Galih berusaha membuat istrinya menyingkirkan ide konyol itu. "Apa nggak terlalu berlebihan?"Jika dia berada dalam situasi itu, dia sama sekali tidak merasa itu adalah kejutan, melainkan akan sangat malu. Semua orang akan menatapnya ketika dia bepergian ke luar.Ayah hanya bisa membantu kalian sampai di sini."Kamu nggak paham, anak muda suka pamer. Kayla dan Theo sangat cakep, jauh lebih cakep daripada para artis. Mereka pun bisa masuk TV setiap hari, Kayla juga harus punya perlakuan yang sama."Galih menggerutu, "Selama itu punyamu, hewan peliharaanmu pasti lebih cakep dari punya orang lain."Evi menjawab dengan bangga, "Ya, Theo memang lebih cakep karena perawatanku."Galih terdiam sejenak. "Aku bilang hewan peliharaan, tapi kamu malah bilang Theo. Kamu merasa dia adalah hewan peliharaan atau nggak paham tentang perumpamaan?""Dia nggak jauh beda dengan hewan peliharaan, kalau nggak, kenapa Kayla bisa cerai dengannya? Semua pria itu bodoh. Aku suruh dia pikir-pikir lagi waktu itu,
Theo memegang badan ular itu. Di saat genting, dia bertindak secara naluriah sehingga tidak sempat untuk mencari titik kelemahan ular.Theo mengadang di depan Evi sehingga ular itu menggigit kakinya.Kemudian, Theo melempar ular itu dengan kuat ke lantai.Mendengar teriakan Evi, para pengawal segera masuk dan menyingkirkan ular itu. Theo yang berwajah masam memandang sederet orang yang berdiri di ruang tamu dengan tatapan tegas. "Kenapa paket kiriman yang dibawa masuk nggak diperiksa lebih dulu?""Nyonya bilang nggak perlu diperiksa."Evi jarang membeli barang secara daring sehingga hanya ada satu atau dua paket kiriman setiap bulan. Dia menjadi lengah karena tidak pernah terjadi masalah untuk waktu yang lama.Theo menggertakkan gigi dan tatapannya menjadi tajam. "Mulai sekarang, segala sesuatu yang masuk ke rumah harus diperiksa. Bibi Warni, bawa Ibu ke kamar."Evi bukan wanita yang tidak takut pada apa pun dan mengidap penyakit jantung. Saat ini, dia dipegangi Galih. Wajahnya pucat p
Kayla sedang mencondongkan tubuh ke depan dan mengikat pangkal paha Theo dengan kain kasa. Theo tidak dapat melihat wajah kayla, hanya melihat kepala dan rambut hitamnya yang tergerai.Lukanya berada di dekat pangkal paha dan hanya terlihat setelah celana Theo digulung.Darah masih mengalir keluar dari dua lubang gigitan yang merah dan bengkak itu.Kayla bertanya, "Darahnya merah, berarti ular itu nggak beracun?"Theo menyangkal, "Nggak, bukan begitu cara analisisnya."Kayla mendongakkan kepala. Jarak mereka sangat dekat sehingga Theo dapat melihat ekspresinya di dalam mata Kayla. Napasnya pun menjadi cepat. Dia mengulurkan tangannya dan ingin mengelus pipi Kayla.Kulit Kayla sangat putih dan halus, gampang untuk meninggalkan bekas di kulitnya.Suasana menjadi mesra.Saat tangan Theo hendak menyentuhnya, Kayla mundur ke belakang seraya berkata, "Aku suruh kamu pegang celanamu, kenapa kamu sentuh pipiku?" Pikiran cabul Theo langsung hilang.Theo terdiam.Kayla memegang pisau bedah yang
Saat ini, Ferry baru saja mengantar pergi wanita yang datang kepadanya karena Theo dan sangat jengkel. "Siapa digigit ular? Theo?"Kayla terdiam.Ferry kedengarannya sangat bergembira.Ferry juga menyadari dirinya terlalu terus terang. Dia lebih tua dan harus lapang dada. Jadi, dia berdeham, lalu bertanya, "Bagaimana kondisinya sekarang?""Dalam waktu dekat, dia harus baring di ranjang." Kayla langsung masuk ke topik utama. "Kemarin disembur asam sulfat, hari ini dikirim ular berbisa. Besok Pak Ferry mungkin akan terima undangan untuk acara pemakamanku."Ferry bertanya, "Ularnya ada di dalam paket kiriman? Dikirim untuk Theo?"Wajar Theo digigit ular jika kewaspadaannya begitu rendah."Dikirim ke rumah Keluarga Oliver. Aku nggak lihat siapa penerimanya, tapi karena bisa dibawa masuk, itu punya ibunya atau ayahnya." Kayla menceritakan kejadian itu secara singkat.Ferry mengernyit dan menjadi skeptis.Namun, dia tidak memberitahukan kecurigaannya. Sebaliknya, dia mengusulkan lagi, "Aku k
Kayla meneteskan beberapa tetes minyak ke dalam bak mandi, berendam sambil mendengarkan musik. Di saat itu, Yovita mengirimkan pesan untuk mengajaknya jalan-jalan besok.Dia melirik ponselnya, lalu memblokir nomor itu.Dia benar-benar kagum pada ketebalan muka Yovita sampai memanfaatkan ayahnya sendiri demi mencapai tujuan. Yovita meninggalkan museum dengan wajah masam hari ini. Beberapa jam kemudian, Yovita mengajaknya jalan-jalan seolah-olah tidak ada yang terjadi.Setelah mandi, Kayla mengeringkan rambutnya dan mengoles krim pelembap.Piama di rumah Keluarga Oliver masih piama yang disiapkan Evi waktu itu. Piama itu seksi, menutupi bagian-bagian yang seharusnya ditutupi, tetapi bagian lainnya samar-samar terlihat. Itu sungguh menggoda.Saat Kayla berjalan keluar, Theo langsung terangsang.Timbul sebuah hasrat.Hasrat yang sangat kuat.Theo hampir tidak bisa mengontrol diri di depan Kayla, tetapi dia masih punya akal sehat. Saat Kayla keluar dari kamar mandi dengan memakai piama seks
Theo menjawab seraya menggertakkan gigi, "Mamba hitam."Ini adalah satu-satunya ular mirip ular jali yang terpikir oleh Theo.Davin berujar, "Kamu beruntung sekali. Digigit oleh ular berbisa dari Benua Fredo yang sama terkenalnya dengan ular kobra, kamu bahkan bisa bertahan sampai dokter membawakan anti racunnya. Tapi, bukankah ular itu di Benua Fredo? Kenapa bisa ada di Kota Bapura?"Theo tidak bisa berkata-kata.Tidak perlu dijelaskan dengan rinci.Theo menyeletuk dengan kesal, "Sudah dulu.""Kalau begitu, istirahat baik-baik. Aku dan Carlos akan jenguk kamu besok." Kemudian, Davin mengucapkan selamat malam pada Kayla dan mengakhiri panggilan telepon.Kayla menatap Theo dengan ekspresi dengan seraya memegang ponselnya. "Ular apa itu?"Sepertinya sudah tidak bisa berbohong lagi. Jadi, Theo menjawab dengan suara kecil, "Ular jali."Kayla pun menelurusinya di internet. Dia menyeringai sinis dan berujar, "Harusnya jangan gigit kakimu."Theo langsung paham untuk pertama kalinya. Melihat K
Keesokan harinya adalah hari Minggu.Kayla tidur sampai sepuas-puasnya. Begitu membuka mata, dia merasa dirinya sedang dipeluk dari belakang oleh tubuh yang hangat. Tangan Theo diletakkan ke pinggangnya.Kayla belum sepenuhnya sadar sehingga tidak langsung merespons. Dia melamun sejenak sambil menatap ke luar jendela. Sampai sesuatu menodong pinggangnya, dia baru sadar."Theo, kapan kamu naik ke ranjang?""Pagi ini," jawab Theo dengan suara serak karena baru bangun tidur. Napasnya berembus di leher Kayla saat dia berkata, "Sofa terlalu kecil, jadi aku jatuh."Kayla diam saja.Sofa itu pas baginya, tetapi memang terlalu kecil bagi Theo. Dia menyuruh Theo tidur di sofa tadi malam karena marah pada Theo yang membohonginya. Setelah semalam dan mendengar penjelasan Theo, kemarahannya memudar. Saat mendengar Theo jatuh dari sofa, dia mengkhawatirkan lukanya.Theo tidak berani berpura-pura lagi dan berterus terang, "Agak sakit. Coba lihat saja, kalau aku salah bilang, kamu akan curiga aku mem
Saat Warni membawakan sarapan ke atas, Theo sudah turun, tidak terganggu oleh luka kakinya. Dia bahkan tidak pincang, hanya lebih lambat saat berjalan sehingga tampak santai.Theo duduk di depan meja makan, minum sambil bertanya, "Nanti pulang ke Vila Aeris?""Aku harus lembur."Akan diadakan kegiatan "penaksiran artefak" gratis di museum pada hari Senin. Kayla adalah salah satu juru taksir yang diundang. Tujuan utamanya adalah membantu para kolektor di kalangan masyarakat untuk menaksirkan keaslian artefak dan mengajarkan cara yang tepat untuk menyimpan artefak.Semua orang akan mengadakan rapat pada sore hari ini, lalu makan bersama pada malam hari.Ekspresi Theo menjadi lesu saat dia memprotes, "Hari ini Hari Minggu.""Itulah sebabnya dinamakan lembur."Theo terdiam sejenak, lalu bertanya, "Bagaimana kalau makan bersama nanti malam?""Nggak bisa, sudah ada janji makan bersama nanti malam. Semuanya senior-senior, nggak boleh nggak pergi." Inilah aturan sosialisasi di dalam negeri. Se
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng