Ketika Berlin duduk, Gisel dengan antusias membawakan kue-kue dan menyerahkannya kepada Berlin. "Boneka, berdiri di atas panggung begitu lama, pasti membuatmu sangat lapar. Makanlah kue-kue ini untuk mengganjal perutmu."Berlin adalah seorang gadis blasteran. Rambutnya pirang, matanya biru, kulitnya putih, dan hidungnya mancung. Sepasang matanya yang biru jernih tampak seperti danau yang indah, seakan bisa memuat seluruh bintang-bintang di langit.Bagi Gisel, gadis kecil seperti Berlin tidak ubahnya seperti boneka hidup. Gisel sangat menyukainya dan berharap bisa menjadi seperti Berlin, yang ramping dan cantik.Namun, Gisel dirawat dengan terlalu baik oleh bibi dan pamannya, sehingga dia menjadi makin gemuk. Sekarang, di usia dua belas tahun, tubuhnya belum terlihat tinggi. Gisel khawatir akan menjadi anak yang gemuk saat dewasa nanti.Memikirkan hal tersebut, tiba-tiba saja kue di tangan Gisel tidak lagi terasa enak. Dia pun menyerahkan semua kue itu kepada Berlin. "Mulai sekarang, ak
Pernikahan Andrew sudah benar-benar berakhir. Wina bersama kedua anaknya tinggal selama beberapa hari di rumah Keluarga Ivoron, lalu kembali ke negara asalnya.Segalanya kembali seperti biasa, kecuali ayah dan anak yang jarang berbicara itu, hari-hari berlalu dengan cukup lancar.George, Sam, dan Jeana sesekali datang menjenguk Gisel. Ketiga orang itu terhubung karena Gisel dan kebetulan seringkali bertemu. Akhirnya, mereka memutuskan datang berkelompok bersama-sama untuk menjenguk Gisel.Sam masih sama seperti sebelumnya. Dia suka bermain gim, mengoleksi emas, dan menjalani kehidupan santai seperti pemuda yang tidak punya ambisi. Meskipun begitu, dia mengelola perusahaan Alvin dan Vera dengan sangat baik.Untuk menghindari bolak-balik antar negara, Sam menggabungkan kedua perusahaan, di tempat di mana Vera dan Alvin pertama kali bertemu dan jatuh cinta. Perusahaan itu diberi nama "Perusahaan Arsitektur Alvin dan Vera". Selain itu, kisah cinta dua desainer top tersebut dijadikan pedoma
Setelah menguburkan Jeana, Wina dan Gisel pergi bersama untuk mengunjungi makam Vera. Ketika mereka tiba di depan makam untuk berdoa, hujan kecil mulai turun. Hujan itu tidak deras. Sementara itu, seorang pria yang menunggu di luar taman mengambil sebuah payung hitam. Dia mengurung Delwyn di dalam mobil dan seorang diri masuk ke makam untuk melindungi keduanya dengan payung.Delwyn bersandar dengan satu tangan bertumpu di tepi jendela mobil. Wajahnya yang mungil dan bersih terlihat penuh kemarahan. Jika ada kesempatan lagi untuk pergi ke makam, dia pasti akan berlari seperti kuda liar yang lepas dan menghilang tanpa jejak. Delwyn ingin melihat, apa yang akan dilakukan ayahnya kepadanya.Setelah berdoa untuk Vera dan Alvin, Wina juga pergi ke Parama guna berdoa untuk Lilia. Setiap tahun pada hari peringatan, Wina selalu datang untuk berdoa. Ketika Delwyn berusia dua tahun, Wina memintanya memanggil Lilia dengan sebutan "Ibu Angkat" di depan makam Lilia.Tahun ini, saat berusia lima tahu
Hari peringatan kematian Lilia baru saja lewat. Sekarang giliran peringatan kematian Zeno. Pasangan suami istri itu kembali membawa anak mereka menuju Britton.Mobil Lincoln hitam itu baru saja berhenti dan Delwyn melihat seekor rusa kecil muncul dari dalam hutan.Delwyn tidak tahu apakah karena ingin mengejar rusa itu, atau mencoba melarikan diri dari pengawasan Jihan. Saat para orang dewasa tidak memperhatikan, Delwyn membuka pintu mobil dan langsung berlari menuju hutan.Melihat hal tersebut, Wina buru-buru turun dari mobil dan mengejarnya. Jihan yang duduk di mobil hanya melambaikan tangan. Daris serta Alta bergegas turun dari mobil untuk mengikuti ibu dan anak itu.Jihan menatap jauh ke arah pemakaman. Setelah terdiam cukup lama, dia turun dari mobil, membuka bagasi, mengambil seikat bunga krisan, dan berjalan menuju makam Zeno. Kemudian, Jihan membungkuk dan meletakkan bunga di depan batu nisan."Zeno, aku kembali membawa anakku untuk menjengukmu."Setiap tahun, Jihan memulai den
Hari ini Jihan Lionel kembali dari luar negeri. Wina Septa, kekasih rahasia Jihan, langsung dibawa ke Rumah Mansion No. 8.Seperti yang disepakati sebelumnya, Wina harus membersihkan dirinya terlebih dahulu agar tidak ada aroma parfum maupun bedak kosmetik.Wina dengan ketat memenuhi semua kesukaan Jihan. Setelah membersihkan diri dan mengenakan piama sutra, Wina masuk ke kamar tidur di lantai dua.Jihan sedang duduk di depan komputer melakukan pekerjaannya. Tidak ada emosi yang terlihat dari matanya ketika dia melihat Wina masuk."Kemari."Nada suaranya juga terasa tidak ada emosi apa pun. Hal ini membuat Wina merasa sedikit menyedihkan.Jihan dikenal sebagai orang yang tidak banyak bicara dan bertemperamen tidak stabil. Karena takut dia marah, Wina tidak berani berlama-lama dan langsung berjalan menghampirinya.Sesampai di depan Jihan, pinggangnya langsung ditarik mendekat dan dagunya dicubit.Jihan menunduk dan mencium bibir merah Wina. Selanjutnya, Jihan membuka paksa giginya dan m
Setelah Jihan pergi, asisten pribadi Jihan, Daris Surya, masuk membawa obat.Daris menyerahkan obat itu sambil berkata dengan hormat kepada Wina, "Nona Wina, ini obatnya."Obat itu adalah obat pencegah kehamilan. Karena Jihan tidak mencintai Wina, tentu saja tidak akan mengizinkan Wina untuk punya anak.Setiap kali selesai bercinta, Jihan akan mengirim Daris untuk mengantarkan obat. Dia juga memerintah Daris untuk langsung melihat Wina meminum obat tersebut.Melihat obat itu, hati Wina terasa sakit lagi.Entah karena gagal jantung atau karena kekejaman Jihan, Wina merasa dadanya sesak hingga sulit bernapas."Nona Wina ...."Melihat Wina tidak merespons, Daris memanggil sekali lagi karena takut Wina akan menolak obat itu.Wina melirik Daris sejenak, lalu mengambil, memasukkan obat itu ke dalam mulut dan langsung ditelan tanpa minum air.Selanjutnya, Daris mengeluarkan sertifikat rumah dan cek dari tas. Diletakkannya kedua kertas itu di depan Wina."Nona Wina, ini adalah kompensasi yang
Sambil membawa koper, Wina pergi ke rumah teman baiknya, Sara Utari.Wina mengetuk pintu dengan pelan, lalu berdiri di samping dan menunggu dengan tenang.Wina dan Sara sama-sama yatim piatu. Mereka tumbuh bersama di panti asuhan, jadi hubungan mereka bisa dianggap seperti saudara.Ketika dijemput pergi oleh JIhan, Wina ingat Sara pernah bilang kepadanya, "Wina, kalau dia nggak menginginkanmu lagi, ingat untuk pulang ke sini."Perkataan itulah yang membuat Wina berani untuk tidak menginginkan rumah Jihan.Sara membuka pintu dengan cepat. Ketika melihat Wina yang datang, dia langsung tersenyum cerah."Wina, kenapa kamu ada di sini?"Wina mengencangkan cengkeramannya pada gagang koper, lalu berkata dengan sedikit malu, "Sara, aku ke sini untuk numpang di tempatmu."Ketika matanya tertuju ke koper Wina, senyuman Sara langsung menghilang dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Wina tersenyum, seakan-akan tidak terjadi apa-apa, lalu berkata, "Aku putus dengannya."Sara tertegun sejenak dan menata
"Apa? Apa?" tanya Vivi.Vivi seperti sudah mendengar sebuah rahasia besar. Dia menarik Yuna dengan penuh semangat dan bertanya, "Bukannya seseorang di Keluarga Lionel itu nggak tertarik pada wanita? Dia punya wanita pujaan hati? Lalu, wanita itu adalah CEO baru kita?"Yuna tersenyum sambil menepuk-nepuk tangan Vivi dan berkata, "Lihatlah dirimu, info seperti ini pun nggak tahu. Kelak gimana kamu bisa bertahan di kantor CEO?"Vivi dengan cepat menarik lengan baju Yuna dan berkata dengan manja, "Mohon bimbingannya, Kak Yuna!"Yuna merendahkan suaranya dan berkata, "Pak Jihan dan putrinya direktur utama kita sudah kenal sejak kecil. Menurut rumor lima tahun lalu, Pak Jihan melamar si putri ini. Tapi si putri menolaknya karena ingin melanjutkan studinya. Sejak itu, mereka berdua ada sedikit konflik. Mereka nggak saling kontak selama lima tahun. Begitu si putri kembali, Pak Jihan secara pribadi pergi ke bandara untuk menjemputnya. Hal ini cukup untuk menunjukkan bahwa Pak Jihan masih memil