Nathan sadar bahwa Kayla sudah menemukan sesuatu. Pria itu menurunkan kelopaknya dan membalas, "Nggak apa-apa. Hanya luka kecil. Istirahat dua hari juga sudah cukup.""Perban yang ada di dadamu sudah basah terkena darah. Kamu masih bilang ini adalah luka kecil?"Kayla membungkuk dan bermaksud untuk membuka selimut tipis yang ada di tubuh Nathan. Begitu tangannya menyentuh ujung selimut, Nathan langsung menahannya dan berbicara dengan tidak berdaya, "Kamu jangan begitu buas. Bagaimana kalau aku nggak pakai celana?""..." Telapak tangan pria itu terasa sangat panas. Suhu tubuhnya sudah tidak normal. Kayla lantas menarik tangannya dan menyentuh dahi pria itu. "Kamu demam! Sudah berapa lama perbanmu ini nggak diganti?"Atap gedung panas dan tidak ada pendingin ruangan. Di sana hanya terdapat sebuah kipas angin yang bertiup.Jangankan orang yang terluka, dia yang hanya berdiri selama beberapa menit di sana sudah tidak bisa menahan hawa panasnya.Nathan terlihat sangat lemah dan tidak bersem
"Untuk sementara seperti itu!" Kayla tidak melanjutkannya lagi. Nathan yang berada di situasi sekarang juga tidak tahan mendengarkan penjelasannya.Pria itu kelihatan sangat kelelahan ketika berbicara. Kalau Kayla terlambat satu detik, pria ini mungkin tidak akan tahan dan tewas di dalam mobilnya.Nathan kemudian menyingkirkan ekspresi tidak serius yang selalu muncul di wajahnya ketika berkata, "Kayla, kamu sama sekali nggak punya kepercayaan dengan hubungan ini."Karena tidak percaya hubungan ini bisa berlanjut sampai akhir, makanya wanita itu mengatakan sementara. Di dalam perkataannya kurang rasa kepemilikan.Gerakan Kayla yang sedang melepaskan sabuk pengaman pun berhenti sejenak. Dia sama sekali tidak merespon perkataan Nathan. Wanita itu turun dari mobil dan segera membuka pintu yang berada di sebelah kursi kemudi sambil berkata, "Aku akan memanggil pengawal untuk membantumu."Nathan batuk dan menggerakkan bibirnya dengan lemah. Pria itu kembali menggodanya dengan santai, "Kalau
Meskipun Kayla tidak percaya, begitu mendengar ucapan Theo, wanita itu jadi khawatir. Matanya pun memeriksa sekujur tubuh pria yang ada di hadapannya, "Apa kamu terluka?"Wajah Theo tidak menunjukkan begitu banyak emosi. Akan tetapi, matanya kelihatan tidak senang ketika berkata, "Di kantor aku sudah capek-capek kerja untuk keluargaku. Begitu pulang, aku melihat pacarku sedang menyuapi seorang pria. Bagaimana mungkin aku nggak terluka berat?"Kayla tidak punya kebiasaan aneh dengan memanfaatkan pria lain untuk membuat pacarnya cemburu. Tidak peduli apakah dia dan Theo pada akhirnya akan berakhir bersama atau tidak, dia tidak ingin terjadi kesalahpahaman di antara mereka gara-gara hal ini.Kayla lantas segera menjelaskan, "Ketika dokter datang, dia sama sekali nggak membawa obat bius. Luka Nathan baru saja dibersihkan dan sekarang tangannya masih nggak ada tenaga ...."Nathan yang berada di samping pun berkata, "Benar! Mau diangkat juga nggak bisa."Theo terus memperhatikannya.Setelah
"Buk!"Suara yang sangat nyaring terdengar dari arah kamar Nathan.Kayla segera menoleh dan tidak menjawab Theo. Wanita itu langsung berbalik dan pergi ke kamar Nathan.Tadi sebelum dokter itu pergi, dia sudah berpesan bahwa Nathan harus dibawa ke rumah sakit jika panasnya tetap tidak reda.Theo menjulurkan tangannya untuk menahan wanita itu. Hanya saja, Kayla berlari sangat cepat. Ketika pria itu mengangkat tangannya, Kayla sudah berada di jarak yang tidak bisa diraih olehnya.Mata pria itu terus menatap Kayla seperti ingin menariknya kembali dan akan melemparkan Nathan keluar. Akan tetapi, akal sehatnya mencegahnya.Melihat Nathan yang sepertinya sudah sekarat, Kayla pasti akan membencinya seumur hidupnya.Theo lantas tersenyum dingin dan menggerakkan kakinya mengikuti wanita itu.Pintu kamarnya tidak ditutup. Nathan masih bersandar di ranjang seperti sebelumnya. Pundaknya merosot turun dan pria itu seperti setengah memejamkan matanya. Gayanya terlihat seperti sangat malas.Makananny
Akan sangat aneh kalau Kayla benar-benar mengikuti perintah Theo. Wanita itu bukan hanya pergi, dia juga menutup pintu kamar.Karena ada begitu banyak kondom di dalam laci lemari kamar utama, malam ini Kayla tidak akan ikut campur pada urusan mereka. Teknik Theo juga buruk sekali.Kalau dia mengingatnya kembali, di dalam benaknya hanya ada rasa sakit.Melihat wanita yang kabur lebih cepat dari kelinci itu, wajah Theo sudah berubah menjadi sangat masam.Nathan mengangkat dagunya dan menunjuk ke arah pintu sambil berkata, "Dia sudah mengatakan maksudnya dengan jelas, bukan? Dia nggak mau kembali ke kamar utama."Theo melihatnya dari posisi yang lebih tinggi. Matanya kelihatan jijik ketika mengatakan, "Kalau kamu cemburu, katakan saja! Sekarang, Kay adalah pacarku. Apa kamu kira borgol ini bisa menghalangi kebersamaanku dan dia?"Suasana hati Nathan juga terlihat baik ketika mengatakan, "Benar! Aku memang sedikit cemburu. Makanya, demi hatiku yang terluka dan kesehatanku, malam ini kamu a
Di rumah sakit.Sebelum naik ke lantai atas, Kayla membeli nasi kotak yang ada di lantai bawah.Para wartawan masih berada di kamar pasien dan belum meninggalkan tempat itu.Begitu Kayla masuk, Yovita langsung melihat ke arah pintu dan setelah yakin bahwa Kayla datang sendirian, wanita itu pun mengalihkan tatapannya, lalu berkata, "Key, aku nggak menyangka sudah semalam ini kamu masih datang untuk menjengukku. Kenapa kamu sendirian saja? Tempat ini sangat terpencil. Bagaimana kalau ada bahaya?"Orang-orang yang tidak tahu akan mengira bahwa mereka adalah sahabat setelah mendengar perkataan Yovita."Bukan! Dia ada di parkiran mobil lantai bawah." Kayla lantas mengeluarkan kotak makanan berwarna putih yang kelihatan sangat murahan. Bisa ditebak bahwa makanan ini dibeli dari kedai kotor yang ada di bawah sana. "Bukankah kamu lapar? Aku datang untuk menyuapimu makan. Ayo! Aku suapi."Kayla tersenyum sambil menyendok makanan dan mendekatkannya ke bibir Yovita.Lauknya kelihatan tidak segar
Di perjalanan pulang, Kayla duduk sendirian di warung yang ada di pinggir jalan dan makan sate. Dia sebenarnya sama sekali tidak merasa penasaran mengenai siapa ayahnya. Bagaimanapun juga, sejak kecil Kayla sudah menganggap Martin sebagai ayahnya.Andaikan saja dia tahu bahwa dia memiliki ayah kandung ketika sang ibu baru meninggal dunia, Kayla mungkin masih bisa memiliki harapan. Akan tetapi, sekarang ....Kayla sudah melewati usia ketika dia masih membutuhkannya.Lalu karena perkataan Yovita, sekarang di dalam benak Kayla terus muncul wajah Ferry.Jujur saja, Kayla tidak merasa mereka memiliki wajah yang sama. Hanya saja, wajah Kayla memang persis dengan wajah ibunya. Dulu orang-orang di sekitar selalu mengatakan bahwa mereka seperti pinang yang dibelah dua.Sebuah cahaya putih menyilaukan muncul dari langit hitam dan biru. Setelah itu, terdengar suara guntur.Ketika Kayla masih kecil, dia takut pada petir. Pada saat itu, ibunya masih hidup. Ketakutan kecilnya selalu dilebih-lebihkan
Di dalam mobil sangat sempit dan Kayla sedang berada di dalam pelukan Theo. Tangannya menyentuh baju Theo yang basah. Hidungnya bisa mencium aroma hujan.Padahal mereka sama sekali tidak melakukan apa pun, tapi di udara seperti ada sesuatu yang menyebabkan hati mereka berdua jadi berdebar-debar. Suhu di dalam mobil juga semakin lama semakin panas.Pria itu pun melonggarkan pegangannya di pinggang Kayla. Dia menunduk dan ingin mengecup bibir wanita itu.Kayla mengangkat tangannya dan meletakkannya di antara mereka berdua. Bibir Theo pun mengenai telapak tangan wanita itu.Kayla memalingkan wajahnya dan memberi isyarat ke arah luar, "Hujannya sudah berhenti."Theo, "...""Di rumah masih ada orang yang sudah sekarat. Sebelum keluar, kamu juga bertarung dengannya. Apa kamu nggak takut besok ketika kita pulang, tubuhnya sudah kaku?"Perkataannya ini jelas hanyalah sebuah alasan.Bahkan bisa dikatakan sebagai alasan yang terlalu dibuat-buat.Di rumah ada pengawal yang bisa memanggilkan dokte
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng