Theo menunduk dan mendekati Kayla.Kayla merasakan napasnya yang lembap dan panas menerpa wajahnya, dia pun memejamkan sedikit.Bibir lembut pria itu jatuh ke dahinya, kemudian ....Tidak ada kemudian lagi.Theo berdiri, kemudian menarik selimut ke tubuhnya dan berkata, "Tidurlah lebih awal."Kayla, "..."Api yang berkobar di tubuhnya masih ada, tetapi suasana indah yang dia bangun dalam pikirannya runtuh seketika. Dia tidak boleh menunjukkan wajah ketus atau dia akan terlihat sangat terangsang.Dia melepaskan selimutnya dan berdiri dari kasur sambil memanfaatkan topik pembicaraan. "Tidur apanya? Aku belum mandi dan kasur jadi berdebu. Kok kamu begitu kotor?"Setelah mengatakan itu, dia pergi ke kamar mandi tanpa menunggu reaksi Theo. Dia digendong keluar dari mobil oleh Theo dan masih memakai sepatu luar ruangan yang tidak nyaman untuk dipakai dan dilepas, jadi dia hanya bertelanjang kaki.Setelah keluar dari kamar mandi, Theo sudah tidak ada lagi di kamar dan sandalnya diletakkan den
Pada saat yang sama, suara cemas terdengar dari atas kepalanya. "Rendy, putramu telah diculik. Penculik menyebutkan namamu dan memintamu menjawab telepon. Masih ada sepuluh detik tersisa bagi orang itu untuk membunuh sandera, tolong cepat bicara."Tangan Kayla yang hendak meraih gagang telepon membeku di udara.Dia tahu dia tidak akan bisa mendapatkan informasi berguna apa pun dari Rendy. Walaupun dia berjanji untuk melindungi mereka berdua nanti, pria itu tidak akan mengungkapkan apa pun lagi.Mata Rendy terbakar amarah. Dia melemparkan dirinya ke kaca dan berkata dengan tidak jelas, "Aku Rendy, aku mengerti, kelak aku nggak akan melakukan kesalahan lagi. Tolong lepaskan anakku, kumohon."Setelah mengatakan itu, dia terus memukul kaca dengan kepalanya. "Kumohon, kumohon."Dia memukulnya begitu keras hingga darah mulai muncul di dahinya sebelum petugas penjara di sampingnya bisa menghentikannya.Kayla melihat noda darah yang membasahi kaca transparan dan merasa linglung. Dia berjalan k
Bau kulit sintetis yang gosong merambat di udara. Pinggiran dari kursi dekat jendela hancur lebur dan masih mengepulkan buih. Sandaran kursi yang terciprat juga terkorosi.Jika bukan karena Darius menginjak rem di saat kritis sehingga asam sulfat yang disembur ke arah Kayla melenceng, wajah Kayla-lah yang akan terkorosi saat ini.Saat ini, Kayla dan Bella berada di dekat pintu sisi lain. Ada luka-luka bakar di lengan mereka.Mendengar teriakan Darius tadi, Kayla langsung mengulurkan tangan untuk menutup jendela, tetapi dia sadar itu sudah terlambat. Kaca jendela naik dengan sangat lambat. Waktu beberapa detik itu cukup bagi sang pelaku untuk membuat persiapan. Saat Kayla menarik kembali tangannya, sudah tidak sempat untuk menghindar.Di saat kritis, Bella menarik Kayla sehingga tangannya sendiri terciprat oleh asam sulfat.Mobil itu melaju dengan kencang, meninggalkan daun-daun gugur yang diterbangkan olehnya. Orang itu berkata, "Jangan macam-macam, kali ini hanya pelajaran kecil."Dar
Saat ditelepon Darius, Theo sedang menghadiri rapat. Seketika, pikirannya menjadi kosong dan sekitarnya menjadi sunyi.Dia duduk di kursinya, tetapi seolah-olah menjadi lemas, bahkan tidak kuat untuk menggerakkan jarinya. Belasan detik kemudian, tenaganya perlahan-lahan pulih.Dia beranjak dari kursinya dengan ekspresi tegang dan meninggalkan ruang rapat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah waktu yang lama, petinggi perusahaan di ruang rapat masih ingat betapa suram dan menakutkannya ekspresi Theo saat itu.Tebersit rasa bimbang dalam tatapan Kayla dan reaksinya lambat, tetapi bukan karena takut pada bahaya tadi. Dia sedang menatap Theo, tetapi juga sepertinya tidak. Sesaat kemudian, dia baru menjawab, "Maaf."Kayla linglung, seperti jatuh dalam dunia batin yang tidak dapat dimasuki oleh orang lain, seolah-olah itulah dirinya yang sempurna, sedangkan Kayla yang sekarang hanyalah sebuah boneka.Theo menggenggam tangan Kayla dengan kuat sehingga membangunkan Kayla dari lamunannya.
Setelah selesai, Kayla berbaring di atas ranjang dengan lemas, masih tenggelam dalam kenikmatan hubungan intim. Melihat kemasan kondom di meja samping ranjang yang sudah dibuka, dia bertanya, "Kenapa bisa ada itu di kamarku?"Theo menggendongnya ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Suaranya penuh dengan kepuasan saat dia menjawab, "Untuk jaga-jaga."Kayla hanya bisa berendam di bak mandi karena tangannya tidak boleh terkena air. Theo meletakkan Kayla di atas wastafel, lalu pergi mengisi bak mandi dengan air.Kayla yang bosan pun membuka-buka laci wastafel, tetapi hanya membuka sedikit celah karena tidak benar-benar berniat untuk mengambil sesuatu. Tanpa sengaja, dia membuka sebuah laci dengan jarak sebesar telapak tangan dan melihat isinya ....Kotak biru itu sangat menonjol sehingga mata Kayla membelalak. "Kamu harus jaga-jaga di kamar mandi juga?"Saat bak mandi sudah terisi, Theo berjalan kembali. Dia tidak langsung menggendong Kayla ke bak mandi, melainkan memisahkan kedua kaki Kayl
Kayla menoleh pada Bella seraya bertanya, "Apa?""Aku akan beri umpan untuk menarik perhatianmu, lalu memberitahumu secara bertahap. Aku akan memberitahumu sebagian hari ini. Setelah kamu mengirim anakku ke luar negeri dan berhasil meminta profesor itu menjadi dokter penanggung jawabnya, aku akan memberitahumu lagi. Setelah aku sampai di luar negeri dan kehidupanku stabil, aku baru akan memberitahukan sisanya." Suara Bella santai, tetapi sangat meyakinkan. "Beginilah manusia. Kerabat dan teman pun nggak boleh sepenuhnya dipercaya. Lihat saja orang-orang yang ditipu ke Boreo Utara. Selain mereka yang memang serakah, semuanya ditipu oleh kenalan.""Dia adalah pelaku yang menabrak mati Bibi. Kalau dia nggak punya truf, apa yang bisa dia lakukan kalau kamu menyesal? Kalau dia benar-benar segila itu sampai membunuh orang yang nggak bersalah demi uang, dia sendiri bukan orang baik. Memangnya dia bisa berharap kamu akan mengampuninya begitu saja?"Kayla terdiam.Bella melanjutkan, "Ada panggi
Kayla terbengong sejenak.Theo langsung duduk di sebelah Kayla dan meletakkan lengannya di sandaran kursi Kayla. Itu adalah gerakan yang tidak terlalu berlebihan di acara formal, tetapi sangat posesif. "Apakah puluhan orang di Keluarga Mars nggak cukup untuk Pak Ferry perintahkan? Sekarang Pak Ferry mau ikut campur dalam urusan Keluarga Oliver?"Ferry tetap bersikap tenang. Dia bersandar di kursinya dan meletakkan tangannya di atas meja. "Kalau nggak salah ingat, Pak Theo dan Kayla sudah cerai. Jadi, aku nggak ikut campur dalam urusan Keluarga Oliver."Theo berujar, "Aku dan ...."Dia ingin mengatakan bahwa mereka sedang berpacaran, tetapi tiba-tiba ingat dia masih berada dalam masa percobaan dan belum menjadi pacar. Kayla juga tidak ingin mengungkapkan hubungan mereka secara umum.Jadi, ekspresi Theo menjadi lesu dan masam. "Kami sudah cerai, tapi aku nggak akan biarkan dia ditipu. Sekarang, aku sedang mengejar Kay ...."Di bawah meja, Kayla segera menarik celana Theo. Hari ini, Ferry
Sepulangnya ke Vila Aeris, Kayla masih memikirkan mengapa Ferry tiba-tiba memintanya untuk pergi ke luar negeri. Apakah terjadi perubahan besar di Keluarga Mars?Tidak heran Ferry tiba-tiba pindah ke Kota Bapura.Kayla sibuk memikirkan masalah Keluarga Mars sehingga lupa tentang luka Theo. Saat dia kembali sadar, Theo sudah pergi.Kayla terkejut.Theo tidak mengambil kesempatan untuk mengajukan permintaan? Ini sungguh tidak seperti gaya perilaku Theo.Saat Kayla hendak naik untuk mencari Theo, dia menerima panggilan telepon dari Davin. "Kayla, perusahaan kita mengadakan pesta perayaan untuk proyek Dunia Mesin Waktu malam ini. Kamu sempat nggak? Orang-orang di divisi proyek bilang sangat merindukanmu. Mereka pasti sangat senang kalau kamu bisa datang."Kayla hanya bekerja paruh waktu dan hanya menghabiskan waktu di perusahaan selama 4 jam. Karena waktu yang sedikit, Kayla segera bekerja setelah sampai di perusahaan dan tidak sempat untuk mengobrol. Oleh karena itu, mereka bukan merinduk
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng