Begitu Kayla berjalan ke pintu, Ardian masuk. Dia mengangguk sekilas padanya, lalu berjalan cepat ke Ferry. "Pak, sudah diselidiki. Baru-baru Viola berkonsultasi dengan pengacara. Kalau anak itu bukan anak kandung seseorang, apakah uang yang dihabiskan untuk anak ini bisa diklaim kembali. Dia juga sudah mengaku, alasan kenapa dia menarik rambut Nona Kayla adalah karena Martin memintanya melakukannya. Martin nggak mau masuk penjara dan takut dikejar oleh rentenir setelah keluar, jadi dia ingin menggunakan cara ini untuk memaksa Nona Kayla membantunya.""..."Ini agak canggung.Akan tetapi, Kayla selalu tahu kesalahannya dan mengakuinya. Dia berbalik dengan senyuman marah di wajahnya. "Maaf, aku salah paham kalau kamu bersekongkol dengan Yovita. Ini sudah malam, jadi lain hari aku akan membawakan hadiah sebagai permintaan maaf.""Nggak perlu dimasukkan ke dalam hati, ini cuma masalah kecil. Kita lihat saja nanti."Setelah Kayla pergi, wajah Ferry menjadi kelam tanpa penampilan baik hati
Kayla langsung menjawab telepon yang agak meredakan amarah Theo. "Aku sudah pesan makanan, ayo malam nanti kita makan bersama. Kamu di mana? Aku akan menjemputmu."Kalau Axel mendengar ini, dia pasti akan memutar matanya.Siapa yang baru saja bilang tidak mau menghibur dengan sangat tegas? Dia mengira akhirnya CEO-nya sudah lebih tegas, tetapi ....Nada manja ini tidak ada kesan mendominasi saat berbicara dengannya sebelumnya."Oke." Suasana hati Kayla langsung berubah. "Kamu cukup kirimkan aku alamat restorannya, nanti aku akan naik taksi ke sana."Emosi tegang Theo menjadi rileks dan sudut bibirnya terangkat.Theo tahu Kayla masih lebih berpihak padanya dibandingkan pria tua itu. Artinya dia tidak berpengalaman dalam cinta dan memiliki EQ negatif, sehingga dia dimanfaatkan oleh pria tua yang berpengalaman itu.Saat ini Kayla sama sekali tidak menyadari kegundahan dalam hatinya. Dia sedang duduk di kursi di depan pintu pusat penahanan dan menggambar.Setelah beberapa goresan, wajah se
Kayla berbalik dan berkata, "Kamu cuma punya satu kesempatan. Ceritakan dengan hati-hati. Aku sudah menyelidiki banyak hal selama bertahun-tahun. Kalau kamu membohongiku, aku cukup pergi memeriksa luka yang ditimbulkan Viola hari ini agar kalian berdua bisa bersatu kembali."Kayla tidak hanya memberitahunya, tetapi juga menunjukkan foto-fotonya.Kerumunan di restoran mengambil foto saat Viola menarik rambutnya.Kayla dalam foto itu terlihat lemah, menyedihkan, tidak berdaya dan ditindas secara menyedihkan.Martin, "..."Di satu sisi, Martin merasa bahwa Viola adalah orang bodoh yang mengantar dirinya ke dalam masalah. Di sisi lain, dia merasa Viola tidak cukup kuat. Melihat kesombongan Kayla, seharusnya Viola menghajarnya habis-habisan."Dulu ada yang datang kepadaku dan memintaku menyuruh ibumu membantu merestorasi lukisan. Saat itu kukira ini hanya masalah kecil, jadi aku setuju."Dia melewati tengah proses dan tidak bilang kalau dia diberi iming-iming besar oleh orang itu, juga
"Kapan aku ...." Kayla sudah melupakan hal sekecil itu dan baru ingat sebelum menyelesaikan ucapannya. "Aku memintanya untuk sutradara. Dia sedang mencari pengganti untuk drama barunya dan aku langsung memblokirnya setelah mengalihkannya kepada sutradara."Raut wajah Theo menjadi cerah, tetapi dia menjadi kaku dan hanya satu suara yang keluar dari tenggorokannya. "Hm."Kalimat berikutnya mengejutkan. "Saat itu kamu sedang kencan buta dengan Nona Lusi.""??" Theo bingung. "Siapa Nona Lusi?"Kayla melirik ke arahnya. "Setidaknya pernah makan di meja yang sama, tapi kamu malah nggak ingat nama mereka. Demi kamu, orang lain hampir memasukkan tangan ayah sendiri."Begitu masalah ini disebutkan, Theo pun teringat dan mengerutkan kening. "Orang yang membuat tanganmu melepuh dengan air mendidih?"Meski sudah lama berlalu dan bahkan tidak bisa mengingat penampilan orang lain, nada amarahnya masih sama seperti sebelumnya."..."Axel memesan ruangan pribadi untuk pasangan. Begitu dia masuk, aroma
Setelah memberikan suratnya dalam sebulan dia bahkan tidak pernah mendapatkan balasan.Saat itu Davin tidak menyukainya, jadi wajar saja kalau membuangnya.Punggung Theo langsung tegak dan setiap bagian tubuhnya menjadi keras kecuali bagian yang tidak seharusnya.Akan tetapi, Kayla hanya bertanya dengan santai dan tidak peduli dengan hasilnya. Dia tidak menyadari ada yang salah dengan Theo dan tidak tahu kalau saat ini pria itu berada dalam dilema antara dua emosi "memberi tahu" dan "tidak memberi tahu".Meski tidak ada salahnya sesekali menggunakan beberapa trik untuk mengejar wanita, Kayla sudah terlanjur tertipu soal jam tangan tersebut. Saat itu dia masih bisa mencari alasan untuk dirinya sendiri dengan mengatakan masalah itu bisa dimaafkan, tetapi surat cintanya ....Sebelum Theo bisa memikirkannya, Kayla mengulurkan tangan dan mengumpulkan tumpukan kartu dalam satu sapuan sebelum mendorongnya ke arah Theo. "Sudahlah, cepat simpan."Mereka duduk di dekat jendela lantai 1. Tumpukan
Theo menunduk dan mendekati Kayla.Kayla merasakan napasnya yang lembap dan panas menerpa wajahnya, dia pun memejamkan sedikit.Bibir lembut pria itu jatuh ke dahinya, kemudian ....Tidak ada kemudian lagi.Theo berdiri, kemudian menarik selimut ke tubuhnya dan berkata, "Tidurlah lebih awal."Kayla, "..."Api yang berkobar di tubuhnya masih ada, tetapi suasana indah yang dia bangun dalam pikirannya runtuh seketika. Dia tidak boleh menunjukkan wajah ketus atau dia akan terlihat sangat terangsang.Dia melepaskan selimutnya dan berdiri dari kasur sambil memanfaatkan topik pembicaraan. "Tidur apanya? Aku belum mandi dan kasur jadi berdebu. Kok kamu begitu kotor?"Setelah mengatakan itu, dia pergi ke kamar mandi tanpa menunggu reaksi Theo. Dia digendong keluar dari mobil oleh Theo dan masih memakai sepatu luar ruangan yang tidak nyaman untuk dipakai dan dilepas, jadi dia hanya bertelanjang kaki.Setelah keluar dari kamar mandi, Theo sudah tidak ada lagi di kamar dan sandalnya diletakkan den
Pada saat yang sama, suara cemas terdengar dari atas kepalanya. "Rendy, putramu telah diculik. Penculik menyebutkan namamu dan memintamu menjawab telepon. Masih ada sepuluh detik tersisa bagi orang itu untuk membunuh sandera, tolong cepat bicara."Tangan Kayla yang hendak meraih gagang telepon membeku di udara.Dia tahu dia tidak akan bisa mendapatkan informasi berguna apa pun dari Rendy. Walaupun dia berjanji untuk melindungi mereka berdua nanti, pria itu tidak akan mengungkapkan apa pun lagi.Mata Rendy terbakar amarah. Dia melemparkan dirinya ke kaca dan berkata dengan tidak jelas, "Aku Rendy, aku mengerti, kelak aku nggak akan melakukan kesalahan lagi. Tolong lepaskan anakku, kumohon."Setelah mengatakan itu, dia terus memukul kaca dengan kepalanya. "Kumohon, kumohon."Dia memukulnya begitu keras hingga darah mulai muncul di dahinya sebelum petugas penjara di sampingnya bisa menghentikannya.Kayla melihat noda darah yang membasahi kaca transparan dan merasa linglung. Dia berjalan k
Bau kulit sintetis yang gosong merambat di udara. Pinggiran dari kursi dekat jendela hancur lebur dan masih mengepulkan buih. Sandaran kursi yang terciprat juga terkorosi.Jika bukan karena Darius menginjak rem di saat kritis sehingga asam sulfat yang disembur ke arah Kayla melenceng, wajah Kayla-lah yang akan terkorosi saat ini.Saat ini, Kayla dan Bella berada di dekat pintu sisi lain. Ada luka-luka bakar di lengan mereka.Mendengar teriakan Darius tadi, Kayla langsung mengulurkan tangan untuk menutup jendela, tetapi dia sadar itu sudah terlambat. Kaca jendela naik dengan sangat lambat. Waktu beberapa detik itu cukup bagi sang pelaku untuk membuat persiapan. Saat Kayla menarik kembali tangannya, sudah tidak sempat untuk menghindar.Di saat kritis, Bella menarik Kayla sehingga tangannya sendiri terciprat oleh asam sulfat.Mobil itu melaju dengan kencang, meninggalkan daun-daun gugur yang diterbangkan olehnya. Orang itu berkata, "Jangan macam-macam, kali ini hanya pelajaran kecil."Dar
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng