Kayla terdiam. Davin menunggu balasannya dengan tenang.Dia jarang menunjukkan sikap keras kepala seperti ini. Sebelumnya dia berencana untuk mengejar Kayla setelah proyek Dunia Mesin Waktu dilangsungkan, tetapi belakangan ini suatu firasat buruk terus menghantuinya. Dia merasa kalau dia tidak bertindak, kejadian tiga tahun yang lalu akan terulang, Kayla akan menjadi milik orang lain.Kayla menolak. "Sebaiknya jangan."Setelah mematikan ponselnya. Dia menatap kesunyian di depannya selama beberapa saat, lalu lanjut membereskan barang.Setelah meninggalkan Studio Yunox, Nathan langsung berkendara pulang ke rumah tua.Orang yang menelepon adalah Kelly. Kelly menyampaikan bahwa ibu mereka mendengar rumor Nathan menyukai wanita yang sudah menikah. Alhasil, sekarang dia marah besar.Nathan berkata, "Diam kamu. Nggak ada wanita yang sudah menikah, jangan asal ngomong di depan Ibu. Tunggu aku pulang."Kedua orang tua Nathan tinggal di rumah tua milik Keluarga Lianto. Begitu membuka pintu, Nath
Tak lama setelah Kayla berdiri di depan pintu, manajer Vetro menyambutnya sambil berkata dengan penuh semangat, "Nyonya Kayla, cepat ikut aku. Pak Theo sudah nggak sanggup."Kayla otomatis bertanya dengan kebingungan, "Dia sudah mau mati?"Manajer itu tercengang.Sesampai di ruang pribadi, Kayla baru memahami maksud "tidak sanggup" yang diucapkan oleh manajer itu.Theo terbaring di atas meja yang dipenuhi dengan botol bir kosong. Ada bir yang masih mengalir di atasnya, keadaan di dalam ruangan sangat kacau. Namun, dia sama sekali tidak merasa jijik. Mantelnya tergeletak di sofa dan dia hanya mengenakan kemeja tipis dengan lengan yang digulung ke atas siku. Beberapa kancing di kerah terbuka hingga dadanya yang lapang pun terlihat.Dia memegang gelas dengan ekspresi datar. Pandangannya kabur, tetapi dia memaksakan diri untuk tetap terjaga.Karena Kayla jarang minum, dia tidak menyadari ada yang aneh dengan Theo, dia bahkan merasa Theo baik-baik saja, setidaknya jika dibandingkan dengan o
Sepertinya Nathan enggan pergi ke rumah sakit. Mendengar ajakan Kayla, dia pun mengerutkan kening. "Hanya cedera luar, dibiarkan beberapa hari saja sembuh, nggak usah pergi ke rumah sakit."Ketika mereka sampai di depan lift, Lusi dan temannya memapah Theo keluar. Melihat Kayla, Lusi pun mendengus dingin sambil memalingkan wajah.'Bisa-bisanya langsung berpacaran dengan pria lain setelah bercerai, sungguh nggak tahu malu. Dia pasti sengaja ingin membuat Pak Theo cemburu.'Menghadapi sikap Lusi, Kayla pun merasa aneh. 'Dia nggak tenggelam saat melompat ke sungai, tapi otaknya kemasukan air?'Dua kelompok orang itu memasuki lift, Kayla menekan tombol lantai pertama.Lusi ingin langsung memesan kamar di atas, tetapi ayahnya mengatakan bahwa pria tidak menyukai wanita yang terlalu terbuka. Sekalipun mereka tidak berbuat apa-apa, citranya akan rusak kalau berduaan di dalam hotel bersama pria.Hanya saja, dia kesal dengan Kayla. Dia tidak mengusir mereka secara langsung karena Nathan tidak t
Semua ini terjadi dalam sekejap. Baik Kayla maupun Nathan, tidak ada yang sempat bereaksi.Theo membuka mata dan menatap Kayla, wajah kaget Kayla masuk ke dalam pandangannya. Bulu mata Kayla yang lentik tidak sengaja menyentuh wajahnya. Sentuhan ini agak geli dan memicu gairahnya.Dia mengerahkan tenaga untuk mendekatkan Kayla, lalu mengatupkan bibirnya. Seketika, ciuman ganas itu menghangatkan udara dingin di bangsal."Berengsek!" Nathan meraih lengan Kayla, lalu menariknya menjauh dari ranjang Theo. Kemudian, Nathan menggunakan tangan lainnya untuk meraih kerah Theo dan langsung mengangkat Theo yang sedang berbaring di atas kasur. "Sialan kamu ...."Dia sangat marah hingga langsung mengumpat. Dia memelototi Theo untuk cukup lama sebelum melontarkan sebuah pertanyaan. "Apa kamu menjulurkan lidahmu?"Karena dia meraih kerah Theo, separuh tubuh Theo tergantung di udara. Namun, Theo tidak melawan dan hanya menatapnya dengan cuek, Theo tampak sangat mabuk dan tidak mengetahui apa yang ter
Kayla kembali dengan membawa sarapan. Saat ini, suasana di bangsal sangat mencekam. Theo dan Nathan sama-sama memampangkan ekspresi galak dan saling menatap, seolah-olah perkelahian akan terjadi kapan saja.Dia baru pergi setengah jam, kenapa dua pria ini berselisih lagi?Kemunculannya seperti batu yang dilempar ke danau yang tenang. Seketika, kedamaian di permukaan lenyap dan digantikan oleh ombak besar.Theo menatap Kayla dengan dingin, lalu bangkit dan berjalan ke arah pintu.Pakaiannya masih sama seperti kemarin. Setelah berlalu satu malam, bajunya yang kusut terlihat seperti baru dipungut dari tong sampah, terutama di bagian kerahnya. Selain itu, terdapat lebam di bagian leher yang dicengkeram oleh Nathan.Ketika melewati Kayla, dia berkata dengan nada dingin, "Kayla, kalian sungguh mesra."Suaranya sangat pelan, seolah-olah dilapisi dengan kabut es.Bisa-bisanya Kayla membahas soal kesanggupannya di atas ranjang, lain kali Kayla mungkin akan membandingkan siapa yang lebih hebat?
Malam hari, Carlos menelepon Theo, tetapi panggilan tidak tersambung. Dia bertanya pada Axel dan Axel mengatakan bahwa Theo tidak berada di kantor, jadi dia tahu Theo pasti ditolak oleh Kayla lagi.Dia langsung berkendara ke Vila Aeris. Pembantu yang membukakan pintu berkata, "Pak Theo berada di ruang kerja lantai dua."Dia mengucapkan terima kasih, lalu bergegas ke atas dengan lincah.Pintu ruang kerja tidak terkunci, dia mengetuk pintu dengan sopan.Terdengar suara dingin Theo dari dalam. "Nggak mau makan, turun."Carlos tidak peduli apakah Theo ingin makan, dia langsung membuka pintu dan masuk.Tindakan semena-mena ini membuat Theo yang makin kesal. Dia hendak melampiaskan amarahnya, tetapi ketika melihat orang yang masuk adalah Carlos, dia pun mengurungkan niatnya dan bertanya dengan santai, "Kenapa datang ke sini?"Carlos menjawab, "Mengantarkan hadiah."Theo melihat kantong kresek yang dibawa Carlos sambil bertanya dengan lesu, "Apa itu?"Ini adalah pertama kalinya Carlos membawa
Kayla hendak mencuci kentang yang sudah dikupas. Tak disangka, lantai berminyak dan sepertinya sandal yang dia pakaian bukan sandal anti slip sehingga dia pun tergelincir.Sebelum jatuh, dia sudah menjatuhkan piring-piring di atas meja sehingga menimbulkan suara nyaring.Davin segera memapahnya. Namun, karena terlalu lama berjongkok, kakinya kesemutan. Dia bukan hanya tidak berhasil memapah Kayla, dirinya juga jatuh. Pada akhirnya, dia terpaksa membiarkan dirinya menjadi bantal agar Kayla tidak terbentur.Meskipun Davin berada di bawah, tubuh pria yang sering berolahraga itu sangat kencang. Tubuhnya tidak lebih empuk daripada ubin di lantai.Kayla linglung dan pusing, dia tidak tahu apa yang terjadi.Selain tidak tahu bahwa wajahnya menempel di perut Davin, dia juga tidak tahu ada sekelompok orang yang berdiri di depan pintu dapur.Dia mengerutkan keningnya sambil menggelengkan kepala untuk menghilangkan rasa pusingnya. Gerakannya tidak kuat, tetapi terlihat seperti sedang ... menggese
Davin pasti tidak akan membiarkan Theo mengobati lukanya, apalagi sekarang mereka bermusuhan. Dia khawatir setelah Theo mengobati lukanya, dia malah harus berbaring di rumah sakit.Namun, Theo pun tidak akan membiarkan Kayla mengobati luka Davin.Mata keduanya sangat tajam, tetapi mereka tetap duduk di posisi semula dengan anggun dan bermartabat.Kayla berpura-pura tidak melihat aura permusuhan di antara mereka. Setelah selesai makan dan membantu ibu Davin mencuci piring, dia langsung berpamitan. "Bibi, sore nanti aku masih harus bekerja, aku pergi dulu."Karena dia berencana untuk bekerja ke museum, akhir-akhir ini dia sibuk memperbaiki barang antik yang sudah terlanjur dikerjakan."Hari Minggu pun harus kerja? Kamu giat sekali."Kayla tidak memberi penjelasan.Theo berdiri. "Aku akan mengantarmu."Pada dasarnya, dia datang ke sini demi Kayla. Karena Kayla sudah mau pergi, tentu saja dia tidak akan tinggal di sini.Davin bangkit dan berdiri di depannya. "Bukannya kamu mau mengobati lu
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng