“Ini sudah larut malam,” balas Aster. “Aku nggak berani pergi berdua denganmu.”
Jordie terkesiap dalam diam. Dia tersadar dari euforia kebahagiaan yang baru saja dia rasakan.
Dia sekarang adalah Reynold di mata Aster. Tentu saja Aster akan menolak ajakannya. Aster tak akan mau pergi larut malam berduaan dengan pria asing. Apalagi, Aster memang dididik sedari kecil secara tegas oleh keluarganya agar tidak mudah teperdaya oleh pria.
“Rey, memangnya kamu mau ngapain malam-malam begini?” tanya Aster cemas. Jujur saja Aster takut pergi berduaan dengan Reynold. Pria itu baru saja dia kenal. Meskipun hubungan pertemanan mereka berjalan dengan baik, bukan berarti Aster mau diajak pergi Reynold saat larut malam. Dia tetap menjaga diri untuk menghormati dirinya sendiri.
“Maafkan aku,” tutu
Jordie melamun saat berada di kamar. Dia tak menyangka pada akhirnya Aster akan berpikir untuk mengakhiri pertunangannya.Dia tak bisa tidur. Dadanya terasa sesak memikirkan semua itu.Tangan Jordie meraih kalender yang menggantung di dinding kamar. Dia menghitung dengan baik sisa bulan dia harus bekerja.“Masih lima bulan. Aku harus bertahan tapi Aster sudah tidak sanggup,” gumam Jordie nelangsa. Dia berharap ada keajaiban agar Aster bisa menunggunya dengan lebih sabar.Jordie membuka ponselnya. Dia mencari informasi cara mempertahankan pasangan yang sudah lama tak ditemui.Tentu saja ada banyak saran yang bisa Jordie dapatkan dari internet. Namun, tidak semua saran sesuai dengan kondisi Jordie saat ini.Kondisi Jordie sangatlah spesial. Dia berbohong api demi kebaikan hubungannya dengan Aster. Namun, kebohongan ini memiliki dua sisi mata yang berlawanan. Hubungannya dengan Aster pun bisa hancur jika dia terus berbohong tanpa me
Hakim terdiam sesaat. Dia menyadari bahwa dirinya salah bicara. Bibirnya terlalu banyak berkata hingga lupa cara mengontrolnya.“Kim, kok nggak dijawab?” tanya Aster. Dia memicingkan pandangannya karena semakin penasaran.“Aku nggak bisa bilang, Aster,” tutur Hakim. Dia mencoba menghindari jawaban.“Kenapa?” Aster menatap heran Hakim.“Soalnya yang aku manajerin itu artis terkenal. Dia superstar dan ketat gitu terkait privacy,” terang Hakim. “Aku takut melanggar kontrak kerjaku. Kamu tahu kan cari kerjaan sulit. Sementara ini, aku harus kerja buat kirim uang ke orang tuaku dan kembangin bisnis kecil-kecilanku ini.”Aster mengangguk paham. Dia memang tahu bahwa ada beberapa artis dan penyanyi terkenal yang tidak suka diekspos identitasnya oleh orang yang bek
Aster terdiam dalam senyuman. Dia mengusap-usap bahagia liontin kalung yang dia kenakan itu.“Ini pemberian dari pacarku,” tutur Aster.Ruth terkesiap kaget. Mulutnya melongo cukup lebar. “Kamu sudah pacaran sama Rey?” celetuk Ruth nyaris terpekik keras.Aster mengernyitkan keningnya heran. “Kok Rey?” ucap Aster bingung. “Pacarku bukan Rey. Pacarku namanya Jordie. Kami sudah bertunangan dan akan menikah tahun depan.”“Tapi, kalung itu mirip dengan kalung yang dibeli oleh Rey,” tutur Ruth penuh keyakinan.Dia akhirnya ingat bahwa Reynold membeli kalung dengan desain persis seperti kalung yang dipakai oleh Aster. Kalung itu dibeli di pameran perhiasan yang bekerja sama dengan Ruth di Jepang. Ruth sangat yakin akan hal itu.“Rey nggak pernah kasih apapun ke aku,” balas Aster. Dia tahu jika Reynold memberikan perhatian pada dirinya. Namun, pria itu tak memberikan hadiah seme
“Kak Aster, Kak Aster,” panggil Sakura saat Aster baru menginjakkan kaki beberapa langkah masuk ke dalam rumah.Aster menatap Sakura yang berlari ke hadapannya. Sakura menggandeng Aster dan menariknya ke kamar.“Ada apa, Sa?” Aster terkejut dengan tarikan Sakura yang mendadak itu. Langkahnya bergerak otomatis mengikuti langkah Sakura masuk ke kamar Aster. “Aku kan bakal masuk kamarku sendiri.”“Kakak biasanya belok ke dapur dulu,” balas Sakura. “Ini penting banget lho.”“Ada apa sih?” Aster masih tak paham makna penting yang dimaksud oleh Sakura.Sakura melepaskan pegangan tangan Aster. Dia berlari kecil ke kasur Aster dan menunjukkan buket bunga yang indah. “Cantik, kan?” Sakura tersenyum lebar. Tangannya memamerkan buket bunga beru
Hari konser tiba. Ruth menjemput Aster di rumah dengan mobil berwarna putih.Ruth menyewa seorang sopir. Dia ingin bersenang-senang tanpa perlu memikirkan urusan kemacetan di perjalanan."Ruth," sapa Aster saat Ruth keluar dari dalam mobil.Ruth mengulas senyuman simpul. Dia melambaikan tangannya pada Aster dengan senyuman lebar.Langkah kecil yang dibalut long boats berwarna cokelat muda itu berlari kecil menghampiri Aster. Dia memeluk tubuh Aster dengan akrab saat sudah berada di hadapan Aster."Untung aku nggak salah masuk rumah ya," ujar Ruth. Pandangannya terpukau melihat sekeliling rumah Aster."Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Aster heran. Dia heran dengan pandangan Ruth yang menyebar memperhati
Sekitar pukul tujuh malam konser dimulai. Aster bersama Ruth, Sakura, dan Lily berada di bagian paling depan. Mereka bisa melihat Reynold berada di atas panggung dan tengah bernyanyi dan bermain musik.Konser sangatlah meriah. Ada banyak fans Reynold memenuhi seluruh ruangan di mall itu. Meskipun ini adalah konser lokal, ada seribuan orang yang datang tiap harinya.Konser berakhir sekitaran pukul sembilan malam. Aster mengajak semuanya makan di restoran yang sudah dia sewa. Restoran tersebut adalah restoran dengan makanan Korea. Dia sengaja memilihkannya agar Ruth bisa mencicipi soju.“Wah, udah lama banget lho aku nggak minum soju sama makgeoli,” tutur Ruth heboh. Dia memesan dua jenis minuman alkohol.“Pesan aja yang banyak. Nanti kamu bisa menginap di rumah kami,” terang Aster santai.“Oke,” sahut Ruth penuh semangat. Dia langsung menuangkan minuman ke dalam gelas slokinya.Sakura dan Lily tak berkoment
Aster melamun memikirkan ucapan Ruth. Entah sudah berapa banyak helaan napas yang dia hembuskan sejauh ini.“Kak Aster!” panggil Sakura. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Aster.Aster menoleh. Dia melihat Sakura sudah mengenakan pakaian jogging. Lily berada di sisi Sakura. Sepertinya keduanya berencana untuk olahraga pagi di kompleks rumah. Mereka memang selalu ada jadwal lari pagi keliling kompleks dan makan bubur ayam di taman kompleks setiap ada waktu senggang, terutama saat weekend.“Kalian mau pergi jogging?” balas Aster.“Iya, Kak. Udah lama nih kita nggak olahraga. Hayuk ikutan?” ajak Sakura.“Kami tungguin deh,” imbuh Lily.Aster mengangguk. Dia memutuskan menghentikan lamunannya. Melamun pun tak memberikan solusi apapun untuk Aster. Justru akan lebih baik jika Aster melakukan hal lain yang lebih produktif.Dia segera berganti baju olahraga. Langkahnya bergerak menghampiri Sakura dan Lily yang sudah menunggu di teras depan.Karena sekarang musim kemarau panjang, pag
Senyuman Jordie merekah karena Aster mau menemaninya makan. Dia membayarkan semua belanjaan Aster dan membelikan Aster makanan yang diinginkan.“Rey, nanti aku transfer ya,” ucap Aster saat mereka sudah duduk dan menikmati makanan. Dia membuka bungkus onigiri isi tuna dan memakannya.“Ngak usah, Aster. Kamu sudah temani aku makan. Aku harus membalas budimu,” terang Jordie. Dia mulai menikmati ramen dan onigirinya yang ditaruh dalam satu mangkok. “Aku nggak mau dianggap sebagai laki-laki yang pelit.”Tawa kecil Aster mencelos keluar. Dia memperhatikan Reynold yang lahap menikmati sarapannya.Aster membukakan sosis. Dia menaruhnya di mangkok Reynold. “Makanlah. Ini rasanya enak,” tutur Aster lembut. Dia membukakan dua bungkus sosis dan bakso yang bisa langsung dimakan dengan ramen panas.Jordie mengangguk-angguk. Ingatannya melayang pada masa-masa saat mereka berpacaran. Biasanya, mereka juga sering non
Seharian Hakim dan Jordie hanya mengurusi packing barang untuk dibawa konser ke Bali dan memantau perkembangan berita di media sosial. Sampai malam hari, tidak ada berita apapun tentang Aster dan Reynold. Artinya, tidak ada yang tahu tentang kejadian saat Jordie dan Aster berciuman.“Sementara waktu kita aman,” ujar Hakim. “Aku cuma berani menyimpulkan hal ini saja karena memang nggak ada berita tentang kamu.”Jordie mengangguk paham. Hatinya lega karena memang tak ada yang mengekorinya. Dia lega karena Aster tidak akan diganggu oleh para fans garis keras Reynold.“Sekarang kamu bisa istirahat tenang, Die. Besok kita langsung ke Bali,” terang Hakim.“Iya,” sahut Jordie.Dia kembali ke kamarnya. Tangan Jordie mengambil ponselnya. Dia mencari nomor Aster. Hatinya ingin s
Sebuah peluk erat merengkuh tubuh Aster dengan hangat. Ciuman yang menyentuh bibirnya semakin dalam. Hati Aster berdesir aneh. Rasanya seperti begitu dekat dengan Rey.Aster segera mendorong dada Rey menjauh darinya. Rasa bersalahnya muncul karena dia berciuman dengan pria lain selain Jordie.Buru-buru Aster mendorong dada Rey. Tangannya bergerak otomatis menampar pipi Rey sekeras mungkin untuk menyadarkan Rey.Jordie terkesiap kaget mendapatkan tamparan itu. Dia ternganga dan tersadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah.“Minggir!” Aster kembali mendorong Rey. Dia merasa jijik pada dirinya sekarang. Tangannya bergerak mengusap bibirnya yang baru saja dicium Rey.Sepasang mata Aster memanas. Dia bisa merasakan air yang menggenangi matanya. Dia segera bangkit dari duduknya dan berlari menuju tenda tem
“Maaf ya! Kamu pasti udah lama nunggu ya?” sapa Jordie. Dia baru saja keluar dari hotel dan masuk ke dalam mobil Aster.“Nggak masalah kok,” jawab Aster. “Duduk sini. Mau sarapan bareng nggak? Kita cari yang anget-anget gitu.”Jordie duduk di kursi kemudi. Dia mengenakan seat belt-nya. “Yang anget-anget? Mau bubur ayam?” tawar Jordie. Dia mulai mengemudikan mobil Aster.“Boleh deh. Soto Bandung juga enak,” tutur Aster. “Gorengan, batagor, ketupat sayur, lotek. Enak semua tuh.”Tawa Jordie terdengar. Aster memang paling suka makan dan dia tak bisa menghentikan hobi Aster itu.“Kenapa ketawa?” Aster menoleh dan menatap Jordie dengan pandangan heran.“Pantes sih kalau kamu kerja di bidang kuliner. Soalnya kamu suka banget sama makanan,” tutur Jordie.“Oh, itu rupanya,” Aster tersenyum simpul. “Aku kira gara-gara aku malu-malu
“Ruth, bangun, Ruth,” Hakim mengetuk-ngetuk pintu kamar Ruth.Dia berniat untuk mengajak Ruth jalan pagi. Mengingat, kemarin malam, mereka memang sudah berencana untuk jalan-jalan santai bersama.“Kim, kenapa ganggu si Teteh?” tanya Ibu Hakim. Dia mengerutkan keningnya menatap anak laki-lakinya mengetuk-ngetuk pintu kamar tamu dimana Ruth tidur pulas.“Ini, Bu. Kan kemarin janjian mau jalan-jalan pagi ke sungai deket rumah. Tapi, Ruth kayaknya belum bangun gitu,” terang Hakim pada sang ibu.“Kamu ini masa’ ngajak jalan-jalan si Teteh ke sungai. Apa nggak kasihan?” balas Ibu Hakim terheran. “Teteh kan nggak ada hobi mancing kayak kamu. Nanti bukannya seneng, malah kesurupan di sana.”“Bu, kan bisa mandi di sana. Airnya bagus lho. Nggak harus manc
“Gimana, Ruth?” Hakim menemani Ruth mengobrol di teras rumah saat usai makan malam.“Aku kenyang banget,” ujar Ruth. Dia mengusap-usap perutnya dengan senyuman lebar di wajahnya. “Ibumu pandai masak ya?”“Aku juga ikut masak tadi,” timpal Hakim. Dia sedikit pamer kemampuannya pada Ruth. Mungkin saja Ruth akan memujinya juga.“Benarkah? Eh, tapi kan kamu punya geprek ayam ya? Pasti masakanmu memang enak,” tutur Ruth. Dia tersenyum dan memuji kemampuan memasak Hakim juga.Hati Hakim berbunga-bunga mendengarkan pujian Ruth. Bahkan, Ruth memuji usaha geprek ayamnya.“Kamu udah mampir ke sana nggak?” tanya Hakim.Ruth menggelengkan kepala. “Aster dan Rey sibuk, kan? Aku nggak mungkin ajak Dio. Dia mana mau makan di tempat pinggiran seperti itu,” Ruth tersenyum getir. Dia menghela napas panjang dan berat. “Apa aku putus sama Dio aja ya?”Hakim te
“Namanya siapa?” tanya Ibu Hakim. Perempuan yang sudah beruban dan berambut pendek di bawah telinga itu memandangi Ruth dengan tatapan lamat-lamat.Pandangannya memang sudah mengabur karena faktor usia. Ditambah lagi, akhir-akhir ini dia juga sering sakit-sakitan sampai Hakim harus cuti kerja selama satu minggu.“Ruth, Tante,” jawab Ruth. Dia tersenyum tipis pada Ibu Hakim.“Cantik ya? Mirip sama orangnya,” puji Ibu Ruth. Dia tersenyum ramah pada Ruth.Hati Ruth lega mendengarkan ucapan Ibu Hakim. Dia pikir dia akan disambut dengan buruk. Nyatanya, semua itu hanyalah pikirannya yang terlalu overthinking.“Ayo masuk! Pasti capek. Makasih ya udah mau beliin banyak oleh-oleh,” Ibu Hakim menggandeng lengan Ruth. Dia mengajak Ruth masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi rua
“Ini minum dulu, Rey,” Aster duduk di sisi Reynold. Dia memberikan gelas teh jahe untuk pria itu.Jordie menerimanya. Dia tersenyum dan berterima kasih pada Aster. Dia memang ingin minum yang hangat-hangat karena Lembang masih tetap dingin meski sekarang sudah memasuki waktu tengah hari.“Makanannya belum dateng ya?” gumam Jordie sambil menyesapi teh jahenya.“Katanya ada macet gitu tadi pagi, jadinya bahan makanan di tempat catering sampai agak siang,” terang Aster. “Kayaknya ada kecelakaan gitu.”Wajah Aster tampak sendu. “Untung ya kita tadi aman-aman aja waktu jalan-jalan,” pungkas Aster penuh dengan kelegaan.“Kita kan jalan kaki. Lagian, aku bakal selalu jaga kamu kok,” balas Jordie. Dia tersenyum tipis pada Aster.“Makasih ya,” Aster tersenyum lega mendengarkan perkataan Reynold. “Oya, kamu tadi kocak banget waktu mau nangkep ayam. Kok bisa sih k
“Sekarang kita udah sampai di penangkaran rusa,” tutur Hakim. Dia menggandeng Ruth melangkah masuk usai menyerahkan karcis.Mereka berhenti untuk membeli wortel. Setelah itu, mereka melangkah membagikan wortel-wortel di keranjang kecil pada para rusa yang hidup liar bebas di alam luas.“Rusa-rusanya besar ya!” seru Ruth. Dia agak takut jika nantinya disepak oleh rusa-rusa itu. Tanduk-tanduknya juga tajam.“Iya, kita habiskan dulu wortelnya di rute berpagar ini sambil aku fotoin kamu ya?” terang Hakim.“Kita foto berdua aja sih,” balas Ruth.Hakim sedikit terkaget dengan ucapan Ruth. Namun, dia senang mendengarnya karena Ruth mau berfoto dengannya.“Nggak apa-apa nih foto berdua?” tanya Hakim.Ruth menganggukkan kepala. Dia mengeluarkan
Senyuman Aster dan Jordie tak bisa berhenti meski mereka sudah masuk ke kamar masing-masing. Mereka menikmati momen olahraga bersama dan tiba di vila tepat waktu.Jordie memilih langsung mandi dang anti pakaian. Dia tak sabar ikut sarapan bersama dengan para kru. Bagaimanapun, saat sarapan dia bisa bersosialisasi seperti pesan Pak Michael dan bisa mengobrol akrab dengan Aster tanpa perlu takut ketahuan paparazzi. Ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.“Aku nggak tahu Aster pakai pakaian apa hari ini,” gumam Jordie. Dia ingin kembali terlihat serasi saat berpakaian bersama dengan Aster. Namun, kali ini dia tak bisa mengintip dari jendela balkon seperti kemarin.Jordie memutuskan mengenakan pakaian bernuansa putih biru. Lagipula, syuting variety show memang selalu lebih santai secara outfit dibandingkan dengan syuting iklan atau film.Setelah berganti pakaian, Jordie berlari ke ruang makan dan menyapa para staff. Hal ini sudah me