Begitu pintu mobil ditutup, terdengar suara deru mobil, lalu mobil SUV besar itu bergegas pergi. Karena Kayla belum memakai sabuk pengaman, mobil tidak melaju kencang, tetapi cukup menggemparkan seisi hotel.Ketika Theo sampai di pintu, dia hanya bisa melihat cahaya lampu sein yang melintas di matanya.Dia memandang ke arah perginya mobil dengan tatapan suram. Dia mengatupkan bibirnya dan sudut bibirnya pun melengkung ke bawah.Seorang pelayan memapah Raline keluar. "Nona Raline, aku pergi mengendarai mobil dulu. Mohon tunggu sebentar.""Oke." Dia berdiri bersebelahan dengan Theo. Karena kakinya sakit, dia harus bersandar pada kusen pintu untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Dia sudah mengganti sepatu hak tinggi yang dipakai sebelumnya dengan sandal hotel sehingga pergelangan kakinya yang bengkak terlihat makin jelas.Theo melirik Raline sekilas dan bibir tipisnya pun bergerak.Melihat tatapan Theo, Raline tahu bahwa Theo ingin mengatakan sesuatu. Jadi, dia pun berkata dengan pe
Nathan sudah memeriksa latar belakang Theo ketika berada di acara pelelangan tadi. Nathan tidak melihat adanya berita soal pernikahannya dengan Kayla, tetapi malah melihat skandalnya dengan wanita lain.Jadi, pria ini pasti bukan pria baik-baik!Apalagi mereka akan segera bercerai. Bisa dibilang tindakannya sekarang sangat mengganggu.Memikirkan hal ini, Nathan pun menjadi percaya diri. Dia menempelkan lidahnya ke pipinya, lalu memiringkan badannya sambil berkata dengan nada sinis, "Apa kamu nggak lihat sekarang dia bahkan nggak mau berbicara denganmu? Bagaimanapun kamu adalah tuan muda kaya yang bermoral, tolong sadar diri, oke?"Mata Theo dipenuhi dengan cahaya suram yang dapat membelah hati orang. "Kamu pikir kamu ini siapa? Apa kamu berhak mencampuri urusanku dengannya?"Suara yang keluar dari tenggorokannya sangat berat dan setiap kata diucapkan dengan jelas. Dari luar, jelas-jelas dia mengenakan seragam kantoran dan tampak seperti tuan muda kaya yang dapat dibantai dengan satu ta
Theo membuka matanya. Asap berwarna putih kebiruan pun mengepul di antara bibir dan hidungnya. Lampu di ruang tamu tidak dihidupkan, hanya ada cahaya dari lampu jalan yang masuk melalui jendela dan terpantul ke langit-langit. Asap yang menyelimuti kegelapan membuat penglihatannya menjadi kabur.Dia menelan seteguk air liur, lalu melontarkan suatu kata. "Ya."Setelah menutup telepon, Axel segera mengirimkan artikel itu.Di tengah kegelapan, cahaya yang dipantulkan dari ponsel agak silau. Namun, Theo malas menyalakan lampu, jadi dia langsung melihat. Sekalipun rumahnya sudah dilengkapi dengan teknologi pintar dan dia hanya perlu membuka aplikasi untuk menyalakan lampu, dia tetap perlu keluar dari aplikasi WhatsApp dulu.Seperti yang diduga, adegan Kayla memukul Raline muncul. Namun, hanya ada foto dia mengangkat tangan, tidak ada kelanjutan. Setiap baris dari artikel sedang membela Raline dan menuduh Kayla sombong, bahkan ada yang mengungkit soal Theo dan Kayla pergi ke hotel dulu untuk
Menghadapi pertanyaan Kayla, pengawal itu bahkan tidak berkedip dan tetap terlihat dingin seperti sebelumnya. "Berdasarkan perintah yang kami terima, kami diminta untuk melindungi Anda."Melindungi?Kayla tidak percaya Theo sebaik itu!"Aku nggak butuh dilindungi oleh siapa pun. Pulanglah ke rumah kalian masing-masing, jangan berdiri di depan rumahku."Sembari berbicara, dia melihat ada tetangga yang membuka pintu untuk mengecek situasi.Namun, pengawal itu tetap berdiri tegak dan nada bicaranya seperti robot yang tidak memiliki emosi. "Pak Theo bilang kalau Anda tidak menginginkan kami, dia bisa datang sendiri."Kayla tercengang.Mendengar ucapan ini, nafsu makannya langsung hilang!Dia membanting pintu dengan kuat. Terdengar suara "buk" dan dinding rumah pun bergetar.Kayla mengeluarkan ponselnya dari tas untuk menelepon Theo. Begitu Theo menjawab, dia langsung melampiaskan semua amarahnya."Theo, suruh orangmu pergi!""Mereka berada di sana untuk melindungimu." Sepertinya Theo baru
Setelah meninggalkan apartemen Kayla, Nathan langsung pergi ke rumah sakit untuk membalut lukanya. Namun, melihat tatapan Kayla, dia langsung menggelengkan kepalanya. "Belum.""Lepaskan maskermu, biar kulihat lukamu."Nathan melihat sekeliling dan banyak orang yang berlalu lalang di depan pintu apartemen. "Di sini? Bagaimana kalau kita pindah tempat?"Ada dua pengawal yang dipekerjakan Theo di belakang Kayla. Kalau mereka melihat luka Nathan, bukankah berarti Nathan memperlihatkan kelemahannya di depan saingannya?"Aku nggak menyuruhmu melepas pakaian, untuk apa pindah tempat? Apa perlu aku menyewakan hotel untukmu?""Bukannya begitu ...."Kayla malas berbasa-basi dengan Nathan dan langsung mengulurkan tangan untuk melepaskan maskernya. Nathan langsung bereaksi ketika Kayla hendak menyentuhnya, tetapi detik berikutnya, dia otomatis meletakkan tangannya.Dia adalah pria yang kasar. Bagaimana kalau dia terlalu kuat dan tidak sengaja mematahkan tangan Kayla?Setelah melepas masker, luka d
Theo menunduk untuk menatap Kayla. Dia mengerutkan keningnya. Meskipun dia bersandar di pelukan Theo, matanya tertuju pada Nathan.Dari sudut pandang Theo, mata Kayla dipenuhi dengan sosok pria di hadapannya itu.Tangan Theo turun dari bahunya dan mendarat di pinggangnya. Theo mengencangkan jari-jari dengan kasar untuk mengalihkan perhatiannya.Mata Theo diselimuti dengan cahaya gelap. "Ayo pergi."Dafa sangat pandai menilai situasi, dia menghentikan mobil di samping mereka. Theo hanya perlu mengulurkan tangan untuk membuka pintu mobil."Nggak ...."Sebelum Kayla menolak, Theo sudah membawa Kayla masuk ke dalam mobil secara paksa.Ekspresi Nathan berubah muram. Dia ingin menghentikan Theo, tetapi aksinya dihentikan oleh pengawal yang berada di sisi kiri dan kanannya.Dalam sekejap, Theo sudah memasukkan Kayla ke dalam mobil. Begitu pintu mobil ditutup, mobil langsung dinyalakan dan melaju meninggalkan rumah sakit dengan kecepatan tinggi.Di dalam mobil bukan hanya ada Dafa, tetapi juga
Theo menundukkan kepalanya hingga wajah tampannya mendekati Kayla. Hidungnya mancung, baik dari bentuk maupun warna, bibirnya tampak sangat sempurna.Menghadapi situasi seperti ini, jantung Kayla tiba-tiba berdetak kencang. Dia meletakkan tangannya di dada Theo sambil bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Mengejutkan sekali!Karena keduanya sangat dekat, Theo merendahkan suaranya ketika berbicara. Ekspresinya sedingin biasanya, tetapi kalau didengarkan dengan cermat, terdengar senyuman tipis di suaranya. Namun, hal itu tidak dapat menutupi aura dinginnya. "Karena nggak ada harapan dengan Davin, kamu beralih ke Nathan?"Napasnya mendarat ke bibir Kayla. Kayla mendongak untuk menjauhkan diri darinya, tetapi bagian kepalanya sudah menempel di pintu sehingga membuatnya tidak bisa menghindar."Bukannya kamu ingin diobati? Pergilah berbaring ke sana."Dia menunjuk ke arah sofa, lalu mendorong Theo yang hampir menempel ke tubuhnya.Posisi ini terlalu berbahaya dan mudah memicu kecelakaan. Meskip
Theo melepaskan Kayla dan Kayla pun memelototinya dengan galak. Masih terlihat bekas ciuman yang brutal di leher Theo ....Kalau sekarang dia memiliki pisau, dia mungkin akan langsung menusuk Theo. Dia sama sekali tidak tampak ketakutan.Theo tidak menjawab, matanya tertuju pada tangan Davin .... Tadi Davin menggunakan sidik jari untuk membuka pintu.Sebagai tuan muda dari keluarga terhormat, kecerdasan emosional adalah pelajaran paling mendasar. Selain itu, kecerdasan emosional yang harus mereka kuasai adalah kemampuan menilai situasi. Meskipun Theo tidak berbicara, Davin langsung memahami maksudnya."Maaf, kemarin terlalu terburu-buru, belum sempat dihapus."Ini memang adalah kelalaiannya. Davin membuka pintu, lalu mengklik layar untuk menghapus sidik jarinya dari sistem.Sikap Theo sangat dingin, dia bahkan tidak mempersilakan Davin untuk masuk. Dia hanya berdiri di pintu masuk dan berkata dengan ekspresi mengusir tamu. "Sudah larut malam, ada urusan apa?""Kebetulan lewat dan mende
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng