Home / Fiksi Remaja / PURA PURA JADIAN / BAB 3: Awal Drama Pura-Pura Jadian

Share

BAB 3: Awal Drama Pura-Pura Jadian

Author: SyafaSA
last update Last Updated: 2024-12-11 17:56:17

---

Keesokan harinya, Reyhan datang ke sekolah dengan gaya yang bikin aku hampir pingsan. Kalau ada penghargaan untuk penampilan paling aneh dan dramatis, dia pasti juaranya. Reyhan datang dengan jaket kulit hitam yang kelihatan kekecilan banget, seperti dia baru keluar dari lemari tua yang nggak pernah dipakai, celana jeans sobek-sobek di sana-sini—bukan karena keren, tapi karena memang sudah begitu—dan yang paling parah, dia mengenakan kacamata hitam besar yang bikin dia kelihatan seperti pengawal artis yang lagi nyamar jadi cowok biasa.

Aku yang lagi duduk di bangku depan kelas hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka. "Rey, ini bukan film action, loh!" ucapku dengan suara pelan, meskipun hatiku sudah berteriak kencang.

Dia tersenyum lebar, seolah-olah dia baru saja memenangkan lotre. "Kita harus bikin ini meyakinkan, Nail!" katanya sambil merangkul bahuku, seolah kami sedang berjalan di karpet merah.

"Rey, ini cuma pura-pura jadian, bukan audisi jadi aktor Hollywood!" bisikku kesal, sambil merasakan wajahku yang mulai memerah. Aku merasa seperti terjebak di dalam sebuah drama komedi yang tidak pernah kubintangi.

"Justru itu!" Reyhan menjawab dengan penuh semangat, mengacungkan jari telunjuknya seperti baru menemukan kebenaran hidup. "Kalau mau Alif percaya, kita harus totalitas. Ini bukan cuma soal pura-pura, ini soal seni. Ingat, seni itu butuh pengorbanan!"

Aku menatapnya dengan tatapan kosong. "Kalau seni butuh pengorbanan, berarti kamu harus siap malu seumur hidup, deh," jawabku, mencoba tetap sabar.

Sepanjang hari itu, Reyhan melakukan serangkaian aksi konyol yang membuatku ingin tenggelam ke dalam tanah. Dia mulai memanggilku "Sayang" dengan suara keras yang sengaja dibuat dramatis. "Sayang, kamu ngapain sendirian di sini? Jangan jauh-jauh dari aku ya!" katanya di depan kelas, membuat semua orang menoleh dengan ekspresi bingung—dan mungkin sedikit kasihan. Aku bisa merasakan pipiku yang merona merah seperti tomat.

"Rey, ini terlalu lebay," bisikku, setengah menutupi wajah dengan tangan.

"Tapi ini supaya Alif yakin," katanya, seolah-olah semua orang di sekitar kami juga harus meyakini bahwa ini adalah kisah cinta sejati yang sedang berkembang. "Biar kita terlihat serius!"

Lalu, di tengah pelajaran matematika yang membosankan, dia mengeluarkan sebuah surat dari sakunya dan memberikannya kepadaku dengan senyum lebarnya. Aku melihat surat itu dan... oh my God. Itu lebih mirip teka-teki silang daripada surat cinta! Kalimat-kalimatnya berantakan, penuh dengan kata-kata aneh yang bahkan tidak bisa aku pahami. Ada yang berbunyi, "Saat aku melihatmu, hatiku berdetak seperti deretan angka Fibonacci." Aku ingin pingsan, benar-benar ingin pingsan!

"Rey, ini apa? Ini bukan surat cinta, ini seperti soal ujian bahasa Indonesia yang nggak lulus!" kataku sambil memeluk surat itu, berusaha tidak tertawa dan tidak menangis di saat bersamaan.

Reyhan tertawa terbahak-bahak, menepuk bahuku. "Itu kan ekspresi hati, Nail. Harus puitis, jangan cuma pakai kata-kata klise!" katanya dengan percaya diri.

"Klise? Rey, ini malah lebih mirip kode rahasia!" jawabku, sambil mencoba menyembunyikan surat itu di dalam tas. Kalau sampai orang lain baca, mungkin aku harus pindah sekolah.

Tapi yang paling parah—dan aku serius, ini sangat parah—adalah saat dia tiba-tiba berdiri di depan kelas dan mulai menyanyikan lagu cinta. Ya, lagu cinta. Bukan hanya di luar jam pelajaran, tapi di depan semua orang, saat pelajaran bahasa Inggris.

Dengan penuh semangat, Reyhan membuka mulut dan mulai menyanyikan lagu "Aku Cinta Padamu" dengan suara keras. Semua orang menatap dengan kebingungan yang luar biasa, bahkan Bu Rina, guru bahasa Inggris kami, yang biasanya santai dan nggak pernah marah, langsung melotot.

"Apa-apaan, Reyhan?" bisikku dengan wajah yang sudah merah seperti udang rebus.

Dia menatapku dengan tatapan penuh arti, seolah-olah dia sedang melantunkan lagu untuk seorang bintang film. "Kunci cinta adalah keberanian, Sayang," jawabnya dengan serius, seakan dia sedang memberikan nasihat hidup yang paling berharga.

Aku hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka. "Kamu... kamu lagi apa sih?" tanyaku, setengah bingung, setengah malu. "Rey, kita nggak lagi jadi pahlawan romantis, loh. Ini cuma pura-pura!"

"Tapi, kan, harus ada dramanya! Kalau nggak, mana ada yang percaya?" jawab Reyhan, tersenyum lebar, seakan dia merasa seperti pahlawan yang baru saja memenangkan pertarungan cinta.

"Reyhan, kamu ini kalau drama, udah nggak masuk akal lagi," kataku sambil memijat pelipisku, merasa seperti sedang berada di dunia yang berbeda. "Bentar lagi kamu nyanyi di tengah lapangan, bawa-bawa balon cinta, deh."

Reyhan cuma tertawa ngakak. "Gimana kalau besok aku bawa bunga buat kamu?" katanya, seolah-olah itu adalah ide yang cemerlang.

Aku menggelengkan kepala. "Tolong deh, Rey, jangan bikin gue makin malu."

Meskipun aku merasa seperti sedang menjalani hidup sebagai tokoh utama dalam komedi yang absurd, aku harus mengakui satu hal: Reyhan memang totalitas. Tapi, apakah ini akan berhasil membuat Alif cemburu? Hanya waktu yang akan membuktikan.

---

Related chapters

  • PURA PURA JADIAN   BAB 4: Masalah Muncul

    ---Awalnya, rencana pura-pura jadian ini berjalan cukup lancar. Reyhan dan aku memang tampil seperti pasangan kekasih yang serasi—meskipun hanya di depan orang lain. Bahkan, Alif mulai terlihat agak canggung setiap kali melihat kami berdua bersama. Kalau Alif melirik, Reyhan langsung meletakkan tangannya di bahuku atau bahkan memanggilku "Sayang" dengan suara yang berlebihan. Dan tentu saja, aku merasa seperti sedang berada di dalam dunia yang sangat aneh.Namun, seiring berjalannya waktu, masalah mulai muncul, dan semuanya dimulai dengan Rani, si ketua ekskul tari yang cantik dan ramah itu.Suatu hari, setelah latihan fisika yang sangat membosankan, Rani mendekat dan duduk di sampingku di kantin. Aku masih merasa agak canggung, karena dia tahu tentang hubungan palsu Reyhan dan aku, tapi aku tidak berharap dia akan begitu akrab."Kamu beruntung punya Reyhan," katanya sambil menatapku dengan tatapan penuh rasa kagum. "Dia lucu banget. Aku sampai iri, lho. Dia selalu bisa bikin orang k

    Last Updated : 2024-12-11
  • PURA PURA JADIAN   BAB 5: Akhir yang Tak Terduga

    ---Hubungan pura-pura ini membawa kami ke banyak momen tak terduga, dan semuanya terasa seperti rollercoaster—tapi rollercoaster yang dijalani sambil tertawa, teriak, dan kadang-kadang juga bingung. Mulai dari konflik dengan teman-teman sekelas yang mulai curiga, kehebohan di media sosial sekolah, sampai insiden lucu yang nggak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pokoknya, dunia ini semakin aneh, dan aku semakin terjebak di dalam drama yang nggak pernah kurencanakan.Awalnya, teman-teman sekelas mulai memperhatikan kami. Mereka yang tadinya cuek-cuek aja, tiba-tiba kayak detektif swasta. Setiap kali Reyhan dan aku duduk berdua, mereka akan mengamati kami dengan pandangan penuh arti. "Kalian... udah pacaran beneran ya?" tanya Dina, teman sekelas yang super kepo. Aku cuma bisa nyengir kecut dan bilang, "Iya, iya, pura-pura doang kok."Tapi ternyata, pura-pura ini punya dampaknya sendiri. Di media sosial, foto-foto kami berdua mulai tersebar, dan tanpa sengaja kami jadi bahan pembicaraan d

    Last Updated : 2024-12-11
  • PURA PURA JADIAN   BAB 6: Keputusan yang Sulit

    ---Hari itu, aku duduk termenung di taman sekolah. Semua pikiran terasa seperti berlomba-lomba untuk mendapat perhatian—seperti pasar malam yang ramai dengan suara teriakan pedagang yang menawarkan barang dagangannya. Reyhan, yang dulunya cuma teman biasa, tiba-tiba jadi sosok yang sangat berarti. Tapi, Alif? Apakah aku bisa mengabaikan perasaan lama yang masih terpendam di sudut hatiku, yang rasanya lebih susah dihilangkan daripada noda tinta di baju putih?Saat aku sedang merenung dengan serius, mendengarkan suara burung berkicau di atas kepala (dan suara tembok yang tiba-tiba bersuara dari pikiranku), tiba-tiba muncul sosok yang sudah tidak asing lagi: Reyhan. Dia muncul entah dari mana, seperti superhero yang baru saja turun dari langit. Bedanya, kalau superhero biasanya pakai jubah, Reyhan malah pakai kaos oblong dan topi miring yang entah kenapa selalu membuatnya kelihatan seperti karakter dalam film komedi yang belum selesai syuting.Reyhan duduk di sampingku tanpa diminta, se

    Last Updated : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 7: Satu Langkah Lagi

    ---Beberapa hari setelah percakapan itu, aku akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang selama ini kutakutkan: berbicara dengan Alif. Selama ini aku selalu menghindari percakapan serius dengan dia, karena entah kenapa, aku merasa kata-kataku bisa berubah menjadi sepotong drama yang bikin hati sakit. Tapi kali ini, aku benar-benar harus melakukannya. Aku nggak mau terus-terusan terjebak dalam perasaan yang nggak jelas. Dan tempat yang paling tepat untuk percakapan ini, ternyata adalah... kantin sekolah. Ya, tempat yang seharusnya menjadi saksi awal dari kekecewaanku yang mendalam. Kalau kantin ini bisa bicara, mungkin dia bakal bilang, “Gue udah capek lihat lo nangis di sini, Nail.”Aku duduk di meja yang biasanya aku pilih untuk makan siang bersama Hana, sambil menunggu Alif. Tangan aku agak gemetar, entah karena takut atau karena perut yang mulai berontak karena lapar. Tapi lebih kepada ketakutan, sih. Mungkin aku harus nunggu sampai dia datang dengan bakso atau jus mangga, supaya

    Last Updated : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 8: Kejutan dari Reyhan

    ---Setelah perbincangan serius dengan Alif, aku merasa sedikit lebih ringan. Rasanya, semua perasaan yang selama ini aku pendam mulai sedikit demi sedikit menghilang, meskipun hatiku masih terasa seperti roller coaster yang sedang melaju cepat. Mungkin aku butuh waktu, tapi setidaknya, aku sudah bisa mulai menerima kenyataan.Namun, di tengah ketenangan itu, Reyhan justru tampak aneh. Biasanya dia ceria, suka bercanda, dan selalu punya cara untuk membuat suasana jadi lebih ringan, tapi kali ini dia terlihat serius—dan serius itu tidak cocok dengan Reyhan. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Aku curiga, dan entah kenapa, perasaan curigaku ini terasa seperti burung gagak yang terbang keliling di sekitar kepalaku, dengan riuhnya.Hari itu, setelah sekolah selesai, Reyhan mengajakku pergi ke sebuah kafe kecil yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Kafe ini penuh dengan lampu-lampu kecil yang berkilauan, menciptakan suasana yang hangat dan intim. Seharusnya ini tempat yang sempurna u

    Last Updated : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 9: Cinta yang Tumbuh

    ---Beberapa minggu berlalu sejak aku dan Reyhan resmi "pacaran"—meskipun hubungan kami masih sering mendapat sorotan dari teman-teman sekelas, yang sudah tahu betul bahwa awalnya kami hanya berpura-pura. Tapi sekarang, semua terasa lebih nyata. Kami berbagi tawa, berbagi cerita, dan berbagi kebodohan. Kalau ada orang yang bilang pacaran itu harus serius, kami pasti akan tertawa keras-keras dan bilang, "Hah? Serius?"Hari-hari kami berlalu dengan penuh kebahagiaan dan kehebohan. Tidak hanya karena aku merasa lebih dekat dengan Reyhan, tapi juga karena aku akhirnya bisa melepaskan perasaan yang selama ini mengikatku pada Alif. Rasanya seperti berat yang hilang begitu saja, dan aku bisa bernapas lega. Alif adalah masa lalu, dan Reyhan adalah masa kini yang penuh warna.Meskipun hubungan kami penuh dengan lelucon dan kekonyolan, ada banyak momen yang menunjukkan bahwa Reyhan benar-benar serius. Misalnya, saat dia tiba-tiba datang dengan selembar kertas di tangannya."Nail, aku bikin puis

    Last Updated : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 10: Bahagia itu Sederhana

    ---Setelah semua drama, kebingungannya, dan konyolnya perasaan yang bolak-balik antara Alif dan Reyhan, akhirnya aku sadar satu hal yang sangat penting: kebahagiaan itu tidak rumit. Kebahagiaan itu bukan tentang siapa yang dulu kita suka, atau siapa yang kita impikan. Kebahagiaan itu lebih tentang memilih seseorang yang bisa membuat kita merasa lengkap, bahkan saat kita sedang dalam kondisi yang paling nggak sempurna sekalipun.Hari-hari dengan Reyhan memang penuh dengan kekonyolan dan kejutan. Dari dia yang tiba-tiba muncul di depan kelas dengan topi aneh dan t-shirt yang tertulis "I love Kucing", sampai kebiasaannya yang tidak bisa berhenti membuat lelucon, meskipun kadang aku sendiri nggak ngerti apa yang dia maksud. Tapi justru hal-hal seperti itu yang membuat aku tahu bahwa inilah kehidupan yang sesungguhnya—tidak selalu mulus, penuh tawa, dan lebih sering penuh dengan kegagalan yang malah jadi kenangan manis.Saat itu, hari sudah mulai sore, dan kami berjalan berdua di taman se

    Last Updated : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 1: Pengumuman dan Patah Hati di Kantin

    ---Aku, Naila Rahma, siswi kelas XI IPA 2, sedang merasa seolah dunia berkonspirasi melawan aku. Semua dimulai pada pagi yang cerah ini, ketika aku duduk di kantin, memegang kotak makan siang yang rasanya lebih hambar dari biasanya. Sepertinya aku bisa merasakan awan gelap mengikutiku kemanapun aku pergi—atau mungkin itu cuma akibat kurang tidur.Hari itu, kantin sekolah penuh dengan obrolan dan tawa. Namun, tiba-tiba, suara Alif, cowok yang sudah kusukai sejak kelas X, memecah keramaian. Suaranya yang biasa terdengar rendah dan santai, kini terasa seperti guntur yang mengguncang hati.“Iya, aku resmi jadian sama dia,” kata Alif, sambil menggenggam tangan Rani, si ketua ekskul tari yang terkenal cantik dan ramah itu. Mereka berdiri di tengah kantin, seolah dunia milik mereka berdua.Aku menelan ludah dan mencoba tetap terlihat santai. Padahal, hatiku rasanya seperti dihantam truk sampah. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah menatap mereka berdua dari kejauhan dengan ekspresi datar

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • PURA PURA JADIAN   BAB 10: Bahagia itu Sederhana

    ---Setelah semua drama, kebingungannya, dan konyolnya perasaan yang bolak-balik antara Alif dan Reyhan, akhirnya aku sadar satu hal yang sangat penting: kebahagiaan itu tidak rumit. Kebahagiaan itu bukan tentang siapa yang dulu kita suka, atau siapa yang kita impikan. Kebahagiaan itu lebih tentang memilih seseorang yang bisa membuat kita merasa lengkap, bahkan saat kita sedang dalam kondisi yang paling nggak sempurna sekalipun.Hari-hari dengan Reyhan memang penuh dengan kekonyolan dan kejutan. Dari dia yang tiba-tiba muncul di depan kelas dengan topi aneh dan t-shirt yang tertulis "I love Kucing", sampai kebiasaannya yang tidak bisa berhenti membuat lelucon, meskipun kadang aku sendiri nggak ngerti apa yang dia maksud. Tapi justru hal-hal seperti itu yang membuat aku tahu bahwa inilah kehidupan yang sesungguhnya—tidak selalu mulus, penuh tawa, dan lebih sering penuh dengan kegagalan yang malah jadi kenangan manis.Saat itu, hari sudah mulai sore, dan kami berjalan berdua di taman se

  • PURA PURA JADIAN   BAB 9: Cinta yang Tumbuh

    ---Beberapa minggu berlalu sejak aku dan Reyhan resmi "pacaran"—meskipun hubungan kami masih sering mendapat sorotan dari teman-teman sekelas, yang sudah tahu betul bahwa awalnya kami hanya berpura-pura. Tapi sekarang, semua terasa lebih nyata. Kami berbagi tawa, berbagi cerita, dan berbagi kebodohan. Kalau ada orang yang bilang pacaran itu harus serius, kami pasti akan tertawa keras-keras dan bilang, "Hah? Serius?"Hari-hari kami berlalu dengan penuh kebahagiaan dan kehebohan. Tidak hanya karena aku merasa lebih dekat dengan Reyhan, tapi juga karena aku akhirnya bisa melepaskan perasaan yang selama ini mengikatku pada Alif. Rasanya seperti berat yang hilang begitu saja, dan aku bisa bernapas lega. Alif adalah masa lalu, dan Reyhan adalah masa kini yang penuh warna.Meskipun hubungan kami penuh dengan lelucon dan kekonyolan, ada banyak momen yang menunjukkan bahwa Reyhan benar-benar serius. Misalnya, saat dia tiba-tiba datang dengan selembar kertas di tangannya."Nail, aku bikin puis

  • PURA PURA JADIAN   BAB 8: Kejutan dari Reyhan

    ---Setelah perbincangan serius dengan Alif, aku merasa sedikit lebih ringan. Rasanya, semua perasaan yang selama ini aku pendam mulai sedikit demi sedikit menghilang, meskipun hatiku masih terasa seperti roller coaster yang sedang melaju cepat. Mungkin aku butuh waktu, tapi setidaknya, aku sudah bisa mulai menerima kenyataan.Namun, di tengah ketenangan itu, Reyhan justru tampak aneh. Biasanya dia ceria, suka bercanda, dan selalu punya cara untuk membuat suasana jadi lebih ringan, tapi kali ini dia terlihat serius—dan serius itu tidak cocok dengan Reyhan. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Aku curiga, dan entah kenapa, perasaan curigaku ini terasa seperti burung gagak yang terbang keliling di sekitar kepalaku, dengan riuhnya.Hari itu, setelah sekolah selesai, Reyhan mengajakku pergi ke sebuah kafe kecil yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Kafe ini penuh dengan lampu-lampu kecil yang berkilauan, menciptakan suasana yang hangat dan intim. Seharusnya ini tempat yang sempurna u

  • PURA PURA JADIAN   BAB 7: Satu Langkah Lagi

    ---Beberapa hari setelah percakapan itu, aku akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang selama ini kutakutkan: berbicara dengan Alif. Selama ini aku selalu menghindari percakapan serius dengan dia, karena entah kenapa, aku merasa kata-kataku bisa berubah menjadi sepotong drama yang bikin hati sakit. Tapi kali ini, aku benar-benar harus melakukannya. Aku nggak mau terus-terusan terjebak dalam perasaan yang nggak jelas. Dan tempat yang paling tepat untuk percakapan ini, ternyata adalah... kantin sekolah. Ya, tempat yang seharusnya menjadi saksi awal dari kekecewaanku yang mendalam. Kalau kantin ini bisa bicara, mungkin dia bakal bilang, “Gue udah capek lihat lo nangis di sini, Nail.”Aku duduk di meja yang biasanya aku pilih untuk makan siang bersama Hana, sambil menunggu Alif. Tangan aku agak gemetar, entah karena takut atau karena perut yang mulai berontak karena lapar. Tapi lebih kepada ketakutan, sih. Mungkin aku harus nunggu sampai dia datang dengan bakso atau jus mangga, supaya

  • PURA PURA JADIAN   BAB 6: Keputusan yang Sulit

    ---Hari itu, aku duduk termenung di taman sekolah. Semua pikiran terasa seperti berlomba-lomba untuk mendapat perhatian—seperti pasar malam yang ramai dengan suara teriakan pedagang yang menawarkan barang dagangannya. Reyhan, yang dulunya cuma teman biasa, tiba-tiba jadi sosok yang sangat berarti. Tapi, Alif? Apakah aku bisa mengabaikan perasaan lama yang masih terpendam di sudut hatiku, yang rasanya lebih susah dihilangkan daripada noda tinta di baju putih?Saat aku sedang merenung dengan serius, mendengarkan suara burung berkicau di atas kepala (dan suara tembok yang tiba-tiba bersuara dari pikiranku), tiba-tiba muncul sosok yang sudah tidak asing lagi: Reyhan. Dia muncul entah dari mana, seperti superhero yang baru saja turun dari langit. Bedanya, kalau superhero biasanya pakai jubah, Reyhan malah pakai kaos oblong dan topi miring yang entah kenapa selalu membuatnya kelihatan seperti karakter dalam film komedi yang belum selesai syuting.Reyhan duduk di sampingku tanpa diminta, se

  • PURA PURA JADIAN   BAB 5: Akhir yang Tak Terduga

    ---Hubungan pura-pura ini membawa kami ke banyak momen tak terduga, dan semuanya terasa seperti rollercoaster—tapi rollercoaster yang dijalani sambil tertawa, teriak, dan kadang-kadang juga bingung. Mulai dari konflik dengan teman-teman sekelas yang mulai curiga, kehebohan di media sosial sekolah, sampai insiden lucu yang nggak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pokoknya, dunia ini semakin aneh, dan aku semakin terjebak di dalam drama yang nggak pernah kurencanakan.Awalnya, teman-teman sekelas mulai memperhatikan kami. Mereka yang tadinya cuek-cuek aja, tiba-tiba kayak detektif swasta. Setiap kali Reyhan dan aku duduk berdua, mereka akan mengamati kami dengan pandangan penuh arti. "Kalian... udah pacaran beneran ya?" tanya Dina, teman sekelas yang super kepo. Aku cuma bisa nyengir kecut dan bilang, "Iya, iya, pura-pura doang kok."Tapi ternyata, pura-pura ini punya dampaknya sendiri. Di media sosial, foto-foto kami berdua mulai tersebar, dan tanpa sengaja kami jadi bahan pembicaraan d

  • PURA PURA JADIAN   BAB 4: Masalah Muncul

    ---Awalnya, rencana pura-pura jadian ini berjalan cukup lancar. Reyhan dan aku memang tampil seperti pasangan kekasih yang serasi—meskipun hanya di depan orang lain. Bahkan, Alif mulai terlihat agak canggung setiap kali melihat kami berdua bersama. Kalau Alif melirik, Reyhan langsung meletakkan tangannya di bahuku atau bahkan memanggilku "Sayang" dengan suara yang berlebihan. Dan tentu saja, aku merasa seperti sedang berada di dalam dunia yang sangat aneh.Namun, seiring berjalannya waktu, masalah mulai muncul, dan semuanya dimulai dengan Rani, si ketua ekskul tari yang cantik dan ramah itu.Suatu hari, setelah latihan fisika yang sangat membosankan, Rani mendekat dan duduk di sampingku di kantin. Aku masih merasa agak canggung, karena dia tahu tentang hubungan palsu Reyhan dan aku, tapi aku tidak berharap dia akan begitu akrab."Kamu beruntung punya Reyhan," katanya sambil menatapku dengan tatapan penuh rasa kagum. "Dia lucu banget. Aku sampai iri, lho. Dia selalu bisa bikin orang k

  • PURA PURA JADIAN   BAB 3: Awal Drama Pura-Pura Jadian

    ---Keesokan harinya, Reyhan datang ke sekolah dengan gaya yang bikin aku hampir pingsan. Kalau ada penghargaan untuk penampilan paling aneh dan dramatis, dia pasti juaranya. Reyhan datang dengan jaket kulit hitam yang kelihatan kekecilan banget, seperti dia baru keluar dari lemari tua yang nggak pernah dipakai, celana jeans sobek-sobek di sana-sini—bukan karena keren, tapi karena memang sudah begitu—dan yang paling parah, dia mengenakan kacamata hitam besar yang bikin dia kelihatan seperti pengawal artis yang lagi nyamar jadi cowok biasa.Aku yang lagi duduk di bangku depan kelas hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka. "Rey, ini bukan film action, loh!" ucapku dengan suara pelan, meskipun hatiku sudah berteriak kencang.Dia tersenyum lebar, seolah-olah dia baru saja memenangkan lotre. "Kita harus bikin ini meyakinkan, Nail!" katanya sambil merangkul bahuku, seolah kami sedang berjalan di karpet merah."Rey, ini cuma pura-pura jadian, bukan audisi jadi aktor Hollywood!" bisikku ke

  • PURA PURA JADIAN   BAB 2: Deal Konyol dengan Reyhan

    ---Pagi itu, setelah kejadian di kantin, aku memutuskan untuk mencoba melupakan Alif. Tapi, seperti biasa, hidup tidak pernah semudah itu. Apalagi, setelah pulang sekolah, aku bertemu dengan Reyhan di luar gerbang sekolah. Reyhan adalah teman sekelas yang paling hobi ngebanyol dan selalu punya ide-ide aneh yang kadang bikin kepala pusing."Lu tahu enggak, Nail?" tanya Reyhan dengan wajah yang seolah baru menemukan formula rahasia kehidupan. "Kunci buat bikin Alif cemburu adalah... pura-pura punya pacar."Aku menatapnya dengan alis terangkat. "Rey, serius deh, kamu ngomong apa? Ini bukan film drama, ya," jawabku sambil memutar mata.Reyhan tidak peduli dengan mataku yang seakan-akan ingin meledak itu. Dia malah melanjutkan dengan wajah serius—padahal seriusnya itu lebih mirip orang yang baru banget selesai nonton film superhero."Tapi serius, Nail. Cowok itu biasanya baru ngeh kalau mereka sebenarnya suka sama cewek yang mereka abaikan setelah cewek itu punya pacar," katanya sambil me

DMCA.com Protection Status