati atau nyawamu memang lebih dari satu?"Kayla tercengang.Model pria itu berbalik untuk memandang Verrel. Setelah memindai dari atas sampai bawah, pandangannya pun berhenti di perut Verrel. "Nona Kayla, dia memang tampan, tapi nggak berguna. Dia pasti nggak punya otot, bersamanya nggak akan membuatmu merasa aman. Kalau bertemu dengan orang jahat, kamu mungkin harus berdiri di depannya untuk melindunginya."Verrel meliriknya. Tatapan dingin ini membuatnya otomatis bergidik. "Tampan tapi ngga
Setelah melonggarkan dasinya, Darius mulai membuka kancing kemejanya. Jakunnya yang seksi mengenai ujung jarinya. Bella yang melihat adegan ini pun menelan ludah.Tubuhnya sangat kekar. Kalau disentuh, rasanya pasti sangat menyenangkan. Lagi pula, Bella tidak akan rugi hanya karena menyentuh tubuhnya. Hanya saja, Bella tidak tahu apakah ukurannya setara dengan tinggi badannya ....Bella otomatis mengurungkan semua pikirannya yang tidak rasional itu. Dia menepuk keningnya dengan kuat sambil berkata, "Pak Darius, bilang saja apa yang kamu inginkan. Jangan menggodaku seperti ini, takutnya aku akan kehilangan kendali dan melakukan sesuatu padamu."Melihat tulang selangka Darius yang melengkung, suaranya menjadi agak pelan. "Berapa lama hukuman dari melakukan kekerasan seksual? Biar kuhitung dulu layak nggak."Darius tertegun. Dia mengancingkan kemejanya yang terbuka sambil berkata, "Aku hanya kepanasan, ponselmu berdering."Kayla yang meneleponnya. Bella menjawab panggilan sambil bergegas
Perusahaan Lufto.Verrel memejamkan mata sambil mengusap keningnya dengan satu tangan. Keningnya berkerut hebat, dia tampak kurang sehat.Pintu kantor perlahan-lahan dibuka dan seseorang masuk. Suara kaki yang menginjak karpet mengeluarkan suara gemeresik.Mendengar suara ini, Verrel yang sedang mengusap kening pun tertegun. Dia membuka matanya dan melihat ke arah pintu. "Kenapa datang ke sini?"Ekspresinya sangat dingin, tetapi tatapannya terhadap orang yang datang dipenuhi dengan kasih sayang."Kudengar Jiko nggak sengaja jatuh dari tangga dan kakinya patah. Aku takut kalau nggak ada yang mengawasimu, kamu akan mengabaikan kesehatanmu." Melihatnya sedang mengusap kening, Riko Yuwanta pun bertanya, "Sakit lagi?"Riko adalah pemuda yang tampan, kurus dan berkulit putih. Kulitnya yang putih membuatnya terkesan seperti tidak pernah terkena sinar matahari. Alis dan keningnya memancarkan aura energik yang dimiliki oleh pemuda berusia dua puluhan tahun, bahkan matanya pun bersinar."Nggak,
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng