"Set!!" Ketika tangan Rama mengarah ke depan, beberapa peluru seketika melayang di udara, seolah terhentikan oleh waktu, sementara semua orang yang berada di sana terkejut, terpana, takjub, merasa takut dan perasaan lainnya."Apa~apa itu ilusi?""Bukan!! Peluru itu memang melayang!!""Apa dia penyihir?!""Kudengar Pangeran Baskara memang punya teman penyihir, tapi dia sudah mati puluhan tahun yang lalu!!""Lalu apa ini? Mengapa dia bisa membuat peluru-peluru itu melayang seperti itu!!"Rama tersenyum dan membuat peluru-peluru yang tadinya melayang, jatuh berserakan di tanah. Semua pasukan pengkhianat mundur seketika. Bahkan sekelas Panglima Perang Ajisakti saja mundur hingga tiga langkah. Dia begitu kaget dengan kekuatan yang Rama perlihatkan. Ada sedikit rasa takut yang kini menyelimutinya. Panglima Pernah Ajisakti sudha dijanjikan akan menjabat sebagai Menteri Pertahanan jika mampu mengambil plakat kerajaan, ia diperbolehkan membunuh Pangeran Baskara, jika Pangeran menolak memberik
"Sebaiknya kita pergi, kalau kita tertangkap sebagai pengkhianat maka seluruh keluarga akan dihukum mati!!" sahut pasukan pengkhianat yang berada bagian di belakang. "Kau benar, aku ikut pemberontakan ini hanya karena dijanjikan akan hidup nyaman, keluargaku sangat miskin, aku tak mau hidup susah, tapi jika begini keadaannya, aku lebih baik kabur!! Aku tidak ingin mengorbankan keluargaku!!" sahut pasukan pengkhianat yang lainnya.Rama terkekeh, pendengarannya cukup tajam sehingga bisa mendengar pembicaraan pasukan-pasukan pengkhianat itu. "Menyerahlah, jangan buat pasukan kalian menjadi pemberontak yang akan mengorbankan keluarganya!!" sahut Rama lagi.Pangeran Baskara menatap Rama, sudah menjadi aturan jika pemberontak akan dihukum beserta keluarganya. "Rama, apa kau berniat melepaskan mereka?" tanya Pangeran Baskara. "Pangeran, mereka hanya pasukan yang diimingi janji-janji manis, seandainya kehidupan mereka makmur, mereka bisa menjalani pendidikan, mereka takkan mungkin mau memb
"Tuan Muda, aku merasa pamanmu itu mirip dengan Adipati!! Pahlawan yang kita bantu sewaktu ditahan di alam Jien," bisik Fatta, ia menatap Bramasta Adipati.Rama mengangguk setuju, "aku juga merasa seperti itu, mungkinkah kebetulan? Karena katanya ada 7 orang di dunia ini yang mirip dengan kita," sahut Rama lagi. "Benarkah itu Tuan Muda, aku juga ingin menemukan kalau saja ada yang mirip denganku," kata Fatta penuh semangat. Rama hanya menatap Fatta sembari menggeleng pelan."Memangnya apa yang mau kau lakukan jika bertemu kembaranmu?""Aku akan berfoto dengannya dan pamer ke warga desa!!""Haish!! Ternyata kau hanya mau pamer!!"***Pagi itu di penjara kerajaan, Permaisuri Ayunda dan Panglima Perang Ajisakti ditahan, di penjara kayu yang bersebelahan."Permaisuri, apa-apaan ini? Apa kau tidak memiliki jalan keluar, apa kita harus berakhir di penjara seperti ini?" tanya Panglima Perang Ajisakti, bahkan ia kini statusnya sebagai Panglima Perang telah dicabut, membuat Ajisakti geram buk
"Pangeran Baskara akan memberikan hukuman kepada mantan Permaisuri Ayunda, mereka akan diasingkan dan menjadi warga biasa, nama belakang mereka dicabut, semua aset Ayunda dan Genta akan diambil, sementara mereka hanya akan diberikan bekal rumah dan alat untuk berkerja!!"Ayunda yang memang sudah bersimpuh terduduk lesu, pakaiannya kini sudah diganti menjadi baju biasa, matanya bengkak karena menangis, harga dirinya sudah jatuh, ia bukanlah siapa-siapa lagi, haruskah ia bersyukur atau lebih baik mati saja? Ayunda menatap Pangeran Adisti yang menangis melihatnya, membuat hatinya semakin pilu. "Untuk Panglima Perang Ajisakti, gelarnya akan dicopot, ia akan bekerja menjadi budak!!""Huhuhu... Huhuhu..." Ajisakti yang garang dan sombong itu menangis pilu, setidaknya ia harus bersyukur keluarganya tidak akan mendapatkan dampak dari semua ini.Penasehat hukum menggulung kembali titah Pangeran Baskara, ia bejalan mundur. Kemudian Ayunda dan ayahnya dibawa pergi beserta Ajisakti yang akan men
"Siapa 2 orang itu? Penampilan mereka sangat unik," Jason pahlawan peringkat B Fighter menatap Rama dan Fatta yang sedang lewat. Melihat Rama dan Fatta yang sedang lewat, Satya menyahut."Pahlawan pedagang bersama pengawal pribadinya,""Hah? Pahlawan pedagang dan pengawal pribadi? Lelucon baru kah itu?" tanya Richard dengan nada mengejek. Tentu saja Rama mendengar pembicaraan itu, entah mengapa dia tidak terlalu perduli. Rama hanya khawatir Fatta yang akan mendengar itu dan mengamuk lagi. "Hei!! Jangan remehkan mereka, kau tau apa yang mereka jual? Barang-barang langka, bahkan ada elixir yang mampu meningkatkan power kita!!" sahut Satya, "lagipula, pengawal pribadinya itu bukan manusia biasa!! Dia setara pahlawan tingkat A." Satya bahkan tak bisa membayangkan bagaimana kekuatan Fatta jika dia mendapatkan berkah pahlawan. "Cih, aku tak percaya!! Mereka bahkan terlihat sangat cupu!!" kata Richard namun ia tak menyadari kalau Fatta susah berada di belakangnya. "Apa itu cupu?" tanya Fa
Rama menatap mata Melisa yang mengeluarkan kekuatan cahaya mata ghaib. Rama memang menyembunyikan kekuatannya agar pasukan Jien tidak menyadari kehadirannya. Bahkan kristal penilai dari alam Peri tak mampu membaca kekuatan Rama sebenarnya. Namun nyatanya Melisa mampu melihat kekuatan yang telah Rama sembunyikan. "Kekuatanku tidak seberapa, kau akan berada dalam bahaya jika berada di dekatku." sahut Rama. "Apa-apaan kau!! Sombong sekali, apa kau tidak tau kalau Melisa adalah MM peringkat S!!" kecam Charlie kesal, ia hanya sedang berusaha mengambil hati Melisa saat ini. Terlebih ia tak suka melihat penampilan Rama, meski kesal Charlie akui Rama adalah pria yang tampan, ia tak mau Melisa jatuh hati kepada pria itu."Charlie, bisakah kau bersikap sopan? Aku sedang berusaha mengajaknya untuk menjadi anggota timku!!" sahut Melisa kesal. Charlie menahan diri untuk tidak kembali bersuara, ia tak mau membuat Melisa kesal. Sedangkan Rama hanya tersenyum kecil melihat Charlie tak dapat berkat
Asyifa tercengang dan menutup mulutnya yang menganga. "Kakak, aku punya banyak uang!! Izinkan aku membelinya oke!!""Oke!!" sahut Fatta lagi. Asyifa lalu melakukan tos bersama Fatta, Rama hanya menggeleng pelan.Rama memasuki ruangan, disana sudah ada 5 orang dengan peringkat yang sama. Mereka kaget melihat Rama yang diikuti oleh Asyifa, siapa yang tidak mengenal pahlawan Mage tingkat S seperti Asyifa, si mungil yang terkenal menakutkan dan jahil."Nona Asyifa, disini bukan tempatmu, ini adalah kamar pahlawan peringkat F." seorang penjaga menghalangi Asyifa ketika dia akan masuk. "Dia teman satu timku, dia hanya sebentar di sini," kata Rama. Penjaga itu bernama Nurdin, selama ia bekerja di Aliansi pahlawan, selama itu ia tidak pernah merasa diintimidasi oleh seorang pahlawan peringkat F. Tapi Rama sangat berbeda, pria di depannya ini tersenyum, namun aura yang ia keluarkan sungguh mengancam. "Baiklah, tapi hanya sebentar saja. Karena pelatihan akan dimulai pagi hari, jadi ini adal
Kini Rama tau siapa Dion, anak yatim piatu yang tinggal bersama adik perempuannya. Dion harus berjuang untuk menafkahi hidupnya dan adiknya.Dion sangat cekatan, ramah dan suka berbagi. Jika melihat Dion, maka Rama akan teringat dengan dirinya saat kehilangan ingatan. Pagi ini semua pahlawan mulai memasuki ruang pelatihan, tiap peringkat berada di ruangan yang berbeda, kecuali pahlawan itu naik perkngkat secara tiba-tiba, maka ia akan langsung dipindahkan. Sungguh beruntung pahlawan yang mengalami kenaikan peringkat. "Peringkat F berkumpul di sini!!" Marko salah satu ketua pelatihan, yang juga merupakan pahlawan peringkat A menjadi pelatih untuk peringkat F."Bentuk barisan!!" kata Anjas pahlawan peringkat A yang juga melatih peringkat F. Seketika barisan menjadi rapi. Para peringkat F adalah peringkat dengan kekuatan fisik, jika dilatih dengan benar maka kemungkinan untuk naik peringkat adalah hal yang memungkinkan. Marko berjalan sembari menatap semua pahlawan tingkat F, "Meski
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak