Kayla agak tertegun. Namun, setelah melihat sepatu flat di dalam kotak, dia menyadari apa yang ingin dilakukan oleh Theo.Dalam sekejap, pergelangan kakinya sudah dipegang oleh Theo ....Suhu tangan Theo agak tinggi. Dia bahkan bisa merasakan sentuhan Theo melalui lapisan celananya. Kayla menggerakkan kakinya dengan canggung sambil berkata dengan pelan, "Biar aku saja."Biasanya, adegan yang muncul dalam drama ini membuat tokoh utama kaget hingga menganga. Namun, ketika terjadi di dunia nyata, dia malah merasa canggung, apalagi ada dua orang yang sedang menatapnya. Dia sungguh ingin mengurung Theo di dalam vila!Melihat cahaya iri di mata mereka, mereka pasti merasa adegan ini sangat romantis!Kayla harus mengakui bahwa dialah yang aneh. Pasti karena orang yang berbuat seperti ini adalah Theo, Kayla merasa canggung karena Theo bukan tipe pria yang akan melakukan hal romantis seperti ini.Theo menunduk. Dari sudut pandang Kayla, selain bisa melihat bulu matanya yang panjang dan tebal, K
Awalnya Kayla masih ingin melihat setebal apa wajah Martin sampai-sampai bisa beromong kosong seperti ini, tetapi pelayan malah membantunya membuka pintu. Ketiga orang di dalam sontak menoleh ke arahnya ....Kayla masuk sambil tersenyum dan duduk di samping Theo. Dia ingin duduk di tempat lain, tetapi hanya ada satu kursi kosong di dalam ruangan ini.Dia bertanya, "Apa yang kalian bicarakan."Theo berkata sambil tersenyum tipis, "Membicarakan betapa dekatnya kamu dengan adikmu, sejak kecil kamu sudah sangat menyayanginya."Theo sangat memahami situasi keluarga Kayla. Mulai dari kapan ibunya meninggal, kapan ibu tirinya menikah dengan ayahnya, kapan Martin menghukumnya karena Viola dan kapan dia tidak masuk kelas karena urusan keluarga.Kayla mendongak dan melihat Martin sedang menatapnya dengan gugup, seolah-olah ingin mewakilinya menjawab Theo."Ya, hubungan kita cukup dekat. Setelah bertahun-tahun, dia masih sehat walafiat," jawab Kayla dengan lembut.Martin merasa lega ketika menden
Ketika dia mendekat, Kayla pun tersadar. Matanya tertuju pada bibir Theo yang indah. Dia otomatis bersandar ke belakang, tetapi begitu dia bergerak, Theo sudah merangkul pinggangnya dan memeluknya. "Sepuluh menit."Kata-katanya ini sangat ambigu, tetapi Kayla paham.Kayla tidak asing dengan aroma tubuh Theo. Meskipun mereka tidak pernah melakukan interaksi mesra, mereka sering bertemu selama tiga tahun ini. Kayla bersandar di dadanya dan dapat mendengar detak jantungnya yang stabil.Dalam sekejap, ruangan menjadi hening.Saat ini, Kayla sama sekali tidak berniat untuk menjauhkan Theo. Mungkin karena perselisihan yang melelahkan tadi menguras banyak tenaganya.Dia merilekskan tubuhnya dan bersandar ke tubuh Theo dengan luwes. "Dia juga pernah memperlakukanku seperti ini."Mungkin karena sudah lama berlalu, Kayla perlu berpikir keras untuk mengingat kembali kenangan itu. Dia berbicara dengan sangat lambat, tetapi Theo tidak menyelanya, bahkan tidak menunjukkan sedikit pun ketidaksabaran.
Orang-orang yang menghadiri acara pelelangan ini berasal dari kalangan yang sama, mereka sering bertemu di acara seperti ini. Mendengar ucapan ini, seseorang langsung menjawab, "Benarkah? Kamu tahu dari mana?"Undangan perlu ditunjukkan di pintu masuk, Raline baru saja menaiki tangga."Undangannya jatuh saat dia turun dari mobil. Sekilas aku melihat kata 'Oliver'."Marga "Oliver" jarang ditemui. Dalam sekejap, orang terhormat yang muncul di benaknya adalah Theo."Mereka berdua pernah masuk berita. Saat penari itu jatuh, Pak Theo yang membawanya pergi. Sekarang melihatnya datang ke pelelangan dengan kartu undangan Pak Theo, mungkin mereka akan segera menyebarkan kabar baik."Wanita yang sedang mengobrol dengan Evi mengetahui bahwa Theo sudah menikah. Dia berkata dengan kesal, "Orang-orang ini asal ngomong saja. Ke mana perginya semua etika yang mereka pelajari sejak kecil?"Evi tersenyum ramah. Namun, sebenarnya dia sudah mengumpat Theo habis-habisan di dalam hati. Bisa-bisanya Theo mem
Kayla yang berbaik hati ingin menyatukan mereka pun tercengang.Dia membelalakkan matanya sambil menatap Evi yang berbohong dengan ekspresi datar. Sekarang, dia sungguh kebingungan.Kapan dia muntah?Jika dibandingkan dengan Raline yang tampak lemah dan sulit bernapas, dia sangat energik, bahkan terlihat seperti seekor sapi yang kuat. Bagaimana mungkin sakit?Namun, sebelum Kayla tersadar dari keterkejutannya, para wartawan sudah mengarahkan kamera ke wajahnya. Beberapa dari mereka sudah mendengar informasi ini, tetapi mereka tidak mengetahui kebenaran informasi ini karena Theo dan Kayla tidak pernah muncul bersama, apalagi memublikasikan hubungan secara resmi.Sekarang, Evi sendiri yang mengakui hubungan mereka, bagaimana mungkin salah?"Nyonya Oliver, apakah Anda tahu Nona Raline datang dengan kartu undangan suami Anda?""Apakah Nona Raline tahu Anda dan Pak Theo sudah menikah?"Karena tidak bisa memperoleh jawaban dari Theo, sebagian besar wartawan beralih ke Kayla. Mempermalukan se
Nathan Lianto mengira dirinya salah mengenali orang. Tadi dia hanya melihat sekilas ketika Kayla masuk dan tidak yakin bahwa orang itu adalah Kayla.Sekarang, dia yakin bahwa dirinya tidak salah mengenali orang. "Pantas saja kurasa mirip, ternyata memang kamu."Dia duduk di samping Kayla, lalu merentangkan kakinya dan duduk dengan gagah. "Apa kamu sudah melihat katalognya? Apa ada yang kamu suka? Biar kuhadiahkan padamu."Di atas setiap kursi, terdapat suatu katalog yang berisikan gambar barang-barang yang akan dilelang hari ini.Saat Kayla hendak menjawab, Theo berkata dengan nada dingin, "Sepertinya tempat duduk Pak Nathan nggak berada di sini." Kata-katanya sangat kasar.Saat ini, Nathan pun menyadari keberadaan Theo. Dia mengangkat alisnya sambil bertanya, "Kayla, ini siapa?"Kedua pria itu saling bertatapan.Yang satunya nakal dan berani, sedangkan yang lainnya dingin dan sombong.Mata Theo diselimuti dengan suatu cahaya. Dia mengulurkan tangannya untuk merangkul bahu Kayla dengan
Cahaya licik melintas di mata Kayla. Ujung matanya sedikit melengkung, lalu senyuman sinis pun muncul di wajahnya. Dia tampak seperti seekor rubah kecil yang mencuri sesuatu.Ketika teringat bahwa Kayla mengatakan dia tidak akan membiarkan Theo memiliki keduanya, Theo pun mengerutkan kening.Di tengah perseteruan mereka, juru lelang mulai melafalkan angka dengan penuh semangat.Kayla mengangkat papan nomornya lagi untuk menawar, dia seperti sedang menggoda kucing.Orang lain yang tertarik dengan gelang ini merasakan adanya api kecemburuan. Semuanya pun berhenti menawar karena tidak ingin menyinggung orang demi sebuah gelang.Raline menggertakkan giginya dan wajahnya memucat. Tentu saja, dia memahami niat Kayla. Dia tidak menawar lagi dan pada akhirnya Kayla memperoleh gelang itu.Di tengah acara, Kayla bangkit untuk meninggalkan area pelelangan.Kayla adalah seorang ahli restorasi barang antik yang sudah sering melihat perhiasan antik yang dipakai oleh orang-orang terkemuka di zaman ku
Begitu pintu mobil ditutup, terdengar suara deru mobil, lalu mobil SUV besar itu bergegas pergi. Karena Kayla belum memakai sabuk pengaman, mobil tidak melaju kencang, tetapi cukup menggemparkan seisi hotel.Ketika Theo sampai di pintu, dia hanya bisa melihat cahaya lampu sein yang melintas di matanya.Dia memandang ke arah perginya mobil dengan tatapan suram. Dia mengatupkan bibirnya dan sudut bibirnya pun melengkung ke bawah.Seorang pelayan memapah Raline keluar. "Nona Raline, aku pergi mengendarai mobil dulu. Mohon tunggu sebentar.""Oke." Dia berdiri bersebelahan dengan Theo. Karena kakinya sakit, dia harus bersandar pada kusen pintu untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Dia sudah mengganti sepatu hak tinggi yang dipakai sebelumnya dengan sandal hotel sehingga pergelangan kakinya yang bengkak terlihat makin jelas.Theo melirik Raline sekilas dan bibir tipisnya pun bergerak.Melihat tatapan Theo, Raline tahu bahwa Theo ingin mengatakan sesuatu. Jadi, dia pun berkata dengan pe
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng