Aku ingin memilikimu lebih lama, menjalin kisah yang akan menjadi kenangan hingga kita tua. Namun apa dayaku? Jika takdir memaksa hati ini kembali terluka, dengan cerita cinta yang sama.
-Nabilla Shiletta-
•••"Risa jangan lari-larian, nanti jatuh sayang," ujar Nabilla, memperingati Risa. Mereka baru saja sampai di taman bermain.
Raqa kurang menyukai suasana ini, rencananya jalan-jalan berdua Nabilla telah sirna karena kehadiran Risa di tengah-tengah mereka. Padahal puluhan boneka barbie menanti gadis kecil itu andai ia menurut.
"Udah biarin aja, Risa bisa jaga diri kok," Raqa mengacak gemas rambut Nabilla. Wajah gadisnya terlihat sangat khaw
Tidak seperti yang kukira, sesakit ini rupanya mencintaimu dalam hati. -Raqa Abimanyu Dinata- •••"PAPA!" Nabilla berlari kecil menghampiri papanya lalu memeluk erat pria paruhbaya itu sambil menitikkan air mata-- terharu."Aku kangen banget sama, Papa," isak Nabilla. Ia masih tidak menyangka papanya akan pulang secepat ini."Papa juga kangen banget sama putri Papa," jawab Darsetta sambil mengelus lembut rambut putrinya dan mencium pu
Kebahagiaan bukan hanya tentang kesempurnaan, tapi juga tentang keikhlasan untuk melepaskan.•••Banyak alasan mengapa kita harus memilih melepaskan, salah satunya adalah untuk meraih kebahagiaan. Dan itulah yang Raqa lakukan sekarang, melepas Nabilla untuk kembali meraih kebahagiaannya yang sempat hilang, meski bukan itu yang Raqa inginkan.Sebut saja ia pengecut, yang hanya bisa menghindari masalah tanpa penyelesaian. Ia membuang Nabilla layaknya sebuah pakaian tidak berguna. Menggoreskan luka di wajah gadisnya yang begitu ceria.Meluapkan emosi, Raqa terus memecahkan kerajinan yang ia miliki. Hingga tiga rak miniatur tanah liat, patung dan kerajinan lainnya hancur berserakan."NABILLA!" Raqa terisak perih, menghancurkan pertahanan agar ia tidak menangis. Cowok i
Jika memilikimu adalah anugerah, maka kehilanganmu adalah suatu masalah.-Nabilla Shiletta-•••Bagi Raqa, tidak ada yang lebih menyakitkan dari dua hal ini. Pertama, kehilangan Kalina dan kedua, kambuhnya bipolar Risa. Dan kini, ia pantas menambah satu lagi hal menyakitkan di sana. Yaitu, melihat Nabilla menderita.Bahkan, pagi tadi ia berusaha sekeras mungkin untuk menahan diri. Untuk tidak menolong Nabilla, untuk tidak menghapus jejak menyakitkan di sudut mata gadisnya.Bagaimana sakitnya melihat gadis itu menangis membuat Raqa kehilangan semua rencana kegiatan yang ia lakukan untuk hari ini. Oh tunggu? Sejak kapan Raqa memiliki rencana dalam hidupnya? Tentu saja sejak mengenal Nabilla. Gadis itu sudah memanipulasi dirinya menjadi lelaki yang jauh dari kata buruk.Tapi kini, perasaannya kosong. Bah
Mungkin, terlihat baik-baik saja. Mungkin, terlihat seperti acuh saja.Nyatanya, aku terluka.Oleh sikapmu yang berubah tanpa aku tahu penyebabnya. -Raqa Abimanyu Dinata-•••"Akhirnya lu sadar juga ya, Raq. Nabilla itu bukan apa-apa dibandingkan gue," ucap Tamara, yang memeluk manja lengan Raqa.Sudah dua puluh menit, mereka duduk di sofa gudang dengan Raqa yang terus melamun tanpa memperhatikan Tamara. Tatapannya kosong, bahkan untuk sekedar menepis tangan Tamara yang mulai nakal meraba-raba bibirnya, Raqa tidak bertenaga.Awalnya, Raqa hanya ingi
Siang ini, cuaca sedang cerah-cerahnya, tidak sebanding dengan hati seorang gadis yang menekuk lutut di taman belakang sekolah sekarang.Kejadian lima belas menit yang lalu masih berbekas di hati Nabilla. Bagaimana tidak? Kata putus dari Raqa seolah menyerap seluruh tenaganya. Membuat Nabilla tidak mood untuk melakukan apa saja.Raqa bukan lagi cowoknya. Bukan lagi mataharinya. Bukan lagi penghilang sepinya. Bukan lagi pemicu tawanya. Air matanya kembali jatuh, Nabilla menyekanya saat mendengar suara seseorang dari arah belakang."Mau sampai kapan di situ?" tanya Ragil. Cowok itu mendekat, duduk bersila di sampingnya dan menyodorkan sekotak susu."Sampai Nabilla capek," jawab Nabilla. Ia men
Semakin aku melangkah lebih jauh, maka hati ini semakin rapuh.•••"Mama?" Panggil Raqa. Wanita tua itu mengernyitkan dahinya."Kamu... siapa?" Raqa memejamkan mata sejenak. Ini seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Melihat Kalina masih hidup tanpa kekurangan satu pun anggota tubuhnya. Sebesar apa pun dirinya, Raqa masihlah seorang anak yang sangat memerlukan kasih sayang orang tua. Walau, sekarang Kalina tidak mengenali siapa dirinya. Itu sama sekali tidak penting bagi Raqa.Diusapnya air mata, sebelum masuk ke kamar itu dan berlutu
Kita saling mengisi masing-masing ruang di hati. Saling menjaga saat aku sadar kamu begitu berharga. Namun, juga saling merindu saat aku tahu kehadiranmu hanya sebentar saja.•••Rencana membeli gas saja ternyata hanya khayalan semata. Sampai di supermarket, Damar pasrah ketika Nabilla membeli banyak camilan dengan memasang wajah puppy eyesnya yang imut. "Ya ya ya Damar, nanti uangnya Nabilla ganti kok. Nabilla janji nggak bakalan beli banyak. Boleh ya?""Bukan masalahnya uangnya Nabilla, tapi sate di rumah yang nganggur lama. Kasihan satenya nggak masak-masak."Nabilla mengerucutkan bibir. "Ngga
Satu hal yang berusaha kuhindari selama ini, yaitu membuatmu terluka tanpa keinginanku sendiri. -Nabilla Shiletta-•••   "Pergi kamu! Pergi! Pergi pembawa sial!" Kalina mengusir Raqa, tepat setelah persidangan suaminya selesai hari itu juga. Pengadilan memvonis bahwa Arga dihukum satu tahun penjara. Tentu saja, hal itu sangat membuatnya terluka. Raqa hanya terisak, sambil bertekuk lutut dan mengucapkan berkali-kali kata maaf. Ia tak tahu apa salahnya, Kalina terus saja menyalahkannya tanpa alasan yang jelas. Usai bangun dari koma, dia memang tidak dianggap karena Kali
Makan malam. Terasa sedikit berbeda dari malam-malam sebelumnya, karena malam ini Samuel ikut bergabung di meja makan. Bersama. Mereka bertiga, Soraya, Kaisar, dan Samuel. Meskipun begitu, Kaisar tidak merasakan senang sama sekali. Sebab, walaupun semua anggota keluarga lengkap. Keadaan tetap hening. Seolah yang makan adalah patung berwujud manusia yang tidak mengenal satu sama lain. "Berantem lagi?" tanya Kaisar santai tapi sarkastik. Lantas membuat kunyahan Samuel dan Soraya berhenti. Kaisar menyadari itu. Ia tersenyum sinis, spontan mendapat cubitan pelan di paha dari Soraya. "Makan dulu, Sar. Jangan banyak omong," tegur Samuel. Tenang namun sirat akan kecaman. Kaisar terkekeh. "Terus kalau makannya udah selesai boleh ngomong?" tanyanya. Kaisar menatap dua orang itu bergantian. "Biasa juga enggak, 'kan?" Soraya menyentuh bahu Kaisar. "Kamu ngomong apa sih, Nak? Kita bedua baik-baik aja. Nggak berantem." "Oh ya?" Kaisar
Dua prinsip yang harus dipegang saat ini;Pertama, tidak boleh terbawa perasaan ketika bersama cowok.Kedua, tidak boleh jatuh cinta sebelum berhasil membanggakan ayah dan bunda.Keyla membaca tulisan di belakang diary-nya itu, ia menulisnya tepat ketika berumur 12 tahun. Dimana saat itu ia mulai mengenal sebuah kata yang bernama 'Cinta'. Catat! Hanya mengenal, bukan merasakan.Keyla tidak tahu persis bagaimana perasaan itu. Namun, kata Thania perasaan cinta adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan dan diutarakan dengan kata-kata. Pokoknya rumit, tapi asyik.Bahkan, setiap orang yang telah jatuh cinta bisa dibuat buta. Semakin ke sini Keyla semakin tidak mengerti.Keyla menutup buku diary berwarna biru itu dengan cepat, ini semua gara-gara Kaisar dia jadi kepikiran hal konyol bernama 'Cinta' itu.Akan tetapi Keyla tidak bisa mengelak jika ia baper oleh perlakuan Kaisar. Terutama ketika cowok itu mengacak rambutnya.
Keyla beruntung karena alibinya tadi. Cewek itu menghembuskan napas lega setelah melihat Kaisar mengangguk, mempercayai ucapannya. Meskipun sebelumnya Keyla sempat gugup karena Kaisar hampir saja mengganggapnya berbohong."Serius kelilipian?" tanya Kaisar ulang.Oh ternyata Keyla salah, Kaisar masih belum sepenuhnya percaya."Iya bawel!" jawab Keyla bosan. Cewek itu hendak berjalan lebih dulu namun lengannya tiba-tiba ditahan oleh Kaisar.Keyla berbalik dan menatap cowok itu penuh pertanyaan. Kedua alisnya hampir menyatu. Bibirnya sedikit terbuka ingin mengucapkan sesuatu namun urung karena Kaisar menatapnya begitu dalam.Sampai akhirnya Kaisar melangkah maju mendekati Keyla. Matanya tak lepas sedikit pun menyorot mata cewek itu. Membuat Keyla terasa kaku untuk mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Kaisar.Cowok itu merunduk hingga kepala mereka sejajar. Sekarang, bukannya tubuh Keyla saja yang kaku, tapi jantungnya
"Astaga lupa! Hape gue ketinggalan di laci," ungkap Kaisar yang reflek menghentikan langkah saat teringat sesuatu.Keyla menghela napas. Mereka hampir saja mendekati parkiran dan Kaisar berucap seperti itu. Rasanya seperti gagal menang perlombaan lotre. Padahal, Keyla berencana akan pulang ke rumah tepat waku. Karena banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan sebelum pukul delapan malam. Setelah itu, barulah Keyla mengerjakan tugas sekolah."Gue ambil dulu yaa. Lo tunggu di sini, jangan kemana-mana," pinta Kaisar. Tanpa mendapat persetujuan Keyla cowok itu bergegas pergi.Keyla pun menarik napas sekali. Ia menepikan diri di bawah pohon besar dekat parkiran."Keyla!" panggil seseorang dari arah kiri. Keyla menoleh. Ternyata Putra."Sendirian nih? Lo nungguin siapa?" tanya Putra setibanya di hadapan Keyla."Kaisar.""Wohoo. Udah gercep ya itu anak," godanya.Keyla yang paham maksud Putra menyela. "Cum
Sejak kejadian di taman belakang tadi Kaisar malah tambah kepo. Ia mencerca Keyla dengan beberapa pertanyaan yang absurd dan unfaedah. Ada sih beberapa pertanyaan yang cowok itu lontarkan mengenai kakaknya. Tapi tetap saja Keyla merasa terganggu. Akibatnya, Keyla kini menyumpal satu telinganya dengan headset. Suasana kelas juga sedikit berisik karena guru yang mengajar ijin ke toilet."Key, temenin gue belajar yuk!" pinta Kaisar tiba-tiba membuat Keyla dengan malas menatap teman sebangkunya itu."Belajar apaan?" tanyanya.Kaisar cekikikan lalu nyengir lebar. "Belajar untuk menjadi yang terbaik buat kamu.""Hahaha. Receh!" sahut Putra yang duduk di belakang. Lalu tatapannya berubah datar.Kaisar melirik sinis Putra. "Sirik lo upil gajah!"Sedangkan Keyla hanya geleng-geleng melihat tingkah aneh kedua cowok itu. Lalu dia memejamkan mata sejenak, menikmati lagu beatiful milik Crush yang mengalun lewat headset di telinganya. Keyla sa
"Lo ngapain makan diem-diem sendiri di sini?" Keyla menolehkan kepalanya sejenak lalu berkata, "Suka aja," jawabnya singkat. Kaisar terkekeh pelan. Keyla itu ya, jawabannya singkat mulu. Emang ngomong itu pakai kuota apa? "Ohh sukaa," ujar Kaisar kemudian. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menatap Keyla. Lebih tepatnya ke bekal hijau yang berisikan nasi goreng dan telur gulung di pangkuan gadis itu. Kaisar menjilat sudut bibirnya, cukup menggungah selera. Kebetulan sekali ia belum makan. "Beuhh. Kayaknya enak. Mau dongg." Keyla menoleh lagi, tanpa kata-kata ia langsung menggeser bekal itu ke tengah. Keyla mendiamkannya sesaat. Kaisar bahkan sampai berkedip. Ia kira Keyla akan bersuara, setidaknya 'makan tuh' tapi ternyata gadis itu hanya diam. "Thanks," ucap Kaisar. Lantas menyantap bekal itu dengan lahap. Seperti orang tidak makan dua hari. Keyla hanya geleng-geleng melihat tingkah cowok itu. "Ke
Kaisar melangkah cepat menyusuri koridor kelas IPA yang berada di lantai dua. Matanya tak lepas mengamati sekitar. Tujuannya sama, yaitu mencari Keyla. Kaisar tak habis pikir mengapa gadis itu terlalu misterius dan sulit sekali ditemukan.Kaisar sudah mencek kelasnya namun Keyla tidak ada di sana. Jika gadis itu hanya memberi uang pada kakaknya yang bernama... siapa tadi? Zana? Seharusnya, Keyla telah kembali ke kelas mereka.Kaisar menyesal tidak meminta nomor gadis itu sebelumnya.Ketika menatap ke samping kanan, tiba-tiba saja seseorang menabraknya. Kaisar lantas menoleh ke arah orang itu saat terdengar ringisan. Ternyata ponsel milik orang itu terjatuh."Lo jalan pakai mata nggak sih?!" kesal cewek itu sambil mengambil ponsel berlogo apelnya yang tergeletak. Kaisar menyadari saat ponsel itu terbalik.Kaisar berdecak. "Enak aja si eneng, situ kali yang nabrak gue. Nggak suci lagi nih baju pangeran," ucap Kaisar dengan tingkat k
"Gue yakin kemah tahun ini bakalan rame," ungkap Dewa saat mereka berempat, Kaisar, Angkasa, Putra dan dirinya berjalan beriringan menuju kantin. Melepas penat setelah hampir dua jam berkutat dengan papan tulis dan buku-buku pelajaran. Setibanya di kantin yang dalam sekejap saja ditimbuni banyak umat manusia itu, ketiganya langsung menduduk kursi kosong yang tersisa di pojok."Lo-lo semua mau pesen apa?" Tanya Dewa yang berinisiatif memesankan makanan untuk ketiga temannya."Gue nasi goreng sama es teh lah, kayak biasa," sahut Putra bersemangat, lalu cowok itu melempar senyum centil pada adik kelas yang lewat.Kaisar yang nampak berpikir akhirnya membuka suara. "Gue bakso, sambelnya banyakin. Ah, jangan lupakan marimas kesukaan gue.""Nggak usah pake desah," celetuk Angkasa, manusia paling kalem di antara mereka berempat."Lo apa, Sa?" Kini, dewa bertanya pada Angkasa."Mineral aja."Dewa berdecak. "Itu doang.
"Hari pertama sekolah di SMA Bakti Buana, apa kesan kamu, Key? Udah banyak dapat temen?" Pertanyaan Bram barusan kontan membuat Keyla hampir tersedak. Seperti jebakan abstrak yang langsung mengikat. Bagi Keyla, pertanyaan itu benar-benar memutar otak. Sepasang matanya bertemu dengan sepasang mata milik Dara. Keyla lantas menunduk. Dara menatapnya sambil memicing, jelas itu adalah telepati yang memaksa Keyla harus menjawab seperti ini. "Banyak, Pa." Meskipun ia tidak mau. "Temen Keyla baik semua." "Bagus deh." "Halah. Paling bohong, mana ada yang mau temenan sama es batu?" Zana menyeletuk sarkas. Biasa, gadis itu lebih suka menampilkan ketidaksukaannya secara terang-terangan daripada Dara. "Zana!" tegur Bram, nada bicaranya naik satu oktaf menatap Zana. "Jangan ngomong seperti itu! Seharusnya kamu sebagai kakak menyemangati Keyla. Meskipun bukan kandung, dia tetap adik kamu." "Nggak mau!" Kali ini Zana memandang Keyla