“Rey, setelah ini apa agendamu?” tanya Ruth saat mereka sudah selesai makan siang.
“Aku akan ke kantor polisi,” jawab Jordie. Dia memang ada jadwal melakukan penyuluhan bersama polisi.
“Kantor polisi?” bola mata Ruth melebar kaget. “Kamu terkena masalah lagi? Wartawan udah tahu belum soal ini?”
Tawa Jordie terdengar. Sepertinya citra negatif Reynold memang sudah menjadi rahasia publik. Bahkan, respon Ruth pun sangat mencemaskan dirinya.
“Aku jadi duta anti-narkoba Ruth,” ucap Jordie. “Ini program mendadak dari agensiku. Pak Michael yang mengaturnya.”
“Wah, pantas saja aku tak pernah membaca berita buruk tentangmu lagi,” Ruth tersenyum lebar. Dia menepuk-nepuk punggung Jordie. “Reynold jadi duta anti-narkoba. Aku kira Dio hanya bercanda.”
Tawa Ruth terdengar ringan. Dia bertepuk tangan atas keberhasilan Jordie. “Aku bisa mengerti sekarang ken
Belum sempat Jordie membuka laci tersebut, suara dering ponsel Jordie yang satunya berbunyi. Jordie langsung tersadar dari lamunannya. Dia menatap laci itu dan menyadari kesalahannya. Buru-buru Jordie menutup kembali lemari dan dia bergegas kembali ke kasur dan mengambil ponsel kerjanya.Ada nama Ruth tertera di layar ponselnya. Jordie terdiam sesaat sebelum akhirnya dia memilih untuk menerima telepon itu.“Ada apa, Ruth? Kenapa meneleponku?” tanya Jordie. Dia merasa lebih tenang saat berbicara dengan Ruth karena dia tahu bahwa status Ruth adalah pacar Dio. Artinya, Ruth tak mungkin mengejar-ngejar dirinya. Apalagi, Ruth memang tak menunjukkan tanda-tanda naksir padanya selama mereka bertemu dan mengobrol.“Rey, aku sempat lupa,” ucap Ruth. “Seharusnya aku meminta emailmu dan data dirimu sebagai juri. Selain itu, aku ingin mengundangmu ke agensiku besok untuk melakukan beberapa pemotretan.”“Aku jadi model di agen
Jordie terkesiap kaget. Dia tak menyangka jika Dio malah akan mencurigai dirinya memiliki perasaan pada Ruth. Padahal, dia hanya ingin membuat Dio bersikap lebih baik pada Ruth sebagai seorang kekasih.Tak pernah terbersit sedikit pun dalam hati Jordie untuk mencintai Ruth. Hati Jordie masih diisi oleh rasa cinta pada Aster.Tangan kiri Jordie menggenggam erat liontin cincin yang menggantung pada kalung silver yang dia kenakan. Seburuk-buruknya dirinya, dia sudah berjanji akan bersumpah setia pada Aster.Pandangan Jordie menatap tajam Dio. “Jaga mulutmu, Dio!” bentak Jordie meradang. Entah mengapa, kali ini dia tak bisa mengontrol dirinya. Baginya, tuduhan Dio berlebihan dan tak masuk akal.“Ada apa ini?” sapa Ruth heran.Dia berlari kecil menghampiri Dio dan Jordie yang tampak bersitegang ka
“Rey, kamu bekerja saja. Jangan pikirkan aku,” ujar Ruth.Terlalu lama jeda kosong berlangsung dalam percakapan mereka. Ruth tahu Jordie tak akan mau menerima ajakannya untuk sarapan bersama.“Hanya sarapan, kan?” balas Jordie. “Kita bisa sarapan di tempatku. Ada makanan dan aku bisa memasak untukmu.”“Sungguh? Kamu nggak bakal keberatan, kan?” tanya Ruth tak percaya. Dia sudah tak yakin bahwa Jordie akan menerima tawarannya itu.“Iya. Nanti jam delapan pagi aku baru berangkat kerja,” tutur Jordie. Dia kasihan pada Ruth dan memutuskan untuk menjadi pendengar baginya.“Oke. Aku siap-siap sekarang,” sahut Ruth. Dia memungkasi telepon dan bersiap diri untuk ke apartemen Jordie.Jordie segera turun dari kasurnya. Dia ke dapur dan mempersiapkan makanan simple untuk sarapan bersama dengan Ruth.Sambil menunggu Ruth, Jordie duduk di sofa ruang tamu dan membuka ponselnya.
Jordie menelepon Hakim saat tengah malam. Dia baru bisa menyelesaikan pekerjaannya hari ini pukul sebelas malam. Sebuah keberuntungan karena ternyata Hakim masih terjaga dan mau mengangkat telepon darinya.“Die, baru balik kerja kamu?” tebak Hakim. Dia memang sudah hapal dengan jadwal kerja Jordie yang tak beraturan itu. Bahkan, mereka pernah berangkat kerja pukul tiga pagi.“Iya. Aku nggak ganggu, kan?” tanya Jordie memastikan. Dia baru ingat sekarang tengah malam dan dia malah buru-buru menelepon Hakim.“Nggak kok. Aku baru bangun tidur. Sekarang jadwalku jaga malam dan mengaji sambil nungguin ibuku,” terang Hakim. Bagaimanapun, Hakim adalah tipe orang yang serius jika menyangkut keluarganya. Dia rela begadang dan menghabiskan tabungannya demi keluarga.“Syukurlah kalau aku nggak gan
“Kak Aster! Udah lama ya kita nggak ke Jepang,” ujar Sakura. Dia menikmati rumah lama milik keluarga besarnya yang ada di sekitaran Tokyo.Dulu, saat Aster dan dua saudari kembarnya belum lahir, orang tua mereka sempat tinggal di Jepang selama 10 tahun. Semuanya dilakukan untuk ekspansi bisnis di bidang pertanian dan teknologi pengolahan pangannya. Karena itulah, setiap satu tahun sekali, keluarga besar mereka selalu ada agenda liburan ke Jepang.“Kak Aster! Sakura! Aku udah bikin teh nih,” panggil Lily. Dia sudah di dapur dengan menggunakan apron bermotif bunga lavender.“Taruh di ruang tengah aja, Ly,” balas Aster. “Aku mau bersih-bersih kamar dulu bareng Sakura.”“Bukannya ada tukang bersih-bersih setiap seminggu sekali?” timpal Sakura. “Kan rumah ini sering disewakan juga.”“Cuma seminggu sekali, Sa. Debunya itu lho,” ucap Aster. Dia bergidik menatap adik bungsu
Sakura dan Lily terkaget mendengar ucapan Aster. Mereka langsung mengecek foto idola yang ada di daftar peserta briefing itu.“Gimana? Beneran mirip, kan?” Aster mengulangi pertanyaannya. Pandangannya membulat lebar dengan penuh percaya diri.“Sekilas aja sih, Kak,” jawab Sakura.“Iya, benar. Jordie nggak mungkin semodis ini,” tutur Lily. Dia cenderung setuju dengan ucapan Sakura. “Lagian, banyak kok orang yang mukanya hampir-hampir sama.”“Kak Aster, nggak usah terlalu serius mikirin Jordie. Lagian, kalau dia beneran serius, dia bakal balik temuin Kakak kok,” ujar Sakura. Dia merasa kasihan melihat Aster sekarang.Aster menghela napas resah. Bagaimanapun, kekhawatirannya tak bisa dihilangkan. Jordie adalah anak adopsi di keluarganya. Keluarga kandung Jordi
“Aku hanya ingin mengajakmu makan kok,” jawab Jordie terbata. Dia terkaget melihat perubahan sikap Aster yang tadinya ramah menjadi galak. Semuanya terukir jelas dari wajah mungil Aster yang manis itu.“Jangan sok dekat ya? Aku nggak suka!” tegas Aster. Dia tak peduli jika wajah Reynold memiliki kemiripan dengan Jordie. Yang jelas, sikap Reynold sangatlah berbeda dengan Jordie. Reynold mirip dengan para pria hidung belang yang mencoba mendekatinya.Pandangan Aster memicing tajam menatap Jordie. Dia tak lagi memberikan pandangan malu-malu seperti saat pertama kali bertemu dengan Jordie tadi. Sebaliknya, dia malah seperti ingin memukul Jordie.Aster melangkah melewati Jordie begitu saja. Jordie hanya bisa terdiam mematung dan memperhatikan kepergian Aster.Jordie menghela napas berat. Dia memang berharap Aster tak akan menyadari jati dirinya sebagai seorang Jordie. Namun, dia juga tak mau Aster seketus ini padanya.Langkah Jor
“Kak Aster, tadi Kakak disusul sama Reynold itu nggak?” tanya Sakura saat bersantai bersama Aster usai makan malam.Mereka bertiga duduk-duduk di halaman rumah. Ada camilan ringan di meja kayu. Sudah lama mereka tak berkumpul bertiga seperti ini.“Tadi Reynold nyusul Kakak waktu Kakak pergi keluar,” imbuh Lily.“Kayaknya dia ngerasa nggak enak,” tutur Sakura.“Kalian berdua kenapa? Kok malah ngebela dia kesannya,” timpal Aster. Dia melirik bingung menatap dua saudari kembarnya.“Siapa yang ngebela, Kakak,” balas Sakura dan Lily nyaris bersamaan. “Kami cuma tanya.”Aster berdecak. Dia menghela napas sedikit berat. “Nggak tahu deh. Aku nggak suka dia,” tutur Aster.“Kenapa kamu nggak suka dia, Kak Aster?&rdq
Seharian Hakim dan Jordie hanya mengurusi packing barang untuk dibawa konser ke Bali dan memantau perkembangan berita di media sosial. Sampai malam hari, tidak ada berita apapun tentang Aster dan Reynold. Artinya, tidak ada yang tahu tentang kejadian saat Jordie dan Aster berciuman.“Sementara waktu kita aman,” ujar Hakim. “Aku cuma berani menyimpulkan hal ini saja karena memang nggak ada berita tentang kamu.”Jordie mengangguk paham. Hatinya lega karena memang tak ada yang mengekorinya. Dia lega karena Aster tidak akan diganggu oleh para fans garis keras Reynold.“Sekarang kamu bisa istirahat tenang, Die. Besok kita langsung ke Bali,” terang Hakim.“Iya,” sahut Jordie.Dia kembali ke kamarnya. Tangan Jordie mengambil ponselnya. Dia mencari nomor Aster. Hatinya ingin s
Sebuah peluk erat merengkuh tubuh Aster dengan hangat. Ciuman yang menyentuh bibirnya semakin dalam. Hati Aster berdesir aneh. Rasanya seperti begitu dekat dengan Rey.Aster segera mendorong dada Rey menjauh darinya. Rasa bersalahnya muncul karena dia berciuman dengan pria lain selain Jordie.Buru-buru Aster mendorong dada Rey. Tangannya bergerak otomatis menampar pipi Rey sekeras mungkin untuk menyadarkan Rey.Jordie terkesiap kaget mendapatkan tamparan itu. Dia ternganga dan tersadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah.“Minggir!” Aster kembali mendorong Rey. Dia merasa jijik pada dirinya sekarang. Tangannya bergerak mengusap bibirnya yang baru saja dicium Rey.Sepasang mata Aster memanas. Dia bisa merasakan air yang menggenangi matanya. Dia segera bangkit dari duduknya dan berlari menuju tenda tem
“Maaf ya! Kamu pasti udah lama nunggu ya?” sapa Jordie. Dia baru saja keluar dari hotel dan masuk ke dalam mobil Aster.“Nggak masalah kok,” jawab Aster. “Duduk sini. Mau sarapan bareng nggak? Kita cari yang anget-anget gitu.”Jordie duduk di kursi kemudi. Dia mengenakan seat belt-nya. “Yang anget-anget? Mau bubur ayam?” tawar Jordie. Dia mulai mengemudikan mobil Aster.“Boleh deh. Soto Bandung juga enak,” tutur Aster. “Gorengan, batagor, ketupat sayur, lotek. Enak semua tuh.”Tawa Jordie terdengar. Aster memang paling suka makan dan dia tak bisa menghentikan hobi Aster itu.“Kenapa ketawa?” Aster menoleh dan menatap Jordie dengan pandangan heran.“Pantes sih kalau kamu kerja di bidang kuliner. Soalnya kamu suka banget sama makanan,” tutur Jordie.“Oh, itu rupanya,” Aster tersenyum simpul. “Aku kira gara-gara aku malu-malu
“Ruth, bangun, Ruth,” Hakim mengetuk-ngetuk pintu kamar Ruth.Dia berniat untuk mengajak Ruth jalan pagi. Mengingat, kemarin malam, mereka memang sudah berencana untuk jalan-jalan santai bersama.“Kim, kenapa ganggu si Teteh?” tanya Ibu Hakim. Dia mengerutkan keningnya menatap anak laki-lakinya mengetuk-ngetuk pintu kamar tamu dimana Ruth tidur pulas.“Ini, Bu. Kan kemarin janjian mau jalan-jalan pagi ke sungai deket rumah. Tapi, Ruth kayaknya belum bangun gitu,” terang Hakim pada sang ibu.“Kamu ini masa’ ngajak jalan-jalan si Teteh ke sungai. Apa nggak kasihan?” balas Ibu Hakim terheran. “Teteh kan nggak ada hobi mancing kayak kamu. Nanti bukannya seneng, malah kesurupan di sana.”“Bu, kan bisa mandi di sana. Airnya bagus lho. Nggak harus manc
“Gimana, Ruth?” Hakim menemani Ruth mengobrol di teras rumah saat usai makan malam.“Aku kenyang banget,” ujar Ruth. Dia mengusap-usap perutnya dengan senyuman lebar di wajahnya. “Ibumu pandai masak ya?”“Aku juga ikut masak tadi,” timpal Hakim. Dia sedikit pamer kemampuannya pada Ruth. Mungkin saja Ruth akan memujinya juga.“Benarkah? Eh, tapi kan kamu punya geprek ayam ya? Pasti masakanmu memang enak,” tutur Ruth. Dia tersenyum dan memuji kemampuan memasak Hakim juga.Hati Hakim berbunga-bunga mendengarkan pujian Ruth. Bahkan, Ruth memuji usaha geprek ayamnya.“Kamu udah mampir ke sana nggak?” tanya Hakim.Ruth menggelengkan kepala. “Aster dan Rey sibuk, kan? Aku nggak mungkin ajak Dio. Dia mana mau makan di tempat pinggiran seperti itu,” Ruth tersenyum getir. Dia menghela napas panjang dan berat. “Apa aku putus sama Dio aja ya?”Hakim te
“Namanya siapa?” tanya Ibu Hakim. Perempuan yang sudah beruban dan berambut pendek di bawah telinga itu memandangi Ruth dengan tatapan lamat-lamat.Pandangannya memang sudah mengabur karena faktor usia. Ditambah lagi, akhir-akhir ini dia juga sering sakit-sakitan sampai Hakim harus cuti kerja selama satu minggu.“Ruth, Tante,” jawab Ruth. Dia tersenyum tipis pada Ibu Hakim.“Cantik ya? Mirip sama orangnya,” puji Ibu Ruth. Dia tersenyum ramah pada Ruth.Hati Ruth lega mendengarkan ucapan Ibu Hakim. Dia pikir dia akan disambut dengan buruk. Nyatanya, semua itu hanyalah pikirannya yang terlalu overthinking.“Ayo masuk! Pasti capek. Makasih ya udah mau beliin banyak oleh-oleh,” Ibu Hakim menggandeng lengan Ruth. Dia mengajak Ruth masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi rua
“Ini minum dulu, Rey,” Aster duduk di sisi Reynold. Dia memberikan gelas teh jahe untuk pria itu.Jordie menerimanya. Dia tersenyum dan berterima kasih pada Aster. Dia memang ingin minum yang hangat-hangat karena Lembang masih tetap dingin meski sekarang sudah memasuki waktu tengah hari.“Makanannya belum dateng ya?” gumam Jordie sambil menyesapi teh jahenya.“Katanya ada macet gitu tadi pagi, jadinya bahan makanan di tempat catering sampai agak siang,” terang Aster. “Kayaknya ada kecelakaan gitu.”Wajah Aster tampak sendu. “Untung ya kita tadi aman-aman aja waktu jalan-jalan,” pungkas Aster penuh dengan kelegaan.“Kita kan jalan kaki. Lagian, aku bakal selalu jaga kamu kok,” balas Jordie. Dia tersenyum tipis pada Aster.“Makasih ya,” Aster tersenyum lega mendengarkan perkataan Reynold. “Oya, kamu tadi kocak banget waktu mau nangkep ayam. Kok bisa sih k
“Sekarang kita udah sampai di penangkaran rusa,” tutur Hakim. Dia menggandeng Ruth melangkah masuk usai menyerahkan karcis.Mereka berhenti untuk membeli wortel. Setelah itu, mereka melangkah membagikan wortel-wortel di keranjang kecil pada para rusa yang hidup liar bebas di alam luas.“Rusa-rusanya besar ya!” seru Ruth. Dia agak takut jika nantinya disepak oleh rusa-rusa itu. Tanduk-tanduknya juga tajam.“Iya, kita habiskan dulu wortelnya di rute berpagar ini sambil aku fotoin kamu ya?” terang Hakim.“Kita foto berdua aja sih,” balas Ruth.Hakim sedikit terkaget dengan ucapan Ruth. Namun, dia senang mendengarnya karena Ruth mau berfoto dengannya.“Nggak apa-apa nih foto berdua?” tanya Hakim.Ruth menganggukkan kepala. Dia mengeluarkan
Senyuman Aster dan Jordie tak bisa berhenti meski mereka sudah masuk ke kamar masing-masing. Mereka menikmati momen olahraga bersama dan tiba di vila tepat waktu.Jordie memilih langsung mandi dang anti pakaian. Dia tak sabar ikut sarapan bersama dengan para kru. Bagaimanapun, saat sarapan dia bisa bersosialisasi seperti pesan Pak Michael dan bisa mengobrol akrab dengan Aster tanpa perlu takut ketahuan paparazzi. Ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.“Aku nggak tahu Aster pakai pakaian apa hari ini,” gumam Jordie. Dia ingin kembali terlihat serasi saat berpakaian bersama dengan Aster. Namun, kali ini dia tak bisa mengintip dari jendela balkon seperti kemarin.Jordie memutuskan mengenakan pakaian bernuansa putih biru. Lagipula, syuting variety show memang selalu lebih santai secara outfit dibandingkan dengan syuting iklan atau film.Setelah berganti pakaian, Jordie berlari ke ruang makan dan menyapa para staff. Hal ini sudah me