Sekitar pukul tujuh malam konser dimulai. Aster bersama Ruth, Sakura, dan Lily berada di bagian paling depan. Mereka bisa melihat Reynold berada di atas panggung dan tengah bernyanyi dan bermain musik.
Konser sangatlah meriah. Ada banyak fans Reynold memenuhi seluruh ruangan di mall itu. Meskipun ini adalah konser lokal, ada seribuan orang yang datang tiap harinya.
Konser berakhir sekitaran pukul sembilan malam. Aster mengajak semuanya makan di restoran yang sudah dia sewa. Restoran tersebut adalah restoran dengan makanan Korea. Dia sengaja memilihkannya agar Ruth bisa mencicipi soju.
“Wah, udah lama banget lho aku nggak minum soju sama makgeoli,” tutur Ruth heboh. Dia memesan dua jenis minuman alkohol.
“Pesan aja yang banyak. Nanti kamu bisa menginap di rumah kami,” terang Aster santai.
“Oke,” sahut Ruth penuh semangat. Dia langsung menuangkan minuman ke dalam gelas slokinya.
Sakura dan Lily tak berkoment
Aster melamun memikirkan ucapan Ruth. Entah sudah berapa banyak helaan napas yang dia hembuskan sejauh ini.“Kak Aster!” panggil Sakura. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Aster.Aster menoleh. Dia melihat Sakura sudah mengenakan pakaian jogging. Lily berada di sisi Sakura. Sepertinya keduanya berencana untuk olahraga pagi di kompleks rumah. Mereka memang selalu ada jadwal lari pagi keliling kompleks dan makan bubur ayam di taman kompleks setiap ada waktu senggang, terutama saat weekend.“Kalian mau pergi jogging?” balas Aster.“Iya, Kak. Udah lama nih kita nggak olahraga. Hayuk ikutan?” ajak Sakura.“Kami tungguin deh,” imbuh Lily.Aster mengangguk. Dia memutuskan menghentikan lamunannya. Melamun pun tak memberikan solusi apapun untuk Aster. Justru akan lebih baik jika Aster melakukan hal lain yang lebih produktif.Dia segera berganti baju olahraga. Langkahnya bergerak menghampiri Sakura dan Lily yang sudah menunggu di teras depan.Karena sekarang musim kemarau panjang, pag
Senyuman Jordie merekah karena Aster mau menemaninya makan. Dia membayarkan semua belanjaan Aster dan membelikan Aster makanan yang diinginkan.“Rey, nanti aku transfer ya,” ucap Aster saat mereka sudah duduk dan menikmati makanan. Dia membuka bungkus onigiri isi tuna dan memakannya.“Ngak usah, Aster. Kamu sudah temani aku makan. Aku harus membalas budimu,” terang Jordie. Dia mulai menikmati ramen dan onigirinya yang ditaruh dalam satu mangkok. “Aku nggak mau dianggap sebagai laki-laki yang pelit.”Tawa kecil Aster mencelos keluar. Dia memperhatikan Reynold yang lahap menikmati sarapannya.Aster membukakan sosis. Dia menaruhnya di mangkok Reynold. “Makanlah. Ini rasanya enak,” tutur Aster lembut. Dia membukakan dua bungkus sosis dan bakso yang bisa langsung dimakan dengan ramen panas.Jordie mengangguk-angguk. Ingatannya melayang pada masa-masa saat mereka berpacaran. Biasanya, mereka juga sering non
“Berari aku nggak boleh ketemu dan banyak bergaul denganmu juga?” Aster menatap lekat-lekat Reynold.Jordie terkesiap dengan cara Aster menyimpulkan semua penjelasannya. Memang kesimpulan Aster benar. Tapi, sekarang dia adalah pengganti Reynold. Mana mungkin dia mengajak Aster melakukan hal buruk. Justru sebaliknya, dia akan berusaha mengarahkan Aster ke hal-hal yang positif.Tawa kecil Aster terdengar. “Kamu sangat syok ya aku bicara begitu?” tutur Aster di sela-sela tawanya. Dia tak bisa menahan tawanya lagi.“Eh? Apa maksudmu? Kamu sengaja bicara seperti itu padaku tadi?” balas Jordie semakin syok.Aster tersenyum jahil. Kepalanya mengangguk-angguk dengan girang.“Kamu sangat serius sih. Terus, kamu kayak anggap aku ini masih anak TK yang nggak bisa menentukan arah,&rdquo
Belum sempat Jordie menjawab, ponsel Jordie bordering. Dia menatap Aster dengan pandangan bersalah.“Aster, aku angkat telepon dulu,” tutur Jordie.“Ah, iya,” sahut Aster dengan anggukan kepala.Jordie merogoh saku celananya. Dia mengeluarkan ponselnya dan ada telepon dari Hakim. Dia segera menjawabnya.“Die, siang ini ada acara lho. Buruan balik hotel,” beritahu Hakim. “Aku chat kamu tapi belum kamu balas.”“Oke, aku balik hotel sekarang,” jawab Jordie. Dia tak mungkin tetap berada di sisi Aster karena pekerjaan penting menantinya.“Aster aku minta maaf. Aku nggak bisa mampir,” beritahu Jordie. Tangannya mencari aplikasi taksi online dan memesannya. “Aku numpang di sini ya? Mau nunggu taksi online.”“Aku temanin,” balas Aster. Dia berada di sisi Jordie.Jordie menggangguk dan tersenyum. Mereka duduk di tepian trotoar menanti taksi p
Jordie terkesiap mendengarkan cerocosan penasaran dari Ruth. Tentu saja otaknya berpikir keras agar bisa menjawab rasa penasaran Ruth dengan benar.Hakim melirik ke Jordie. Dia tak bisa membantu Jordie menjawab sekarang karena dia kurang paham tentang detail masalah yang terjadi antara Jordie dan Ruth. Dia takut jika asal menjawab, justru malah Jordie akan merugi.“Rey, kok nggak jawab sih?” tanya Ruth heran. “Kamu nggak jual kalungnya ke orang lain yang kebetulan orang itu adalah tunangan Aster, kan?”Tawa Jordie terdengar. “Teori macam apa itu?” timpal Jordie. “Kita nggak lagi main sinetron kali, Ruth.”“Bener juga sih,” decak Ruth. Dia tak tahu jika ucapannya malah terdengar seperti membuat scenario konspirasi. “Lalu, nasib kalung berlian itu gimana?”
Hakim mengantar Jordie ke Lembang saat sore hari. Dia tetap mengantar temannya itu meski Jordie ingin menggunakan kendaraan umum."Mendingan kamu jemput Ruth. Nanti malam ajak jalan-jalan ke Alun-alun Bandung," terang Jordie.Tawa Hakim terdengar. "Besok pagi ajalah. Nanti malam, Ruth ada acara juga kayaknya," ucap Hakim. Dia mengemudi dengan santai meskipun sore ini jalanan padat merayap dipenuhi dengan kendaraan bermotor para pekerjaan.Hakim sudah terbiasa dengan kondisi macet. Semua jalanan di perkotaan memang selalu macet meski ada banyak jalan tol dan jalan layang yang dibuat. Mungkin karena kebutuhan pengendara yang tinggi. Mungkin juga karena jumlah penduduk yang menghuni kota besar memang sudah terlalu over.Jordie menyetel radio di dalam mobil agar suasana tidak hening. Saat sore hari hingga malam, biasanya ada banyak siaran radio menarik untuk didengar."Ugh, masih ada
Sekitar pukul setengah lima pagi, Jordie sudah menanti Aster di dekat pagar masuk vila. Cuaca tentu saja sangat dingin. Apalagi, Lembang adalah daerah pegunungan.Untungnya, Jordie memang sudah terbiasa bangun pagi. Dia tak terlalu mempermasalahkan suhu dingin ini.“Rey, maaf ya? Lama nunggu ya,” sapa Aster.Jordie menoleh. Dia tersenyum melihat Aster datang. Kekasihnya itu tampak cantic dengan rambut panjangnya yang dikuncir kuda itu.“Kamu cantik sekali,” celetuk Jordie di luar kesadarannya. Dia lupa bahwa sekarang dia sedang berperan menjadi Reynold.Aster syok mendengar pujian dari Reynold itu. “Apa kamu bilang tadi?” balas Aster. Dia bigung apakah dirinya salah dengar atau tidak.Jordie segera menggelengkan kepala. “Maksudku pita rambutmu bagus,” tutur
Senyuman Aster dan Jordie tak bisa berhenti meski mereka sudah masuk ke kamar masing-masing. Mereka menikmati momen olahraga bersama dan tiba di vila tepat waktu.Jordie memilih langsung mandi dang anti pakaian. Dia tak sabar ikut sarapan bersama dengan para kru. Bagaimanapun, saat sarapan dia bisa bersosialisasi seperti pesan Pak Michael dan bisa mengobrol akrab dengan Aster tanpa perlu takut ketahuan paparazzi. Ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.“Aku nggak tahu Aster pakai pakaian apa hari ini,” gumam Jordie. Dia ingin kembali terlihat serasi saat berpakaian bersama dengan Aster. Namun, kali ini dia tak bisa mengintip dari jendela balkon seperti kemarin.Jordie memutuskan mengenakan pakaian bernuansa putih biru. Lagipula, syuting variety show memang selalu lebih santai secara outfit dibandingkan dengan syuting iklan atau film.Setelah berganti pakaian, Jordie berlari ke ruang makan dan menyapa para staff. Hal ini sudah me
Seharian Hakim dan Jordie hanya mengurusi packing barang untuk dibawa konser ke Bali dan memantau perkembangan berita di media sosial. Sampai malam hari, tidak ada berita apapun tentang Aster dan Reynold. Artinya, tidak ada yang tahu tentang kejadian saat Jordie dan Aster berciuman.“Sementara waktu kita aman,” ujar Hakim. “Aku cuma berani menyimpulkan hal ini saja karena memang nggak ada berita tentang kamu.”Jordie mengangguk paham. Hatinya lega karena memang tak ada yang mengekorinya. Dia lega karena Aster tidak akan diganggu oleh para fans garis keras Reynold.“Sekarang kamu bisa istirahat tenang, Die. Besok kita langsung ke Bali,” terang Hakim.“Iya,” sahut Jordie.Dia kembali ke kamarnya. Tangan Jordie mengambil ponselnya. Dia mencari nomor Aster. Hatinya ingin s
Sebuah peluk erat merengkuh tubuh Aster dengan hangat. Ciuman yang menyentuh bibirnya semakin dalam. Hati Aster berdesir aneh. Rasanya seperti begitu dekat dengan Rey.Aster segera mendorong dada Rey menjauh darinya. Rasa bersalahnya muncul karena dia berciuman dengan pria lain selain Jordie.Buru-buru Aster mendorong dada Rey. Tangannya bergerak otomatis menampar pipi Rey sekeras mungkin untuk menyadarkan Rey.Jordie terkesiap kaget mendapatkan tamparan itu. Dia ternganga dan tersadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah.“Minggir!” Aster kembali mendorong Rey. Dia merasa jijik pada dirinya sekarang. Tangannya bergerak mengusap bibirnya yang baru saja dicium Rey.Sepasang mata Aster memanas. Dia bisa merasakan air yang menggenangi matanya. Dia segera bangkit dari duduknya dan berlari menuju tenda tem
“Maaf ya! Kamu pasti udah lama nunggu ya?” sapa Jordie. Dia baru saja keluar dari hotel dan masuk ke dalam mobil Aster.“Nggak masalah kok,” jawab Aster. “Duduk sini. Mau sarapan bareng nggak? Kita cari yang anget-anget gitu.”Jordie duduk di kursi kemudi. Dia mengenakan seat belt-nya. “Yang anget-anget? Mau bubur ayam?” tawar Jordie. Dia mulai mengemudikan mobil Aster.“Boleh deh. Soto Bandung juga enak,” tutur Aster. “Gorengan, batagor, ketupat sayur, lotek. Enak semua tuh.”Tawa Jordie terdengar. Aster memang paling suka makan dan dia tak bisa menghentikan hobi Aster itu.“Kenapa ketawa?” Aster menoleh dan menatap Jordie dengan pandangan heran.“Pantes sih kalau kamu kerja di bidang kuliner. Soalnya kamu suka banget sama makanan,” tutur Jordie.“Oh, itu rupanya,” Aster tersenyum simpul. “Aku kira gara-gara aku malu-malu
“Ruth, bangun, Ruth,” Hakim mengetuk-ngetuk pintu kamar Ruth.Dia berniat untuk mengajak Ruth jalan pagi. Mengingat, kemarin malam, mereka memang sudah berencana untuk jalan-jalan santai bersama.“Kim, kenapa ganggu si Teteh?” tanya Ibu Hakim. Dia mengerutkan keningnya menatap anak laki-lakinya mengetuk-ngetuk pintu kamar tamu dimana Ruth tidur pulas.“Ini, Bu. Kan kemarin janjian mau jalan-jalan pagi ke sungai deket rumah. Tapi, Ruth kayaknya belum bangun gitu,” terang Hakim pada sang ibu.“Kamu ini masa’ ngajak jalan-jalan si Teteh ke sungai. Apa nggak kasihan?” balas Ibu Hakim terheran. “Teteh kan nggak ada hobi mancing kayak kamu. Nanti bukannya seneng, malah kesurupan di sana.”“Bu, kan bisa mandi di sana. Airnya bagus lho. Nggak harus manc
“Gimana, Ruth?” Hakim menemani Ruth mengobrol di teras rumah saat usai makan malam.“Aku kenyang banget,” ujar Ruth. Dia mengusap-usap perutnya dengan senyuman lebar di wajahnya. “Ibumu pandai masak ya?”“Aku juga ikut masak tadi,” timpal Hakim. Dia sedikit pamer kemampuannya pada Ruth. Mungkin saja Ruth akan memujinya juga.“Benarkah? Eh, tapi kan kamu punya geprek ayam ya? Pasti masakanmu memang enak,” tutur Ruth. Dia tersenyum dan memuji kemampuan memasak Hakim juga.Hati Hakim berbunga-bunga mendengarkan pujian Ruth. Bahkan, Ruth memuji usaha geprek ayamnya.“Kamu udah mampir ke sana nggak?” tanya Hakim.Ruth menggelengkan kepala. “Aster dan Rey sibuk, kan? Aku nggak mungkin ajak Dio. Dia mana mau makan di tempat pinggiran seperti itu,” Ruth tersenyum getir. Dia menghela napas panjang dan berat. “Apa aku putus sama Dio aja ya?”Hakim te
“Namanya siapa?” tanya Ibu Hakim. Perempuan yang sudah beruban dan berambut pendek di bawah telinga itu memandangi Ruth dengan tatapan lamat-lamat.Pandangannya memang sudah mengabur karena faktor usia. Ditambah lagi, akhir-akhir ini dia juga sering sakit-sakitan sampai Hakim harus cuti kerja selama satu minggu.“Ruth, Tante,” jawab Ruth. Dia tersenyum tipis pada Ibu Hakim.“Cantik ya? Mirip sama orangnya,” puji Ibu Ruth. Dia tersenyum ramah pada Ruth.Hati Ruth lega mendengarkan ucapan Ibu Hakim. Dia pikir dia akan disambut dengan buruk. Nyatanya, semua itu hanyalah pikirannya yang terlalu overthinking.“Ayo masuk! Pasti capek. Makasih ya udah mau beliin banyak oleh-oleh,” Ibu Hakim menggandeng lengan Ruth. Dia mengajak Ruth masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi rua
“Ini minum dulu, Rey,” Aster duduk di sisi Reynold. Dia memberikan gelas teh jahe untuk pria itu.Jordie menerimanya. Dia tersenyum dan berterima kasih pada Aster. Dia memang ingin minum yang hangat-hangat karena Lembang masih tetap dingin meski sekarang sudah memasuki waktu tengah hari.“Makanannya belum dateng ya?” gumam Jordie sambil menyesapi teh jahenya.“Katanya ada macet gitu tadi pagi, jadinya bahan makanan di tempat catering sampai agak siang,” terang Aster. “Kayaknya ada kecelakaan gitu.”Wajah Aster tampak sendu. “Untung ya kita tadi aman-aman aja waktu jalan-jalan,” pungkas Aster penuh dengan kelegaan.“Kita kan jalan kaki. Lagian, aku bakal selalu jaga kamu kok,” balas Jordie. Dia tersenyum tipis pada Aster.“Makasih ya,” Aster tersenyum lega mendengarkan perkataan Reynold. “Oya, kamu tadi kocak banget waktu mau nangkep ayam. Kok bisa sih k
“Sekarang kita udah sampai di penangkaran rusa,” tutur Hakim. Dia menggandeng Ruth melangkah masuk usai menyerahkan karcis.Mereka berhenti untuk membeli wortel. Setelah itu, mereka melangkah membagikan wortel-wortel di keranjang kecil pada para rusa yang hidup liar bebas di alam luas.“Rusa-rusanya besar ya!” seru Ruth. Dia agak takut jika nantinya disepak oleh rusa-rusa itu. Tanduk-tanduknya juga tajam.“Iya, kita habiskan dulu wortelnya di rute berpagar ini sambil aku fotoin kamu ya?” terang Hakim.“Kita foto berdua aja sih,” balas Ruth.Hakim sedikit terkaget dengan ucapan Ruth. Namun, dia senang mendengarnya karena Ruth mau berfoto dengannya.“Nggak apa-apa nih foto berdua?” tanya Hakim.Ruth menganggukkan kepala. Dia mengeluarkan
Senyuman Aster dan Jordie tak bisa berhenti meski mereka sudah masuk ke kamar masing-masing. Mereka menikmati momen olahraga bersama dan tiba di vila tepat waktu.Jordie memilih langsung mandi dang anti pakaian. Dia tak sabar ikut sarapan bersama dengan para kru. Bagaimanapun, saat sarapan dia bisa bersosialisasi seperti pesan Pak Michael dan bisa mengobrol akrab dengan Aster tanpa perlu takut ketahuan paparazzi. Ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.“Aku nggak tahu Aster pakai pakaian apa hari ini,” gumam Jordie. Dia ingin kembali terlihat serasi saat berpakaian bersama dengan Aster. Namun, kali ini dia tak bisa mengintip dari jendela balkon seperti kemarin.Jordie memutuskan mengenakan pakaian bernuansa putih biru. Lagipula, syuting variety show memang selalu lebih santai secara outfit dibandingkan dengan syuting iklan atau film.Setelah berganti pakaian, Jordie berlari ke ruang makan dan menyapa para staff. Hal ini sudah me