Evi memandang Kayla dengan kesal sambil berkata, "Coba pikirkan sudah berapa lama kamu nggak mengujungiku? Apa aku harus masuk rumah sakit biar bisa bertemu denganmu?""Bibi." Evi memegang tangan Kayla. Mendengar ucapan Evi yang seolah-olah sedang memarahinya, tetapi disertai dengan kasih sayang, hatinya pun bergejolak. Seketika, matanya memerah. "Akhir-akhir ini terlalu sibuk, maaf.""Sekarang kamu nggak mau memanggilku ibu lagi?""Bukan begitu, hanya saja aku dan Theo sudah bercerai. Kalau aku memanggilmu ibu di acara seperti ini, orang lain akan salah paham." Kayla menggenggam tangan Evi. "Panggilan bukanlah apa-apa. Di hatiku, aku selalu menganggapmu sebagai ibuku.""Kalau begitu biar dia yang panggil bibi, kamu panggil ibu saja. Siapa suruh dia nggak tahu cara menghargaimu, cih!" Sembari berbicara, Evi tersadar dari kegembiraannya. "Kamu datang bersama siapa?"Panggilan sudah berubah, jangan-jangan sudah punya pandamping baru?"Saat Kayla hendak menjawab, Yovita berjalan menghampi
Bukan Kayla yang menendangnya, kaki ini muncul dari belakang Kayla.Celana hitam dan sepatu kulit hitam ....Pelaku adalah seorang laki-laki.Jantung Kayla berdebar kencang. Begitu berbalik, dia melihat wajah familier yang asing.Familier karena dia sering melihat wajah ini di TV, asing karena dia baru pertama kali melihat wajah ini secara langsung.Kakak sepupu Yovita, Ryan Mars.Ryan melambaikan tangan ke hadapannya sambil tersenyum. "Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?"Kayla tersadar, lalu menggelengkan kepala. "Nggak. Mungkin karena baru pertama kali melihat secara langsung, agak kaget."Derick yang menjerit kesakitan diseret pergi. Namun, sebelum itu, Kayla menginjaknya.Bagaimanapun, ini adalah tempat umum dan teriakannya menarik perhatian banyak orang. Jadi, Kayla berjalan mendekat dan menginjak kakinya dengan sepatu hak tinggi. "Tuan Muda Derick, lain kali jangan lupa menyikat gigi sebelum keluar rumah."Melihat adegan ini, Ryan pun tersenyum. "Nona Kayla sungguh menarik. Yovi
Kamar di sini hanya dijadikan sebagai tempat beristirahat para tamu. Oleh karena itu, peredam suara di sini tidak sebaik peredam suara di hotel.Teriakan ini mengejutkan para tamu di lantai bawah.Pintu kamar yang tertutup tiba-tiba dibuka dari dalam. Seorang pria yang berpakaian tidak lengkap dan memiliki bekas cupang di leher bergegas keluar.Hanya tersisa satu kancing kemeja yang masih terkait sehingga tubuh bagian atasnya pun terbuka. Mulai dari dada sampai ke perutnya, semuanya terlihat jelas.Dia menginjak karpet dengan kaki telanjang dan berseru kuat, "Satpam, di mana satpam? Pergi ke mana mereka? Cepat datang ke sini!"Mendengar suara ini, para wartawan yang menunggu di dekat sini pun bergegas mendekat, lalu mengarahkan kamera ke arah orang itu dan mulai memotret.Cahaya kamera menyinari wajahnya. Karena takut wajahnya akan terpotret, dia pun menutup wajahnya. "Hentikan memotret. Kalau nggak, aku akan menuntut kalian dengan tuduhan memotret tanpa izin.""Ryan, dengar-dengar har
Mengapa orang yang datang adalah Ferry?Bukankah belakangan ini Ferry, paman keduanya, sedang sibuk menangani urusan luar negeri sehingga meminta ayahnya menangani urusan di Kota Bapura untuk sementara waktu?Sebelum dia menemukan jawaban dari pertanyaan ini, Ardian sudah menghampirinya. "Nona Yovita."Ardian melirik Kayla, lalu mengerutkan bibir tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Kayla mengangkat alis. Tepat ketika dia ingin mengatakan sesuatu, Ardian sudah mengalihkan pandangan dan melangkah ke kamar 1208.Wartawan sudah "diusir" oleh satpam dan para tamu sudah dipersilakan turun ke lantai pertama.Di sepanjang koridor, selain anggota yang dibawa Ardian, hanya tersisa Kayla, Yovita dan Derick yang berpakaian tidak lengkap.Ardian memasuki ruangan. Beberapa detik kemudian, Ryan yang berpakaian tidak lengkap pun dibawa keluar. Dia berjalan keluar dengan tragis. Melihat Derick yang berdiri di depan pintu dan bekas cupang di leher Derick, dia otomatis merasa mual.Tadi dia terjebak di t
Kayla berjalan di belakang Theo dan kebetulan melihat Ferry berjalan keluar dari jalur evakuasi. Ferry yang bertubuh tegap mengenakan pakaian kasual. Mata sipitnya setajam tatapan atasan, tetapi memancarkan cahaya belas kasih.Dia tidak didampingi oleh siapa pun. "Pak Theo ...."Setelah menyapa Theo, Ferry mengalihkan pandangannya ke Kayla. Dia mengangguk sambil berkata, "Nona Kayla, insiden ini terjadi karena Keluarga Mars gagal mendidik anak. Sebagai kompensasi, kamu boleh mengajukan permintaan apa pun."Dia ingin menyudahi masalah ini.Mata Kayla tertuju pada pergelangan tangan Ferry. "Kalau begitu bolehkah aku menanyakan suatu hal pada Pak Ferry?"Ferry menjawab, "Nona Kayla, silakan tanyakan."Sekelompok orang berjalan memasuki ruangan. Kayla mengeluarkan tasbih dari tasnya, benda ini sudah lama tidak disentuh sehingga warnanya menjadi lebih gelap."Saat aku terjebak masalah di Kota A, Bapak yang menyelamatkanku, 'kan?"Dia mengingat suara Ferry.Ferry menatap tasbih di tangan Kay
Keduanya berjalan menjauh. Theo tidak setuju, tetapi dia tidak bisa mengendalikan Kayla."Kayla, apa hubunganmu dengan Paman Ferry?" Yovita menatapnya dengan iri.Kayla bertanya, "Apa maksud Nona Yovita?""Paman Ferry sangat menyayangi Kak Ryan dan nggak pernah memukulnya. Tapi hari ini Paman memulnya demi kamu, bahkan memberimu cara menghubunginya. Aku nggak percaya kalian nggak memiliki hubungan apa pun.""Yovita, apa kamu nggak pernah berpikir Ryan pantas dipukuli karena sifatnya yang berengsek? Aku malah penasaran, cara apa yang kamu gunakan agar si berengsek Ryan itu nggak mengadu?"Ryan dipukuli hingga menangis dan merintih kesakitan, tetapi dia tidak melibatkan Yovita.Sepertinya hubungan mereka tidak sedalam itu.Wajah Yovita memucat. "Kamu tahu?""Kalau nggak, bagaimana mungkin aku bertukar kamar dengan Tuan Muda Derick?"Ketika menginjak Derick, Kayla memanfaatkan kesempatan itu untuk mengganti kartu kamar di sakunya.Kayla memandangnya dengan sinis. "Aku bukan hanya mengetah
Theo kaget hingga hampir melepaskan Kayla. Ketika dia tersadar dan hendak mengencangkan tangannya, Kayla sudah menempel di bagian bawah perutnya.Tubuhnya menegang, dia berkata dengan suara serak, "Kayla, kamu tahu apa yang kamu ucapkan?"Awalnya, Theo mengira Kayla bersikap seperti ini karena mabuk.Sejak menikah, Theo selalu merawatnya setiap dia mabuk. Theo paling memahami seburuk apa kemampuannya dalam meminum alkohol.Theo hendak menyudahi hal ini, tetapi Kayla yang berbaring lemas di pelukannya malah menganggukkan kepala sambil mengiakan dengan kuat. "Ya."Bukan hanya begitu, dia bahkan menggesekkan kepalanya. Mungkin karena merasa tidak nyaman, dia hendak mengangkat tangannya untuk menekan tubuh Theo.Theo menghentikan tangannya, lalu menggertakkan gigi dengan kesal. "Bukannya mau putus hubungan denganku? Kenapa tiba-tiba ingin baikan denganku?"Meskipun mabuk berat, Kayla masih bisa membantah. "Bukan baikan, aku mau membantumu mengobati penyakitmu untuk membalas kebaikanmu."Th
Setelah berkata demikian, seluruh rasa sakit yang menyayat hati Theo pun menghilang.Kayla tersadar dari pengaruh alkohol. Dia tiba-tiba duduk dan menatap tubuhnya.Meskipun sebagian besar bajunya sudah terbuka, celananya masih utuh.Kemudian, dia melirik Theo. Theo tampak seperti binatang buas yang hendak menerkam manusia."Lalu, apa yang kamu lakukan selama setengah jam ini?"Akhirnya, dia memberanikan diri untuk membalas budi pada Theo. Ketika mengetahui Theo memiliki kendala dalam hal seperti ini, dia agak mengasihani Theo. Namun, dia tidak mungkin melajang sampai tua karena alasan ini, bukan?Meskipun Theo bukan suami yang baik, dia adalah teman tidur yang menawan. Baik dalam hal fisik maupun paras, dia sangat menarik.Jadi, Kayla tidak rugi.Karena takut dirinya melarikan diri, dia menghabiskan sebotol anggur. Namun, setelah melakukan persiapan penuh, semuanya malah berakhir sia-sia.Theo berkata, "Menciummu."Kayla menyentuh wajahnya yang panas sambil berkata dengan malu dan kes
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng