Agus mundur selangkah ketika melihat ekspresi yang Rama tunjukkan, selama masa perang antara bangsa Jien dan bangsa Manusia, Agus tau mana orang yang berbahaya dan mana yang tidak, dan sekarang Agus tau dan bisa merasakan kalau Rama adalah orang yang sangat berbahaya. Perasaannya mengatakan ia harus pergi, namun seketika kakinya tidak bisa digerakkan. Seolah tertancap di tanah!! "Aku sangat tidak suka kalau ada orang dewasa yang memukul anak kecil!!" kata Rama, ia mulai berjalan ke arah Agus dan anak buahnya.Entah mengapa tidak ada yang berani mendekati Rama, tak ada yang bisa bergerak. "Tu~an, mungkin kami hanya salah paham!" kata Agus akhirnya, perset*n dengan harga diri, nyawanya lebih penting sekarang. Ia harus mencari cara agar Rama tidak marah. Rama terkekeh, ternyata Agus ini manusia pengecut, Rama bahkan belum melakukan apapun kepadanya, ternyata dia tipe laki-laki yang berani hanya kepada orang yang lebih lemah darinya. Tipe pecundang sejati!!"Salah paham seperti apa? Bu
"Tidak bisa!! Kau tidak boleh membawa mereka!!" sahut Nafil lagi, ia terlihat ingin menyerang Rama namun takut jika Huan Zou kembali memukulnya, kalau bukan karena ada Huan Zou maka Rama akan Nafil habisi saat ini juga. "Siapa kau berani melarangku?!" sahut Rama. "Huan Zou jangan larang aku, bocah ini yang memulai mencari masalah!! Kau tidak boleh melindunginya!!" kata Nafil lagi, Huan Zou hanya mengernyit tidak mengerti, 'apa Nafil pikir ia bisa mengalahkan Rama?'"Nafil, kau begitu naif!! Jangan katakan kalau aku tidak menghalangi, silahkan kalau kau mau melawan Rama!!" sahut Huan Zou berang."Ha!! Dia kira siapa yang mau dia lawan!!" cibir Leon, serentak para Pahlawan menepi untuk memberikan tempat kepada Nafil dan Rama untuk bertarung. "Tuan Muda, maaf kalau aku lancang, tapi kau tidak pantas melawan cecunguk sepertinya!! Izinkan aku mewakilimu untuk melawannya!!" Fatta menangkupkan tangannya meminta izin kepada Rama. Rama mengangguk, rasanya memang kurang pantas jika ia melaw
"Darimana kau menemukan benda ini?" tanya Lilia, ia seperti pernah melihat benda itu. "Saat itu aku mendengar ibu bicara dengan ayah, bahwa mereka akan kembali ke tempat dimana mereka mendapatkan benda ini, dan sejak saat itu mereka tidak kembali. Ayah sempat bilang tempat itu adalah segitiga bermuda, setelah itu Aliansi pahlawan mengabarkan kalau ayah dan ibu telah meninggal di dalam portal. Paman... Jangan kesana!!" kata Zakki lagi."Paman, jangan pergi kesana!! Nanti Zia tidak bisa makan ayam goreng!!" kata Zia polos sembari memeluk Rama. "Tenanglah, paman belum ada rencana ke sana," sahut Rama."Rama kau disini tenyata!!" Marko datang dengan napas yang memburu, sepertinya ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Rama menoleh dan berdiri, "ada apa paman?" tanya Rama. "Aku mengatur beberapa orang untuk memantau danau-danau di Andonesia, ada beberapa portal yang terbuka. Meski kesulitan, para pahlawan kita berhasil menghancurkan beberapa portal kristal pelangi," kata Marko dengan
"Manusia itu pasti tau kalau kristal pelangi kita bawa kesini!!" kata Raja Saetan. "Ampun Raja, sebaiknya kita menyerang alam spiritual yang ada di Antartika, mereka memiliki Mustika Naga, Mustika Naga itu memiliki kemampuan untuk bisa membuat penggunanya bernapas di dalam air!!" lapor Siblis dengan keadaan bersujud. "Kau benar, apalagi dari yang kudengar ia bahkan mampu membunuh Panglima Makutz dan melukai Panglima Yakutz, ia pasti akan membuat bencana jika datang ke sini!!" sahut Raja Saetan. "Raja, dia semakin kuat karena memiliki pusaka Naga itu, bagaimana cara agar kita bisa mengambil alih pusaka Naga yang ada di tubuhnya?" tanya Siblis, ia menunduk dan tidak berani menatap Rajanya. "Kau tidak perlu tau, itu urusanku jika nanti kalian berhasil mengalahkannya. Lagipula aku yakin, pusaka Naga belum memberikan kekuatan sepenuhnya kepada manusia itu!!" kata Raja Saetan. Raja Saetan tau bagaimana kekuatan pusaka Naga, tidak semudah itu menguasai seluruh kekuatan dari pusaka Nag
Asok kemudian sadar setelah diberi cairan dari Lilia. Asok adalah Ketua Naga es yang juga merupakan paman dari Lilia. "Paman, kau tidak apa-apa?" tanya Lilia, ia bersyukur mereka tidak terlambat. Ternyata bangsa Jien sangatlah pintar. Mereka bahkan sudah menebak kalau Rama akan ke sini, sehingga menyerang lebih dulu. Beruntung Rama tidak menunda keberangkatan mereka, sehingga alam hewan spiritual di Antartika masih bisa diselamatkan. "Lilia, siapa manusia itu? Tadi samar-samar aku melihat roh Ular Naga raksasa bersamanya." kata Asok. "Tuan Muda Rama, seharusnya aku yang menjaga pusaka Naga, namun pusaka Naga malah memilih Tuan Muda sebagai pemiliknya." kata Lilia menjelaskan. "Pusaka Naga memilih manusia sebagai pemiliknya?" Asok menatap tak percaya, setaunya tak ada manusia yang mampu menyimpan kekuatan dari pusaka Naga, pasti manusia itu memiliki keistimewaan hingga dipilih oleh pusaka Naga. "Paman, percayalah Tuan Muda manusia yang hebat!!" kata Lilia lagi. "Jadi dia manusia
"Bagaimana bisa kau melakukan itu?" tanya Asok, ia sangat tercengang dengan kejadian barusan. Mustika Naga di perbanyak oleh Rama. Mustika Naga langka yang hanya ada satu kini ada banyak. "Bagaimana cara memakainya agar bisa bernapas di dalam laut?" tanya Rama mengalihkan pertanyaan Asok tadi. Rama tidak mau terlalu sesumbar soal Ara dan onshop. "Kau harus menjepitnya di mulutmu, atau kau bisa menelannya!! Karena Mustika Naga kan ada banyak sekarang!! Hahaha..." sahut Asok senang. Ia bahkan tidak terlalu takut jika Mustika Naga dicuri, meskipun ia juga tidak mau Mustika Naga disalahgunakan. "Apa tidak memiliki efek samping apapun jika ditelan? Aku tidak ingin jadi penghuni laut karena menelan Mustika Naga!!" sahut Rama. "Astaga!! Tuan Muda juga bisa bercanda, Hahaha..." sahut Asok masih dengan tawanya yang menggelegar. Padahal Rama tidak sedang bercanda. "Tidak akan ada efek samping apapun Tuan Muda, Mustika Naga hanya berguna untuk bisa bernapas dan menambah kekuatanmu di da
Leon dipercaya memimpin penyerangan ke alam Jien kali ini, mereka menaiki Pegasus bersama Parari yang membantu penyerangan. Semua pasukan bersiap dengan Mustika Naga yang telah mereka telan, beberapa menahan Mustika Naga di mulutnya. "Pastikan untuk mengulur waktu hingga Rama datang!! Utamakan keselamatan diri!!" kata Leon, ia tak mau gegabah saat melawan bangsa Jien. Terlebih mereka langsung menyerang kerajaan Jien, ini sama dengan masuk ke kandang harimau seorang diri, jika manusia biasa. "Aku akan memimpin para Parari untuk membuyarkan pertahanan mereka!!" sahut Esmerald, Leon mengangguk setuju. Leon akan masuk dan mencari dimana kristal pelangi berada. Mereka harus masuk secara diam-diam, namun jika ketahuan maka tidak ada cara lain selain perang. "Aku serahkan kepadamu Esmerald!!" kata Leon. Tim penyerangan diserahkan kepada Esmerald dan pasukannya. Mereka akan melakukan pengecekan agar Leon dan pahlawan lainnya bisa masuk mencari kristal pelangi. "Wuuuuurrrrrr!!" Esmerald
Rama masuk kedalam sebuah ruangan besar, ruangan itu hanya memiliki cahaya sihir temaram. "Kau akhirnya datang!!" suara Raja Saetan menggema di ruangan itu, ruangan tanpa air di dalamnya. Rama mengedarkan pandangannya ke arah suara. Raja Saetan berbentuk manusia kali ini, seorang laki-laki dengan rambut panjang hitam dan kedua tanduk di kepalanya. "Wah, kalian suka sekali meniru manusia!!" ejek Rama. Raja Saetan terkekeh, seolah tidak terprovokasi atas ejekan Rama. "Manusia, kalian dibuat karena kami!! Bentuk kami lebih indah dari kalian sebelum kami terusir!!" sahut Raja Saetan. "Itu kan hanya perkataanmu saja!!" sahut Rama lagi. "Kkkkk...!! Kau memang tidak memiliki rasa takut rupanya, hanya karena pusaka Naga ada padamu, lalu kau pikir aku takkan mampu mengalahkanmu?" Raja Saetan bertopang dagu dan menatap Rama tajam. "Aku tidak peduli!! Aku hanya akan menghalangimu menghancurkan alam manusia sekuat tenaga ku!!" sahut Rama dingin. Raja Saetan memperlihatkan seringai mengerik
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak