Share

Fitnah

Penulis: Nadyra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 09:38:10

Sinta menjadi sibuk berurusan dengan polisi, dua hari berlalu ia diantar jemput oleh Biru sendiri. Kasus tersebut hanya menunggu putusan pengadilan, namun anehnya bukan Marsya yang ditahan namun sopirnya. Sinta sebenarnya tak tahu siapa yang ada di dalam mobil waktu itu, tapi ia yakin bahwa yang sedang menyetir di dalam mobil tersebut adalah wanita. Mungkin bukan Marsya tapi entahlah, semoga ada titik terang. Keadilan memang harua ditegakkan tapi ... sekarang uang bisa membelinya, sekalipun salah jika ada uang tetap akan dianggap benar.

***

"Anak itu emang susah dibilangin, baru kali ini dia nggak nurut apa kata tante," sungut wanita paruh baya, mondar-mandir di ruang rawat suaminya.

"Tante, aku punya ide," celetuk Sarah mengagetkan Mama Biru, padahal suaminya sedang tidur jadi Sarah cukup mengganggu.

"Sssstttt, jangan keras-keras dong, Sarah," protes Mama Biru.

"Ups, iya, Tante, aku lupa ..." Sarah menutup mulutnya, tersenyum kemudian melanjutkan ucapannya. "gimana kalo aku-" Sar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pacarku CEO yang Posesif   Bersikap Dewasa

    Biru benar-benar tidak mengerti dengan maksud Sinta yang tiba-tiba meminta putus lagi. "Kamu tuh kenapa coba?" Sinta tersenyum jengkel, ia menghela napas kasar. "Lepasin gue sekarang!" Biru tetap memeganggi Sinta, gadis itu hanya perlu didengarkan sekarang. Sinta menggeleng lemah, dia merasa lelah karena dipermainkan oleh Biru."Udah-mendingan lo sekarang pergi dari sini!" usir Sinta setengah berteriak. Para tetangga yang mendengar teriakan Sinta buru-buru mengintip dari jendela rumah mereka masing-masing, sangat rugi ada tontonan jika mereka melewatkannya begitu saja, ibu-ibu itu sedang senang karena ada bahan untuk besok. "Sayang ... kamu itu kenapa sebenernya, aku salah apa? kamu tanya aja siapa tahu aku bisa jelasin. Kamu pasti cuma salah paham," balas Biru menatap sendu kekasihnya. "Apa? cuma salah paham?" tanya Sinta kesal, ia menepis kedua tangan biru. Menatapnya dengan sorot ingin menghabisi. "Kamu itu kenapa, Sayang?" Biru meraih jemari Sinta."Lo sadar apa yang lo lak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • Pacarku CEO yang Posesif   Refreshing

    Biru meminum beberapa teguk minuman beralkohol yang ia beli dari minimarket, dia bingung mencari jalan keluar yang terbaik untuk hubungannya dengan Sinta. Dia sudah menghubungi Sinta berulang kali, menelepon dan mengiriminya pesan namun sejak tadi ia pulang, Sinta menonaktifkan ponselnya dan itu membuatnya dirinya semakin kesal juga frustasi. "Aaarrrgggghhhh! Shit!" makinya memukul kemudi. Biru akhirnya pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri, dia tidak pulang ke rumah memutuskan untuk bermalam di sana. ***Sinta terbangun di pagi hari, mengerjapkan matanya, melamun. "Apa gue putus beneran aja ya sama Langit?" batinnya berpikir keras. Hari ini hari minggu, rutinitas ketika hari minggu adalah bersih-bersih dan membantu ibunya, sedangkan adiknya, Riko akan membantu sebentar dan ia akan pergi entah kemana, pulang saat sudah sore. "Sin, bantuin ibu nyuci karpet sama bedcover ya ... buruan ibu tungguin!" teriak Ibunya dari belakang. Dengan malas Sinta bangun, ketika akan membu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Pacarku CEO yang Posesif   Berduaan

    Sinta mengedarkan pandang ke sekitar resort. Ada dua mobil yang terparkir di halaman luas tersebut, sungguh asri dan nyaman. Udaranya terasa sangat sejuk, berbagai macam pohon dari mulai kelapa sampai tanaman hias tertata rapi di seluruh area resort, membuat mata tak jemu memandang. "Silahkan, Non, lewat sini," tunjuk salah satu lelaki berbadan gempal. Dua lelaki lain berada di luar, tak ikut masuk, mungkin berjaga-jaga. Sinta melangkah masuk ke dalam bangunan kecil tersebut, berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya. Dirinya ingin bertanya namun sungkan pada lelaki tersebut karena baru kali ini bertemu dengannya. Ragu-ragu, setelah semenit berpikir akhirnya Sinta memberanikan diri untuk bertanya pada lelaki tersebut. "Pak," panggilnya lirih. "saya mau tanya." Mereka berhenti di depan meja resepsionis."Tolong berikan kamar untuk tamu tuan Biru," ucapnya pada wanita yang berdiri di balik meja resepsionis, wanita tersebut mengangguk dan tersenyum ramah. Sinta menatap

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Pacarku CEO yang Posesif   Roof Top

    Biru dan Sinta tertawa bersama, setelahnya diam sejenak, merasakan embusan angin yang menerpa, terasa sejuk dan menyegarkan. "Kamu kenapa bawa aku ke sini?" tanya Sinta menatap lelaki itu, tatapan yang berbeda, bukan benci. "yakin cuma gara-gara pengen aku aman dari cewek-cewek yang ngejar kamu?" cibirnya. "Iya, emang apa lagi?" ledek Biru, menatap Sinta lekat, mendekat perlahan sampai pipi Sinta memerah seperti udang rebus. "Ciyee ..." goda Biru jahil. "hayo kamu kira apa?" "Apaan sih, ngeres aja.""Eh, siapa yang mikir ke sana, hahaha ... berarti kamu yang lagi mikirin yang basah-basah, hahaha." Biru tertawa lepas. "Iih, enggak apaan, seenaknya aja ngomong," sanggah Sinta malu. Biru menjawil dagu kekasihnya, mecubit pipi, kemudian memencet hidungnya, menggelitiki pinggangnya, terus menjahili Sinta sampai gadis itu memohon ampun agar Biru berhenti. "Ampuuuun," pinta Sinta, menghadang tangan Biru yang akan menggelitiki pinggangnya. "Ampun doang, ampun siapa? Bilang yang mesra d

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Pacarku CEO yang Posesif   Gagal Masuk

    Kecupan singkat mendarat di bibir Sinta. Gadis itu melotot, tak percaya. Biru tersenyum, tapi tidak dengan Sinta, bukannya tersenyum ia malah refleks memukul kaki Biru yang sakit kemudian bangkit dan pergi meninggalkannya sendirian. Biru mengaduh juga tersenyum, berhasil menjahili kekasihnya, dia dengan tergesa memakai sepatunya dan mengejar Sinta yang menuruni tangga. "Honey, tunggu!" teriak Biru. Gadis itu mengabaikan Biru yang tergesa mengejarnya menuruni tangga. Sinta semakin tergesa, dia ingin segera beristirahat di pondoknya. Kakinya melangkah cepat berbelok ke kanan menuju bangunan pondok, sesekali menengok ke belakang memastikan Biru masih jauh, namun nyatanya Biru bisa mengejarnya. Sinta menaiki tangga kayu yang cukup banyak, cukup menguras tenaganya. Dari belakang Biru mengejarnya, lelaki itu berhasil meraih lengan Sinta ketika mereka sampai di halaman pondok. "Lepasin," ucap Sinta lirih, melotot ke arah biru, memintanya untuk melepaskan tangannya karena mereka berdua j

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Pacarku CEO yang Posesif   Surprise

    Biru melihat layar sebelum mengangkat telepon. Dia berdecak kesal tapi tetap mengangkat telepon tersebut."Kamu di mana sih, papa sakit begini kamu malah nggak peduli sama papa!" hardik wanita di seberang telepon. "Kenapa sih, Ma, marah-marah mulu, besok aku bakal jengukin papa lagi. Aku lagi di luar kota sekarang ... ada urusan penting.""Hah?! kamu di luar kota? Coba bilang kamu di mana, Biru?" "Bentar ya, Ma, aku mau meeting sama klien dulu," bohong Biru tentu saja. "Biru-Biru, nggak bisa gitu do-"Biru sudah memutus sambungan telepon, Mamanya di sana marah-marah. Papa Biru dan Sarah bertanya karena wanita itu terus mengoceh. "Kenapa sih, Ma?" "Itu anak kamu tuh-gak bisa dibilangin, nanti kalau mamanya darah tinggi terus mati, baru nyesel itu anak," gerutunya dongkol, menghentak-hentakkan kakinya di lantai. "Udahlah, Ma, lagian kamu itu sama anak laki-laki harusnya bisa lebih sabar lagi," balas Papanya lirih karena masih lemas. Sarah mengelus punggung wanita yang dianggapnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Pacarku CEO yang Posesif   Surprise

    Biru melepaskan tangannya karena permintaan kekasihnya. Ia tersenyum, walau cahaya remang karena disinari rembulan wajah tampannya masih terlihat jelas. Sinta langsung balik badan dan terkejut, antara tak percaya dan lega karena ternyata yang menutup matanya adalah Biru. Muka kagetnya tak luput dari pandangan Biru, walau gadis itu buru-buru berbalik karena mendadak gugup. "Kenapa balik badan? Katanya mau hajar? Sini ayo, mau ngapain aja aku nurut deh," goda Biru, menjawil pundak Sinta. Sinta malu, menutup mukanya sambil menggumam. "Dasar! Nyebelin." "Kalo nggak jadi ngehajar, aku cium aja ya," katanya menyejajarkan kepala di samping Sinta, jantung gadisnya terasa mau copot. "Astaga!" Sinta memegangi dadanya, sambil terengah-engah agak menjauh dari Biru, lelaki itu tertawa kecil. Sinta sedikit kesal, bibirnya manyun sedangkan Biru mengambil sesuatu dari saku celananya yang berwarna putih. Sebuah kain berwarna hitam, Sinta heran untuk apa kain tersebut? apa akan ada sesuatu? Dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Pacarku CEO yang Posesif   Malam Panas

    Sinta terpana dengan panorama laut malam, bulan bersinar dengan terangnya, bintang-bintang bertaburan ... deburan ombak diiringi angin sepoi-sepoi, terasa sejuk dan menenangkan. Sinta duduk agak dekat dengan pinggiran laut, berjarak dua meter saja. Biru yang heran menggelengkan kepalanya karena Sinta tak menghampirinya malah berjalan mendekat ke pinggir laut, lelaki itu kemudian langsung menghampiri Sinta, duduk di sampingnya. "Nakal ya kamu," ucap Biru sambil memencet hidung Sinta. Sinta cemberut, menepuk punggung tangan Biru yang berhasil membuat hidungnya merah sekejap. "Cium nih," ancam Biru, mendekatkan wajahnya ke Sinta. Gadis itu tersipu, meski Biru tak melihat jelas rona merah dipipinya namun ia tahu Sinta tersenyum. Biru melekatkan bibirnya menyapu permukaan bibir Sinta, gadis itu langsung menutup matanya. Lelaki itu menjauh dan menatap gadisnya sejenak, Sinta yang heran karena Biru tak lagi menciumnya akhirnya membuka matanya perlahan. Biru tersenyum, berhasil menjahili

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-21

Bab terbaru

  • Pacarku CEO yang Posesif   Tragedi

    "Pak, nanti ikut saya ke showroom," ucap Biru. Dia kemudian membereskan beberapa berkas kemudian memasukkannya ke dalam tas lalu beranjak dari tempat duduknya. "Pak, nanti saya telepon kalo saya udah nyampek sana." "Ba-baik, Tuan." Pak Sony menatap Biru sebentar lalu mengangguk paham, tapi sedikit bingung ... menggaruk tengkuknya pelan, ekor matanya memperhatikan Biru yang keluar dari ruangan. Pintu tertutup, tapi tak lama kemudian langkah kaki terdengar mendekati pintu, dan ... kriit"Pak, siapin kamar dan private dinner buat tanggal 10 di resort kemarin," pinta Biru melongok dari luar pintu. Pak Sony memegang dadanya yang berdetak kencang karena terkejut. "Astaga!""Haha, maaf, Pak-sengaja ..." Biru membuka pintu lebar, terkekeh pelan. "Nggak, Pak, aku bercanda.""I-iya, Tuan," balas Pak Sony sekenanya. "Jangan sampek lupa ya, Pak," pesan Biru, balik badan melangkahkan kakinya melewati pintu ruang kerjanya. Tapi ketika Biru akan menutup pintu, Pak Sony menghentikannya. "Maaf, T

  • Pacarku CEO yang Posesif   Kejutan untuk Sinta

    Sinta tersenyum penuh arti dan Vivi mengernyitkan dahinya, heran. "Woy, jawab dong malah nyengir," protes Vivi pada sahabatnya yang menurutnya jadi agak berbeda dari yang lain. "Eemmm-kayaknya gue kenal sih, kayak nggak asing gitu mukanya," papar Sinta santai. Vivi menghela napas dalam mengembuskannya kasar, meletakkan sendok dan mengelus dadanya berusaha sabar dengan jawaban sahabatnya yang datar sekali. "Elo kenal apa kagak? kalo nggak kenal emang lo gak takut diliatin terus? Iiih, ngeri," sambung Vivi bergidik ngeri, dia masih belum paham dengan maksud Sinta. "Udah tenang aja, lanjut makan," titah Sinta menatap Vivi, sahabatnya itu mendengus kesal dan melanjutkan makannya begitu pula Sinta. Mengacuhkan dua pengawal Langit yang terang-terangan mengawalnya ... Ah, bukan, lebih tepatnya membuntuti dirinya. Bagaimana tidak, mereka berdua sangat terang-terangan, seperti belum profesional dalam membuntutinya. Sinta selesai makan begitu pula Vivi. Sebelum masuk kelas dia mengirimkan

  • Pacarku CEO yang Posesif   Heboh

    Sinta bangun pagi dengan perasaan gembira walau tubuhnya terasa remuk, lelah sekali. Sudah waktunya kembali ke kampus, dia harus melanjutkan kuliahnya, seperti hubungan percintaannya yang terus berlanjut dan menuju jenjang yang lebih serius. Sinta merentangkan kedua tangannya, duduk di tepi ranjang mengerjap-ngerjapkan matanya sambil menguap. Senyum indah terbit begitu saja dari bibir Sinta, dia terkikik kala menyadari hidupnya terasa bagai dongeng pengantar tidur. "Udah adzan subuh aja, gue harus bangun ... siap-siap buat ke kampus ..." ucap Sinta beranjak dari kasurnya. "bisa-bisa gue ditendang keluar ntar kalo kebanyakan bolos," gumamnya berjalan gontai menuju meja belajarnya.***Sinta memarkir motornya ke belakang gedung perpustakaan, tak lama kemudian Sinta mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya, tak ada suara motor berhenti. Sinta tak berpikir macam-macam dan segera membawa tumpukan buku penting ke dekapannya tanpa menoleh ke belakang. "Wih hebat bener lo udah tuna

  • Pacarku CEO yang Posesif   Tunangan

    Semua orang yang ada di ballroom hotel itu terpana melihat Sinta yang anggun dengan balutan kebaya warna pink pastel dengan jarik motif bunga. Tatanan rambut yang menawan, anggun dan cocok dengan kepribadian Sinta. Ratusan pasang mata tertuju pada gadis itu, mereka sampai membuka mulut karena terkesima dengan paras elok Sinta."Cantik juga tunangannya," ucap salah seorang pria, yang tak lain tak bukan ialah tamu undangan. "Iya, pasti pintar dan terpelajar," timpal lelaki lain. Pak Lukman berjalan berdampingan dengan Sinta, putri sulungnya itu memegang lengan bapaknya, jantung mereka berdetak kencang. "Tapi, keluarganya rumornya bukan orang kaya," ucap wanita itu setengah berbisik. Sinta dan Pak Lukman berusaha bersikap biasa, melewati tamu undangan yang sibuk membicarakan dia sekaligus keluarganya. "Gue denger-denger hubungan mereka gak direstui pihak ortu Biru, pasti si cewek ini ada apa-apanya." "Kayaknya cewek biasa sih, anak kuliahan mungkin," sahut yang lain. Acara sudah b

  • Pacarku CEO yang Posesif   Menuju Halal

    "Pakai lagi cincinnya, Sin," titah Biru menatap datar Sinta, gadis itu tak bergeming ia malas, malah bersedekap membuang muka ke samping. "Ayo, Sin pakai lagi," bujuk Biru, dia tetap sabar. "Nggak, kita putus," balas Sinta. "Kamu yakin? Kalau kamu bilang putus sekali lagi aku akan bener-bener pergi selamanya, kamu mau jauh dari aku?" Sinta menoleh, ia menghadap ke Biru, dia bersiap menumpahkan segalanya. "Kamu pikir gampang jadi aku? Harus nerima penghinaan dari keluarga kamu, kamu pikir aku nggak sakit hati?!" Sinta menitikkan air mata, dia tak sanggup membendungnya lagi. "Maaf, Sayang. Ayo kita hadapi ini sama-sama, kamu berdiri di samping aku," ujar Biru, menggenggam erat jemari Sinta. "Latar belakang kita beda, Langit, beda jauuh ... bagai langit dan bumi." Sinta melepas tangannya dari genggaman Biru. "Dan aku yang akan buat mereka tidak berjarak, Sin. Kita bersatu, buktikan ke orang tuaku kalau kita punya cinta, kekuatan itu yang buat kita bersama." Sinta menggeleng dan me

  • Pacarku CEO yang Posesif   Panas Dingin

    Setelah mereka bertiga selesai mengisi perut yang kosong, barulah Biru bertanya ada apa gerangan Pak Sony menyusulnya ke sini. Biru menatap lekat asisten pribadinya, melipat kedua tangan di atas meja. Sinta yang hendak pergi di tahan oleh Biru untuk sekadar menemaninya, tak ada hal yang ingin ia rahasiakan dengan calon istrinya itu. "Gimana, Pak? Ada apa?" Pak Sony mengelap mulutnya dengan tisu kemudian mulai berbicara. "Begini, Tuan. Ibu meminta saya untuk menyusul Tuan, meminta Tuan untuk segera pulang." Raut wajah Pak Sony berubah drastis, menjadi sangat serius. Biru hanya santai mendengarnya, menyedot kembali smoothie buah naga pesanannya yang belum habis, setelah Pak Sony diam lelaki itu meletakkan minumannya dan menatap asprinya, menyatukan jemari tangannya yang diletakkan di atas meja. "Saya sudah bilang ke mama, Pak, saya ada urusan di luar kota, Bapak juga tinggal bilang gitu harusnya.""Tapi, Ibu memaksa saya untuk membawa pulang Tuan hari ini

  • Pacarku CEO yang Posesif   Drama Sarapan

    Dari kejauhan, lelaki dan perempuan itu menyipitkan mata memandang ke halaman bangunan lobi, melangkah semakin dekat ... Biru menangkap sosok yang tak asing baginya yaitu asistennya, Pak Sony. "Bukannya itu pak Sony?" tebak Sinta ragu, menatap lelaki yang menggandengnya, Biru menatap sebentar pada kekasihnya dan menatap depan lagi. "Iya, kamu bener, yuk kita ke sana." Biru dan Sinta mempercepat langkah untuk menghampiri Pak Sony yang berdiri di samping mobil berwarna hitam. "Iya, yuk," balas Sinta mengangguk samar. Pak Sony terlihat gelisah, sesekali melirik ke pergelangan tangannya dimana jarum arlojinya terus berjalan, pria itu lantas menoleh ke kiri dengan waspada lalu ke kanan. Senyumnya terbit ketika melihat orang yang ditunggu-tunggu berjalan mendekat, mereka saling berpandangan. "Ah, Tuan, akhirnya Anda datang juga," ucap Pak Sony tersenyum setelah majikannya berdiri di hadapannya, asistennya tersebut menegakkan badan kemudian membungkuk sebentar. "Apa Bapak sudah lama nu

  • Pacarku CEO yang Posesif   Berkali-kali

    Dia lupa, Sinta lupa, dirinya tak melihat apakah Biru memakai pengaman atau tidak. Dia terlena sampai benar-benar lupa akan hal yang penting."Mati gue!" batinnya resah."Kamu kenapa sih, Honey?" tanya Biru masih dengan mata terpejam. "Nggak," balas Sinta singkat, dia kesal dan sekarang merubah posisinya memunggungi Biru. Laki-laki itu malah memeluk Sinta dari belakang. "Nggak papa ngomong aja pasti aku dengerin kok," ucapnya. Sinta memutar bola mata malas, dia tak percaya dengan ucapan lelaki di belakangnya. Sinta memindahkan tangan Biru yang melingkari perutnya, namun tangan itu malah memeluknya lagi bahkan rasanya ingin meremukkan tulang iganya. Sekarang 2 tangannya bergerilya ditubuhnya, tangan kirinya menyelusup ke bawah pinggangnya, dan satunya lagi di atas perutnya, Biru malah makin mengeratkan pelukannya. "Lepasin dong!" pekiknya sambil berusaha membuka kedua tangan Biru. "Nggak ... nggak akan aku lepas sebelum kamu jujur ke aku ada masalah apa," balas Biru tenang."Plis

  • Pacarku CEO yang Posesif   Malam Panas

    Sinta terpana dengan panorama laut malam, bulan bersinar dengan terangnya, bintang-bintang bertaburan ... deburan ombak diiringi angin sepoi-sepoi, terasa sejuk dan menenangkan. Sinta duduk agak dekat dengan pinggiran laut, berjarak dua meter saja. Biru yang heran menggelengkan kepalanya karena Sinta tak menghampirinya malah berjalan mendekat ke pinggir laut, lelaki itu kemudian langsung menghampiri Sinta, duduk di sampingnya. "Nakal ya kamu," ucap Biru sambil memencet hidung Sinta. Sinta cemberut, menepuk punggung tangan Biru yang berhasil membuat hidungnya merah sekejap. "Cium nih," ancam Biru, mendekatkan wajahnya ke Sinta. Gadis itu tersipu, meski Biru tak melihat jelas rona merah dipipinya namun ia tahu Sinta tersenyum. Biru melekatkan bibirnya menyapu permukaan bibir Sinta, gadis itu langsung menutup matanya. Lelaki itu menjauh dan menatap gadisnya sejenak, Sinta yang heran karena Biru tak lagi menciumnya akhirnya membuka matanya perlahan. Biru tersenyum, berhasil menjahili

DMCA.com Protection Status