Home / Romansa / PURA PURA JADIAN / BAB 3: Awal Drama Pura-Pura Jadian

Share

BAB 3: Awal Drama Pura-Pura Jadian

Author: SyafaSA
last update Huling Na-update: 2024-12-11 17:56:17

---

Keesokan harinya, Reyhan datang ke sekolah dengan gaya yang bikin aku hampir pingsan. Kalau ada penghargaan untuk penampilan paling aneh dan dramatis, dia pasti juaranya. Reyhan datang dengan jaket kulit hitam yang kelihatan kekecilan banget, seperti dia baru keluar dari lemari tua yang nggak pernah dipakai, celana jeans sobek-sobek di sana-sini—bukan karena keren, tapi karena memang sudah begitu—dan yang paling parah, dia mengenakan kacamata hitam besar yang bikin dia kelihatan seperti pengawal artis yang lagi nyamar jadi cowok biasa.

Aku yang lagi duduk di bangku depan kelas hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka. "Rey, ini bukan film action, loh!" ucapku dengan suara pelan, meskipun hatiku sudah berteriak kencang.

Dia tersenyum lebar, seolah-olah dia baru saja memenangkan lotre. "Kita harus bikin ini meyakinkan, Nail!" katanya sambil merangkul bahuku, seolah kami sedang berjalan di karpet merah.

"Rey, ini cuma pura-pura jadian, bukan audisi jadi aktor Hollywood!" bisikku kesal, sambil merasakan wajahku yang mulai memerah. Aku merasa seperti terjebak di dalam sebuah drama komedi yang tidak pernah kubintangi.

"Justru itu!" Reyhan menjawab dengan penuh semangat, mengacungkan jari telunjuknya seperti baru menemukan kebenaran hidup. "Kalau mau Alif percaya, kita harus totalitas. Ini bukan cuma soal pura-pura, ini soal seni. Ingat, seni itu butuh pengorbanan!"

Aku menatapnya dengan tatapan kosong. "Kalau seni butuh pengorbanan, berarti kamu harus siap malu seumur hidup, deh," jawabku, mencoba tetap sabar.

Sepanjang hari itu, Reyhan melakukan serangkaian aksi konyol yang membuatku ingin tenggelam ke dalam tanah. Dia mulai memanggilku "Sayang" dengan suara keras yang sengaja dibuat dramatis. "Sayang, kamu ngapain sendirian di sini? Jangan jauh-jauh dari aku ya!" katanya di depan kelas, membuat semua orang menoleh dengan ekspresi bingung—dan mungkin sedikit kasihan. Aku bisa merasakan pipiku yang merona merah seperti tomat.

"Rey, ini terlalu lebay," bisikku, setengah menutupi wajah dengan tangan.

"Tapi ini supaya Alif yakin," katanya, seolah-olah semua orang di sekitar kami juga harus meyakini bahwa ini adalah kisah cinta sejati yang sedang berkembang. "Biar kita terlihat serius!"

Lalu, di tengah pelajaran matematika yang membosankan, dia mengeluarkan sebuah surat dari sakunya dan memberikannya kepadaku dengan senyum lebarnya. Aku melihat surat itu dan... oh my God. Itu lebih mirip teka-teki silang daripada surat cinta! Kalimat-kalimatnya berantakan, penuh dengan kata-kata aneh yang bahkan tidak bisa aku pahami. Ada yang berbunyi, "Saat aku melihatmu, hatiku berdetak seperti deretan angka Fibonacci." Aku ingin pingsan, benar-benar ingin pingsan!

"Rey, ini apa? Ini bukan surat cinta, ini seperti soal ujian bahasa Indonesia yang nggak lulus!" kataku sambil memeluk surat itu, berusaha tidak tertawa dan tidak menangis di saat bersamaan.

Reyhan tertawa terbahak-bahak, menepuk bahuku. "Itu kan ekspresi hati, Nail. Harus puitis, jangan cuma pakai kata-kata klise!" katanya dengan percaya diri.

"Klise? Rey, ini malah lebih mirip kode rahasia!" jawabku, sambil mencoba menyembunyikan surat itu di dalam tas. Kalau sampai orang lain baca, mungkin aku harus pindah sekolah.

Tapi yang paling parah—dan aku serius, ini sangat parah—adalah saat dia tiba-tiba berdiri di depan kelas dan mulai menyanyikan lagu cinta. Ya, lagu cinta. Bukan hanya di luar jam pelajaran, tapi di depan semua orang, saat pelajaran bahasa Inggris.

Dengan penuh semangat, Reyhan membuka mulut dan mulai menyanyikan lagu "Aku Cinta Padamu" dengan suara keras. Semua orang menatap dengan kebingungan yang luar biasa, bahkan Bu Rina, guru bahasa Inggris kami, yang biasanya santai dan nggak pernah marah, langsung melotot.

"Apa-apaan, Reyhan?" bisikku dengan wajah yang sudah merah seperti udang rebus.

Dia menatapku dengan tatapan penuh arti, seolah-olah dia sedang melantunkan lagu untuk seorang bintang film. "Kunci cinta adalah keberanian, Sayang," jawabnya dengan serius, seakan dia sedang memberikan nasihat hidup yang paling berharga.

Aku hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka. "Kamu... kamu lagi apa sih?" tanyaku, setengah bingung, setengah malu. "Rey, kita nggak lagi jadi pahlawan romantis, loh. Ini cuma pura-pura!"

"Tapi, kan, harus ada dramanya! Kalau nggak, mana ada yang percaya?" jawab Reyhan, tersenyum lebar, seakan dia merasa seperti pahlawan yang baru saja memenangkan pertarungan cinta.

"Reyhan, kamu ini kalau drama, udah nggak masuk akal lagi," kataku sambil memijat pelipisku, merasa seperti sedang berada di dunia yang berbeda. "Bentar lagi kamu nyanyi di tengah lapangan, bawa-bawa balon cinta, deh."

Reyhan cuma tertawa ngakak. "Gimana kalau besok aku bawa bunga buat kamu?" katanya, seolah-olah itu adalah ide yang cemerlang.

Aku menggelengkan kepala. "Tolong deh, Rey, jangan bikin gue makin malu."

Meskipun aku merasa seperti sedang menjalani hidup sebagai tokoh utama dalam komedi yang absurd, aku harus mengakui satu hal: Reyhan memang totalitas. Tapi, apakah ini akan berhasil membuat Alif cemburu? Hanya waktu yang akan membuktikan.

---

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • PURA PURA JADIAN   BAB 4: Masalah Muncul

    ---Awalnya, rencana pura-pura jadian ini berjalan cukup lancar. Reyhan dan aku memang tampil seperti pasangan kekasih yang serasi—meskipun hanya di depan orang lain. Bahkan, Alif mulai terlihat agak canggung setiap kali melihat kami berdua bersama. Kalau Alif melirik, Reyhan langsung meletakkan tangannya di bahuku atau bahkan memanggilku "Sayang" dengan suara yang berlebihan. Dan tentu saja, aku merasa seperti sedang berada di dalam dunia yang sangat aneh.Namun, seiring berjalannya waktu, masalah mulai muncul, dan semuanya dimulai dengan Rani, si ketua ekskul tari yang cantik dan ramah itu.Suatu hari, setelah latihan fisika yang sangat membosankan, Rani mendekat dan duduk di sampingku di kantin. Aku masih merasa agak canggung, karena dia tahu tentang hubungan palsu Reyhan dan aku, tapi aku tidak berharap dia akan begitu akrab."Kamu beruntung punya Reyhan," katanya sambil menatapku dengan tatapan penuh rasa kagum. "Dia lucu banget. Aku sampai iri, lho. Dia selalu bisa bikin orang k

    Huling Na-update : 2024-12-11
  • PURA PURA JADIAN   BAB 5: Akhir yang Tak Terduga

    ---Hubungan pura-pura ini membawa kami ke banyak momen tak terduga, dan semuanya terasa seperti rollercoaster—tapi rollercoaster yang dijalani sambil tertawa, teriak, dan kadang-kadang juga bingung. Mulai dari konflik dengan teman-teman sekelas yang mulai curiga, kehebohan di media sosial sekolah, sampai insiden lucu yang nggak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pokoknya, dunia ini semakin aneh, dan aku semakin terjebak di dalam drama yang nggak pernah kurencanakan.Awalnya, teman-teman sekelas mulai memperhatikan kami. Mereka yang tadinya cuek-cuek aja, tiba-tiba kayak detektif swasta. Setiap kali Reyhan dan aku duduk berdua, mereka akan mengamati kami dengan pandangan penuh arti. "Kalian... udah pacaran beneran ya?" tanya Dina, teman sekelas yang super kepo. Aku cuma bisa nyengir kecut dan bilang, "Iya, iya, pura-pura doang kok."Tapi ternyata, pura-pura ini punya dampaknya sendiri. Di media sosial, foto-foto kami berdua mulai tersebar, dan tanpa sengaja kami jadi bahan pembicaraan d

    Huling Na-update : 2024-12-11
  • PURA PURA JADIAN   BAB 6: Keputusan yang Sulit

    ---Hari itu, aku duduk termenung di taman sekolah. Semua pikiran terasa seperti berlomba-lomba untuk mendapat perhatian—seperti pasar malam yang ramai dengan suara teriakan pedagang yang menawarkan barang dagangannya. Reyhan, yang dulunya cuma teman biasa, tiba-tiba jadi sosok yang sangat berarti. Tapi, Alif? Apakah aku bisa mengabaikan perasaan lama yang masih terpendam di sudut hatiku, yang rasanya lebih susah dihilangkan daripada noda tinta di baju putih?Saat aku sedang merenung dengan serius, mendengarkan suara burung berkicau di atas kepala (dan suara tembok yang tiba-tiba bersuara dari pikiranku), tiba-tiba muncul sosok yang sudah tidak asing lagi: Reyhan. Dia muncul entah dari mana, seperti superhero yang baru saja turun dari langit. Bedanya, kalau superhero biasanya pakai jubah, Reyhan malah pakai kaos oblong dan topi miring yang entah kenapa selalu membuatnya kelihatan seperti karakter dalam film komedi yang belum selesai syuting.Reyhan duduk di sampingku tanpa diminta, se

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 7: Satu Langkah Lagi

    ---Beberapa hari setelah percakapan itu, aku akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang selama ini kutakutkan: berbicara dengan Alif. Selama ini aku selalu menghindari percakapan serius dengan dia, karena entah kenapa, aku merasa kata-kataku bisa berubah menjadi sepotong drama yang bikin hati sakit. Tapi kali ini, aku benar-benar harus melakukannya. Aku nggak mau terus-terusan terjebak dalam perasaan yang nggak jelas. Dan tempat yang paling tepat untuk percakapan ini, ternyata adalah... kantin sekolah. Ya, tempat yang seharusnya menjadi saksi awal dari kekecewaanku yang mendalam. Kalau kantin ini bisa bicara, mungkin dia bakal bilang, “Gue udah capek lihat lo nangis di sini, Nail.”Aku duduk di meja yang biasanya aku pilih untuk makan siang bersama Hana, sambil menunggu Alif. Tangan aku agak gemetar, entah karena takut atau karena perut yang mulai berontak karena lapar. Tapi lebih kepada ketakutan, sih. Mungkin aku harus nunggu sampai dia datang dengan bakso atau jus mangga, supaya

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 8: Kejutan dari Reyhan

    ---Setelah perbincangan serius dengan Alif, aku merasa sedikit lebih ringan. Rasanya, semua perasaan yang selama ini aku pendam mulai sedikit demi sedikit menghilang, meskipun hatiku masih terasa seperti roller coaster yang sedang melaju cepat. Mungkin aku butuh waktu, tapi setidaknya, aku sudah bisa mulai menerima kenyataan.Namun, di tengah ketenangan itu, Reyhan justru tampak aneh. Biasanya dia ceria, suka bercanda, dan selalu punya cara untuk membuat suasana jadi lebih ringan, tapi kali ini dia terlihat serius—dan serius itu tidak cocok dengan Reyhan. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Aku curiga, dan entah kenapa, perasaan curigaku ini terasa seperti burung gagak yang terbang keliling di sekitar kepalaku, dengan riuhnya.Hari itu, setelah sekolah selesai, Reyhan mengajakku pergi ke sebuah kafe kecil yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Kafe ini penuh dengan lampu-lampu kecil yang berkilauan, menciptakan suasana yang hangat dan intim. Seharusnya ini tempat yang sempurna u

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 9: Cinta yang Tumbuh

    ---Beberapa minggu berlalu sejak aku dan Reyhan resmi "pacaran"—meskipun hubungan kami masih sering mendapat sorotan dari teman-teman sekelas, yang sudah tahu betul bahwa awalnya kami hanya berpura-pura. Tapi sekarang, semua terasa lebih nyata. Kami berbagi tawa, berbagi cerita, dan berbagi kebodohan. Kalau ada orang yang bilang pacaran itu harus serius, kami pasti akan tertawa keras-keras dan bilang, "Hah? Serius?"Hari-hari kami berlalu dengan penuh kebahagiaan dan kehebohan. Tidak hanya karena aku merasa lebih dekat dengan Reyhan, tapi juga karena aku akhirnya bisa melepaskan perasaan yang selama ini mengikatku pada Alif. Rasanya seperti berat yang hilang begitu saja, dan aku bisa bernapas lega. Alif adalah masa lalu, dan Reyhan adalah masa kini yang penuh warna.Meskipun hubungan kami penuh dengan lelucon dan kekonyolan, ada banyak momen yang menunjukkan bahwa Reyhan benar-benar serius. Misalnya, saat dia tiba-tiba datang dengan selembar kertas di tangannya."Nail, aku bikin puis

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 10: Bahagia itu Sederhana

    --- Setelah semua drama, kebingungannya, dan konyolnya perasaan yang bolak-balik antara Alif dan Reyhan, akhirnya aku sadar satu hal yang sangat penting: kebahagiaan itu tidak rumit. Kebahagiaan itu bukan tentang siapa yang dulu kita suka, atau siapa yang kita impikan. Kebahagiaan itu lebih tentang memilih seseorang yang bisa membuat kita merasa lengkap, bahkan saat kita sedang dalam kondisi yang paling nggak sempurna sekalipun. Hari-hari dengan Reyhan memang penuh dengan kekonyolan dan kejutan. Dari dia yang tiba-tiba muncul di depan kelas dengan topi aneh dan t-shirt yang tertulis "I love Kucing", sampai kebiasaannya yang tidak bisa berhenti membuat lelucon, meskipun kadang aku sendiri nggak ngerti apa yang dia maksud. Tapi justru hal-hal seperti itu yang membuat aku tahu bahwa inilah kehidupan yang sesungguhnya—tidak selalu mulus, penuh tawa, dan lebih sering penuh dengan kegagalan yang malah jadi kenangan manis. Saat itu, hari sudah mulai sore, dan kami berjalan berdua di tam

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • PURA PURA JADIAN   BAB 11: Kehadiran Sosok Baru

    ---Segalanya tampak berjalan lancar setelah aku dan Reyhan resmi pacaran. Hubungan kami penuh dengan tawa, canda, dan keanehan—Reyhan yang selalu membuat aku tertawa dengan tingkah konyolnya, dan aku yang kadang tidak tahu apakah aku harus marah atau hanya tertawa melihat kelakuannya. Tapi, seperti yang orang bilang, kebahagiaan jarang datang tanpa ujian.Hari itu, kelas kami kedatangan seorang murid baru. Namanya Clarissa, seorang pindahan dari kota besar yang katanya punya banyak prestasi di bidang seni dan akademik. Rambutnya tergerai rapi, wajahnya dihiasi senyum manis, dan dia langsung menarik perhatian banyak orang, termasuk beberapa cowok di kelas kami yang langsung saling tatap dengan ekspresi terpesona.Hana, sahabatku yang biasanya selalu santai, langsung berbisik keras di telingaku saat Clarissa berjalan masuk. "Nail, cewek ini levelnya beda. Aura-aura Queen Bee banget, ya nggak?"Aku hanya melirik sejenak. "Ya, tapi masih baru, kok. Jangan-jangan besok dia bawa sekumpulan

    Huling Na-update : 2024-12-21

Pinakabagong kabanata

  • PURA PURA JADIAN   BAB 25: Bahagia Itu Pilihan

    ---Setelah pensi yang spektakuler, hubungan kami semakin solid. Meskipun Reyhan tetap saja dengan segala kekonyolannya, aku mulai belajar untuk lebih percaya padanya. Aku tahu bahwa dia selalu berusaha menunjukkan bahwa aku adalah prioritas utamanya, meski kadang caranya agak… unik.Salah satu contohnya adalah ketika dia memutuskan untuk memasak makan malam romantis di rumahku. "Nail, kamu tinggal duduk manis aja. Malam ini aku yang masak!" katanya dengan penuh semangat.Aku mengangkat alis, agak skeptis. "Kamu? Masak? Yang benar aja, Rey."Dia menepuk dadanya dengan percaya diri. "Tenang, Chef Reyhan di sini siap melayani."Aku memutuskan untuk membiarkannya mencoba, meski aku sudah menyiapkan nomor darurat tukang makanan favorit, just in case. Tak lama kemudian, aroma masakan mulai memenuhi rumah, dan aku harus mengakui, baunya cukup menggoda.Tapi, begitu aku masuk ke dapur, aku langsung tahu bahwa ekspektasi harus diturunkan. Dapur berantakan seperti habis dihantam tornado. Tepun

  • PURA PURA JADIAN   BAB 24: Pensi yang Tak Terlupakan

    ---Hari H pensi akhirnya tiba, dan suasana sekolah berubah menjadi lebih hidup dari biasanya. Setiap sudut dihiasi dengan lampu-lampu berwarna dan poster-poster kreatif. Aku, sebagai panitia, sudah sibuk sejak pagi, memastikan semua berjalan sesuai rencana."Mana Reyhan? Dia udah siap belum?" tanyaku pada Hana, yang juga sibuk membantu di belakang panggung."Tenang aja, Nail. Dia udah di sana, lagi cek sound," jawab Hana sambil tersenyum menggoda. "Gimana, nervous ya lihat pacar sendiri tampil?"Aku mengangkat bahu, meski sebenarnya aku merasa deg-degan. "Bukan nervous, lebih ke penasaran. Dia janji mau nyanyiin lagu spesial buat aku."Hana tertawa kecil. "Ya ampun, romantis banget sih. Jangan sampai kamu nangis di depan panggung, ya."Aku menepis leluconnya dengan senyum kecil, lalu melanjutkan pekerjaanku. Setelah beberapa saat, terdengar suara panggilan untuk Reyhan dan band-nya untuk naik ke panggung. Aku segera bergegas ke depan, mencari tempat terbaik untuk menonton.Reyhan mun

  • PURA PURA JADIAN   BAB 23: Konfrontasi di Studio

    ---Malam itu, aku memutuskan untuk memeriksa sendiri apa yang sebenarnya terjadi di studio tempat Reyhan dan band-nya berlatih. Gosip yang beredar membuat hatiku tidak tenang, dan meskipun Reyhan sudah meyakinkan, aku butuh bukti nyata.Saat aku tiba di studio, aku melihat mereka sedang berlatih. Suara gitar, drum, dan vokal Reyhan mengisi ruangan, menciptakan suasana yang penuh semangat. Tapi perhatianku langsung tertuju pada Reyhan yang sedang bercanda dengan seorang cewek di dekatnya. Mereka tampak akrab, dan hatiku langsung terasa berat."Reyhan," panggilku, mencoba menahan nada suaraku agar tetap tenang.Dia menoleh, terkejut melihatku. "Nail? Kamu kok di sini?""Aku cuma mau lihat latihanmu," jawabku sambil melangkah mendekat, lalu melirik cewek itu. "Siapa dia?"Cewek itu langsung menjawab dengan ramah. "Oh, aku Dinda. Gitaris band ini."Reyhan segera menjelaskan. "Dinda cuma teman latihan, Nail. Nggak ada apa-apa, aku janji."Aku mengangguk pelan, meskipun perasaan cemas masi

  • PURA PURA JADIAN   BAB 22: Fitnah di Balik Layar

    ---Beberapa hari menjelang pensi, suasana sekolah semakin ramai. Tapi, bukan cuma karena persiapan acara yang kian mendekati puncaknya, melainkan juga karena gosip baru yang beredar. Kali ini, desas-desus yang beredar bukan main hebohnya—tentang Reyhan."Eh, lo tahu nggak?" kata salah satu teman panitia dengan nada berbisik tapi jelas terdengar. "Reyhan katanya sering jalan bareng sama Dinda, anak XII IPS 1. Mereka keliatan mesra banget pas latihan."Aku yang sedang sibuk mengatur daftar pengisi acara langsung menghentikan pekerjaanku. Mendengar nama Reyhan dan Dinda disebut dalam satu kalimat membuat jantungku berdegup lebih cepat. "Apa? Siapa Dinda?" tanyaku, mencoba terdengar santai meski dalam hati sudah bergolak."Ya, itu. Anak band juga. Katanya mereka sering latihan bareng, dan... ya gitu deh, keliatan dekat banget," lanjutnya sambil memberikan tatapan penuh arti.Aku mencoba menelan rasa kesal yang mulai merayap. Siapa Dinda? Kenapa Reyhan nggak pernah cerita soal dia? Apa in

  • PURA PURA JADIAN   BAB 21: Drama Pensi Sekolah

    ---Hubungan kami yang akhirnya stabil mulai diuji lagi, kali ini bukan oleh orang ketiga, tapi oleh situasi yang benar-benar baru: persiapan pentas seni (pensi) sekolah. Aku terlibat sebagai anggota panitia, dan tanggung jawabku bukan main banyaknya. Mulai dari dekorasi panggung yang harus megah, daftar pengisi acara, hingga memastikan semuanya berjalan lancar pada hari H.Di sisi lain, Reyhan tergabung dalam band sekolah yang akan tampil di acara puncak. Jadwal latihannya yang padat membuat waktu kami bersama menjadi semakin terbatas. Ini jelas menjadi tantangan baru bagi kami berdua.Suatu sore, setelah rapat panitia yang melelahkan, Reyhan menghampiriku di kantin. "Nail, aku nggak bisa nemenin kamu pulang hari ini. Ada latihan band," katanya sambil menatapku dengan sedikit rasa bersalah.Aku mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan rasa kecewaku. "Nggak apa-apa, Rey. Semangat latihannya, ya."Dia tersenyum, lalu mengacak rambutku dengan lembut. "Thanks, Sayang. Aku janji, pas hari

  • PURA PURA JADIAN   BAB 20: Bahagia itu Kepercayaan

    ---Sejak perbincangan terakhir dengan Reyhan, aku berusaha untuk benar-benar mempercayainya. Aku tahu, rasa cemas dan ragu tidak akan membawa kami ke mana-mana. Jadi, aku mulai belajar untuk melepaskan kekhawatiran itu dan fokus pada apa yang benar-benar penting: kebahagiaan kami berdua.Hari-hari berlalu dengan lebih ringan. Reyhan tetap seperti biasa, selalu ada dengan senyumnya yang menenangkan, dan aku mulai merasakan perubahan dalam diriku. Tidak ada lagi malam-malam penuh kecemasan atau telepon mendadak karena rasa curiga yang tidak perlu. Aku merasa lebih bebas, seperti beban besar telah terangkat dari dadaku.Namun, bukan berarti aku sepenuhnya berubah menjadi malaikat sabar. Ada saat-saat di mana kekesalanku masih muncul, terutama ketika Reyhan melakukan hal-hal kecil yang, meskipun tidak signifikan, tetap saja mengganggu. Seperti ketika dia lupa membawa payung saat hujan deras, dan aku harus menjemputnya di sekolah dengan basah kuyup."Rey, serius deh. Kamu itu kan tahu bak

  • PURA PURA JADIAN   BAB 19: Klarifikasi yang Menyentuh

    ---Keesokan harinya, aku sedang duduk di bangku taman sekolah sambil menatap daun-daun yang berguguran. Pikiran tentang perbincangan semalam dengan Reyhan masih berputar di kepalaku. Sebagian besar diriku merasa lega, tapi ada bagian kecil yang masih kesal. Apakah aku terlalu cemburu? Atau apakah Reyhan yang terlalu santai?Tidak lama kemudian, Reyhan datang dengan langkah cepat, wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya. Dia langsung duduk di sebelahku tanpa banyak bicara. "Nail, aku tahu aku salah karena nggak bilang dulu soal ketemuan sama Clarissa. Tapi aku nggak mau ada kesalahpahaman antara kita."Aku mengangkat alis. "Oh, jadi sekarang kamu mau klarifikasi, ya? Apa ini episode 'Reyhan Minta Maaf: Versi Diperpanjang'?" tanyaku dengan nada sinis, meskipun dalam hati aku tahu aku hanya berusaha menyembunyikan rasa bersalahku.Reyhan menghela napas, kemudian mengeluarkan sebuah buku catatan dari tasnya. "Ini," katanya, menyerahkan buku itu kepadaku. "Ini alasan aku ketemu dia.

  • PURA PURA JADIAN   BAB 18: Konfrontasi Penuh Emosi

    ---Malam itu, aku tidak bisa lagi menahan diri. Pikiran tentang Reyhan dan Clarissa terus menghantui kepalaku seperti soundtrack horor yang terus berulang. Setelah makan malam, aku menatap ponselku, menimbang apakah harus meneleponnya atau tidak. Tapi, semakin lama aku berpikir, semakin mengerikan skenario yang muncul di kepalaku. Jadi, dengan napas panjang dan mental yang belum sepenuhnya siap, aku menekan nomor Reyhan.Telepon berdering beberapa kali sebelum akhirnya dia menjawab. Suaranya terdengar santai, terlalu santai untuk seseorang yang sedang berada dalam radar kecurigaan. "Halo, Nail. Ada apa? Kok telepon malam-malam gini?"Aku mencoba menjaga nada suaraku tetap tenang. "Rey, aku denger kamu ketemu sama Clarissa di kafe. Itu benar?" tanyaku langsung, tanpa basa-basi.Hening.Detik-detik berlalu seperti adegan slow motion di film drama. Akhirnya, Reyhan bersuara, terdengar sedikit ragu. "Iya, tapi aku bisa jelasin."Aku mengernyit. "Jelasin apa? Kamu nggak bilang apa-apa soa

  • PURA PURA JADIAN   BAB 17: Gosip yang Menghebohkan

    ---Hari itu, aku merasa segalanya baik-baik saja. Pagi yang cerah, tugas sekolah yang ringan, dan donat cokelat favoritku yang tampak menggoda di atas piring plastik. Aku duduk di kantin bersama Hana, sahabatku, menikmati suasana istirahat dengan tenang. Sampai kemudian, suara Vira dari meja sebelah menghancurkan kedamaian itu seperti batu jatuh ke kolam yang tenang."Eh, denger-denger Reyhan ketemuan sama Clarissa di kafe, lho," katanya dengan nada penuh sensasi, seperti pembawa acara gosip di televisi.Aku yang sedang mengunyah donat langsung berhenti. Gigi terhenti di tengah cokelat yang meleleh, dan hampir saja aku tersedak. Dengan mata melebar, aku menoleh ke arahnya. "Apa? Siapa yang bilang?" tanyaku nyaris panik, donat masih tertahan di tangan.Vira menatapku seolah aku baru saja bertanya sesuatu yang jelas. "Katanya anak kelas sebelah yang lihat. Mereka kelihatan ngobrol serius, gitu," jawabnya sambil mengaduk es teh manisnya dengan gaya santai seolah dia baru saja mengumumka

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status