Sakura dan Lily terkaget mendengar ucapan Aster. Mereka langsung mengecek foto idola yang ada di daftar peserta briefing itu.
“Gimana? Beneran mirip, kan?” Aster mengulangi pertanyaannya. Pandangannya membulat lebar dengan penuh percaya diri.
“Sekilas aja sih, Kak,” jawab Sakura.
“Iya, benar. Jordie nggak mungkin semodis ini,” tutur Lily. Dia cenderung setuju dengan ucapan Sakura. “Lagian, banyak kok orang yang mukanya hampir-hampir sama.”
“Kak Aster, nggak usah terlalu serius mikirin Jordie. Lagian, kalau dia beneran serius, dia bakal balik temuin Kakak kok,” ujar Sakura. Dia merasa kasihan melihat Aster sekarang.
Aster menghela napas resah. Bagaimanapun, kekhawatirannya tak bisa dihilangkan. Jordie adalah anak adopsi di keluarganya. Keluarga kandung Jordi
“Aku hanya ingin mengajakmu makan kok,” jawab Jordie terbata. Dia terkaget melihat perubahan sikap Aster yang tadinya ramah menjadi galak. Semuanya terukir jelas dari wajah mungil Aster yang manis itu.“Jangan sok dekat ya? Aku nggak suka!” tegas Aster. Dia tak peduli jika wajah Reynold memiliki kemiripan dengan Jordie. Yang jelas, sikap Reynold sangatlah berbeda dengan Jordie. Reynold mirip dengan para pria hidung belang yang mencoba mendekatinya.Pandangan Aster memicing tajam menatap Jordie. Dia tak lagi memberikan pandangan malu-malu seperti saat pertama kali bertemu dengan Jordie tadi. Sebaliknya, dia malah seperti ingin memukul Jordie.Aster melangkah melewati Jordie begitu saja. Jordie hanya bisa terdiam mematung dan memperhatikan kepergian Aster.Jordie menghela napas berat. Dia memang berharap Aster tak akan menyadari jati dirinya sebagai seorang Jordie. Namun, dia juga tak mau Aster seketus ini padanya.Langkah Jor
“Kak Aster, tadi Kakak disusul sama Reynold itu nggak?” tanya Sakura saat bersantai bersama Aster usai makan malam.Mereka bertiga duduk-duduk di halaman rumah. Ada camilan ringan di meja kayu. Sudah lama mereka tak berkumpul bertiga seperti ini.“Tadi Reynold nyusul Kakak waktu Kakak pergi keluar,” imbuh Lily.“Kayaknya dia ngerasa nggak enak,” tutur Sakura.“Kalian berdua kenapa? Kok malah ngebela dia kesannya,” timpal Aster. Dia melirik bingung menatap dua saudari kembarnya.“Siapa yang ngebela, Kakak,” balas Sakura dan Lily nyaris bersamaan. “Kami cuma tanya.”Aster berdecak. Dia menghela napas sedikit berat. “Nggak tahu deh. Aku nggak suka dia,” tutur Aster.“Kenapa kamu nggak suka dia, Kak Aster?&rdq
“Wah, ada kue,” ucap Sakura. Dia sengaja mendekati Aster yang berduaan dengan Jordie. Ada rasa cemas jika Aster nanti menampar Jordie. Bisa-bisa nanti terjadi war antar-fans. Sesuatu yang harus dihindari di dunia hiburan agar kehidupan lebih damai.Jordie menoleh ke Sakura dan mengangguk sopan. Dia memberikan senyuman tipis pada Sakura. “Hai, Sakura, kan?” ujar Jordie. Dia pura-pura menebak meski sebenarnya dia sudah kenal wajah Sakura.“Iya dong. Kan kami bertiga kembar tidak identik. Jadi, lebih mudah dibedakan,” terang Sakura.Jordie mengangguk paham. “Kalian sama-sama mengagumkan,” balas Jordie.Pandangan Sakura menatap kotak kue yang dibawa Jordie. Aster memang belum menerimanya meski Jordie sudah memiliki niatan untuk memberikan kotak kue itu pada Aster.“Buat siapa itu kuenya?” tanya Sakura. Dia menatap lebih dekat kotak kue itu. “Wah, kue bentuk bunga. Ada banyak warna. Pasti
Jordie tak menyangka jika Aster sangatlah teliti. Saking telitinya, Aster terus mencurigai tiap perkataan Jordie dan menanyakan apakah ada maksud terselubung di balik semua itu. Alhasil, Jordie harus memutar otak lebih keras untuk memberikan jawaban agar Aster tak mencurigainya.“Katamu tadi kamu nggak ngikutin musik Indonesia. Berarti kamu ikutin musik lain, kan?” timpal Jordie kaku dan sedikit tergelagap. “Aster, kamu terlalu serius saat mengobrol denganku. Apa kamu memang seperti ini?”Aster berdecak. Pria di sampingnya itu tak memberikan jawaban jelas. Malah sekarang Jordie mengomentari perilaku Aster.“Suka-suka aku dong. Kok kamu ngatur-ngatur aku sih? Kamu kan bukan siapa-siapa aku,” oceh Aster. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. Langkahnya bergerak mendahului Jordie.Jordie menghela napas panjang dan berat. Tangannya menyeka keringat di kening. Baru kemudian, dia berjalan lebih cepat menghampiri Aster.Mereka mengunjungi kuil dan taman bermain. Kunjungan terakhir ditut
Aster panik saat melihat dua saudari perempuannya datang. Apalagi, mereka menggoda bahwa Aster sedang berpacaran dengan Reynold.“Kalian jangan asal bicara ya,” tegur Aster. Pipinya bersemburat sedikit kemerahan. Entah mengapa, dia merasa sedikit gerah. Padahal, sekarang sudah petang hari dan angina semilir membelai tubuh dengan sempurna.Sakura dan Lily tertawa bersama. Mereka duduk di kursi depan Aster dan Jordie.“Kalian sudah lama di sini?” tanya Lily penasaran. Dia memperhatikan lebih jelas ekspresi wajah Aster dan Jordie.“Belum ada satu jam kok,” jawab Jordie kalem. Dia sudah terbiasa diganggu oleh Lily dan Sakura saat sedang berduaan dengan Aster. “Kalian mau makanan? Aku tadi beli camilan.”“Boleh deh,” sahut Sakura. Dia sama sekali tak malu-malu jika ditawari orang lain makanan.“Sa, jaga sikap sedikit,” beritahu Aster.“Kenapa? Kak Aster aja makan makanan dari Reynold kok,” Sakura menjulurkan lidahnya. Tangannya mengambil mochi yang ditaburi pa
Aster menatap pesan dari Jordie cukup lama. Dia heran karena mendadak diundang makan malam bersama.“Kak, kenapa ngelamun?” tegur Sakura. Dia baru selesai siaran langsung untuk menyapa fansnya. Langkahnya mendekati Aster yang sedang membaca majalah komik romansa bulanan yang terkenal di Jepang.“Aku bingung,” Aster meletakkan majalah itu di meja.“Bingung kenapa?” Sakura duduk di sisi Aster.Aster menunjukkan pesan dari Jordie. Sakura membacanya sekilas.“Oh, diajak pergi makan malam kayak kemarin,” tutur Sakura. “Kenapa bingung, Kak? Kita kan tinggal ke sana aja.”Sakura tersenyum tipis. Dia tampak enteng dan tak mempermasalahkan ajakan dari Jordie itu.“Ini Reynold lho yang ngajakin kita. Kamu yakin mau ikutan?” tanya Aster sekali lagi. “Kita kayaknya terlalu akrab deh sama dia. Kayak nggak wajar gitu.”Sakura terdiam sesaat. Mereka memang tak mudah akrab dengan orang baru. “Tapi, Reynold tuh asik orangnya,” ujar Sakura. “Dia nggak pernah komentarin
Jordie segera mengambil jarak dari Ruth. Alih-alih membiarkan Ruth memeluk lengannya, Jordie langsung melepaskan pelukan Ruth dan berada di sisi Hakim.“Ruth, kamu mengagetkanku,” ujar Jordie. Dia menepuk-nepuk bahu Hakim. “Aku bersama asistenku. Namanya Hakim. Kamu masih ingat, kan?”Ruth terdiam sesaat. Dia memandangi Hakim dan tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Asistenmu yang tampan ini, kan? Mana mungkin aku melupakannya?” balas Ruth.Wajah muram Hakim langsung berubah seratus persen usai mendengarkan pujian dari Ruth. Tangannya bergerak mengusap-usap pipinya dengan canggung.“Aku setampan itukah?” tanya Hakim. Dia ragu karena mendapatkan pujian bagus dari Ruth. “Kamu nggak lagi berusaha membuat hatiku senang, kan?”“Semua orang berbicara agar teman mengobrolnya bahagia, Hakim,” tutur Ruth. “Lagipula, untuk apa berbicara hal buruk? Ucapan buruk hanya akan membawa hal-hal buruk. Kita tidak perlu melakukan itu semua.”Hakim terpukau dengan cara bicara
Jordie ternganga mendengar ucapan Sakura. Dia tak menyangka jika Sakura akan meminta hal yang sulit untuk dia lakukan.Memang benar dia yang menghindari Aster selama ini. Namun, dengan jarak sedekat sekarang, Jordie tak yakin dengan keputusannya itu. Kesempatan ini membuatnya terlena.“Rey, aku minta tolong ya? Ini semua demi kebaikan kita bersama,” tutur Sakura. “Kamu pasti nggak mau terkena berita skandal, kan? Aku dengar agensimu sangatlah ketat soal ini.”“Tapi, kita kan bekerja di acara yang sama,” balas Jordie. Dia mencoba meyakinkan Sakura. “Bukankah kita harus menjaga hubungan dengan baik?”“Soal itu aku paham maksudmu. Tapi, beberapa artis yang bermusuhan tetap bisa saling bertukar senyuman saat berada di depan kamera. Aku pikir ini bukanlah hal sulit untukmu,” terang Sakura. “Aku harap kamu bisa mengerti.”Jordie terdiam cukup lama. Dia merasa frustasi tapi kepalanya berakhir mengangguk karena Sakura terus mendesaknya.“Aku pamit dulu ya,” Jordie me
Seharian Hakim dan Jordie hanya mengurusi packing barang untuk dibawa konser ke Bali dan memantau perkembangan berita di media sosial. Sampai malam hari, tidak ada berita apapun tentang Aster dan Reynold. Artinya, tidak ada yang tahu tentang kejadian saat Jordie dan Aster berciuman.“Sementara waktu kita aman,” ujar Hakim. “Aku cuma berani menyimpulkan hal ini saja karena memang nggak ada berita tentang kamu.”Jordie mengangguk paham. Hatinya lega karena memang tak ada yang mengekorinya. Dia lega karena Aster tidak akan diganggu oleh para fans garis keras Reynold.“Sekarang kamu bisa istirahat tenang, Die. Besok kita langsung ke Bali,” terang Hakim.“Iya,” sahut Jordie.Dia kembali ke kamarnya. Tangan Jordie mengambil ponselnya. Dia mencari nomor Aster. Hatinya ingin s
Sebuah peluk erat merengkuh tubuh Aster dengan hangat. Ciuman yang menyentuh bibirnya semakin dalam. Hati Aster berdesir aneh. Rasanya seperti begitu dekat dengan Rey.Aster segera mendorong dada Rey menjauh darinya. Rasa bersalahnya muncul karena dia berciuman dengan pria lain selain Jordie.Buru-buru Aster mendorong dada Rey. Tangannya bergerak otomatis menampar pipi Rey sekeras mungkin untuk menyadarkan Rey.Jordie terkesiap kaget mendapatkan tamparan itu. Dia ternganga dan tersadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah.“Minggir!” Aster kembali mendorong Rey. Dia merasa jijik pada dirinya sekarang. Tangannya bergerak mengusap bibirnya yang baru saja dicium Rey.Sepasang mata Aster memanas. Dia bisa merasakan air yang menggenangi matanya. Dia segera bangkit dari duduknya dan berlari menuju tenda tem
“Maaf ya! Kamu pasti udah lama nunggu ya?” sapa Jordie. Dia baru saja keluar dari hotel dan masuk ke dalam mobil Aster.“Nggak masalah kok,” jawab Aster. “Duduk sini. Mau sarapan bareng nggak? Kita cari yang anget-anget gitu.”Jordie duduk di kursi kemudi. Dia mengenakan seat belt-nya. “Yang anget-anget? Mau bubur ayam?” tawar Jordie. Dia mulai mengemudikan mobil Aster.“Boleh deh. Soto Bandung juga enak,” tutur Aster. “Gorengan, batagor, ketupat sayur, lotek. Enak semua tuh.”Tawa Jordie terdengar. Aster memang paling suka makan dan dia tak bisa menghentikan hobi Aster itu.“Kenapa ketawa?” Aster menoleh dan menatap Jordie dengan pandangan heran.“Pantes sih kalau kamu kerja di bidang kuliner. Soalnya kamu suka banget sama makanan,” tutur Jordie.“Oh, itu rupanya,” Aster tersenyum simpul. “Aku kira gara-gara aku malu-malu
“Ruth, bangun, Ruth,” Hakim mengetuk-ngetuk pintu kamar Ruth.Dia berniat untuk mengajak Ruth jalan pagi. Mengingat, kemarin malam, mereka memang sudah berencana untuk jalan-jalan santai bersama.“Kim, kenapa ganggu si Teteh?” tanya Ibu Hakim. Dia mengerutkan keningnya menatap anak laki-lakinya mengetuk-ngetuk pintu kamar tamu dimana Ruth tidur pulas.“Ini, Bu. Kan kemarin janjian mau jalan-jalan pagi ke sungai deket rumah. Tapi, Ruth kayaknya belum bangun gitu,” terang Hakim pada sang ibu.“Kamu ini masa’ ngajak jalan-jalan si Teteh ke sungai. Apa nggak kasihan?” balas Ibu Hakim terheran. “Teteh kan nggak ada hobi mancing kayak kamu. Nanti bukannya seneng, malah kesurupan di sana.”“Bu, kan bisa mandi di sana. Airnya bagus lho. Nggak harus manc
“Gimana, Ruth?” Hakim menemani Ruth mengobrol di teras rumah saat usai makan malam.“Aku kenyang banget,” ujar Ruth. Dia mengusap-usap perutnya dengan senyuman lebar di wajahnya. “Ibumu pandai masak ya?”“Aku juga ikut masak tadi,” timpal Hakim. Dia sedikit pamer kemampuannya pada Ruth. Mungkin saja Ruth akan memujinya juga.“Benarkah? Eh, tapi kan kamu punya geprek ayam ya? Pasti masakanmu memang enak,” tutur Ruth. Dia tersenyum dan memuji kemampuan memasak Hakim juga.Hati Hakim berbunga-bunga mendengarkan pujian Ruth. Bahkan, Ruth memuji usaha geprek ayamnya.“Kamu udah mampir ke sana nggak?” tanya Hakim.Ruth menggelengkan kepala. “Aster dan Rey sibuk, kan? Aku nggak mungkin ajak Dio. Dia mana mau makan di tempat pinggiran seperti itu,” Ruth tersenyum getir. Dia menghela napas panjang dan berat. “Apa aku putus sama Dio aja ya?”Hakim te
“Namanya siapa?” tanya Ibu Hakim. Perempuan yang sudah beruban dan berambut pendek di bawah telinga itu memandangi Ruth dengan tatapan lamat-lamat.Pandangannya memang sudah mengabur karena faktor usia. Ditambah lagi, akhir-akhir ini dia juga sering sakit-sakitan sampai Hakim harus cuti kerja selama satu minggu.“Ruth, Tante,” jawab Ruth. Dia tersenyum tipis pada Ibu Hakim.“Cantik ya? Mirip sama orangnya,” puji Ibu Ruth. Dia tersenyum ramah pada Ruth.Hati Ruth lega mendengarkan ucapan Ibu Hakim. Dia pikir dia akan disambut dengan buruk. Nyatanya, semua itu hanyalah pikirannya yang terlalu overthinking.“Ayo masuk! Pasti capek. Makasih ya udah mau beliin banyak oleh-oleh,” Ibu Hakim menggandeng lengan Ruth. Dia mengajak Ruth masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi rua
“Ini minum dulu, Rey,” Aster duduk di sisi Reynold. Dia memberikan gelas teh jahe untuk pria itu.Jordie menerimanya. Dia tersenyum dan berterima kasih pada Aster. Dia memang ingin minum yang hangat-hangat karena Lembang masih tetap dingin meski sekarang sudah memasuki waktu tengah hari.“Makanannya belum dateng ya?” gumam Jordie sambil menyesapi teh jahenya.“Katanya ada macet gitu tadi pagi, jadinya bahan makanan di tempat catering sampai agak siang,” terang Aster. “Kayaknya ada kecelakaan gitu.”Wajah Aster tampak sendu. “Untung ya kita tadi aman-aman aja waktu jalan-jalan,” pungkas Aster penuh dengan kelegaan.“Kita kan jalan kaki. Lagian, aku bakal selalu jaga kamu kok,” balas Jordie. Dia tersenyum tipis pada Aster.“Makasih ya,” Aster tersenyum lega mendengarkan perkataan Reynold. “Oya, kamu tadi kocak banget waktu mau nangkep ayam. Kok bisa sih k
“Sekarang kita udah sampai di penangkaran rusa,” tutur Hakim. Dia menggandeng Ruth melangkah masuk usai menyerahkan karcis.Mereka berhenti untuk membeli wortel. Setelah itu, mereka melangkah membagikan wortel-wortel di keranjang kecil pada para rusa yang hidup liar bebas di alam luas.“Rusa-rusanya besar ya!” seru Ruth. Dia agak takut jika nantinya disepak oleh rusa-rusa itu. Tanduk-tanduknya juga tajam.“Iya, kita habiskan dulu wortelnya di rute berpagar ini sambil aku fotoin kamu ya?” terang Hakim.“Kita foto berdua aja sih,” balas Ruth.Hakim sedikit terkaget dengan ucapan Ruth. Namun, dia senang mendengarnya karena Ruth mau berfoto dengannya.“Nggak apa-apa nih foto berdua?” tanya Hakim.Ruth menganggukkan kepala. Dia mengeluarkan
Senyuman Aster dan Jordie tak bisa berhenti meski mereka sudah masuk ke kamar masing-masing. Mereka menikmati momen olahraga bersama dan tiba di vila tepat waktu.Jordie memilih langsung mandi dang anti pakaian. Dia tak sabar ikut sarapan bersama dengan para kru. Bagaimanapun, saat sarapan dia bisa bersosialisasi seperti pesan Pak Michael dan bisa mengobrol akrab dengan Aster tanpa perlu takut ketahuan paparazzi. Ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.“Aku nggak tahu Aster pakai pakaian apa hari ini,” gumam Jordie. Dia ingin kembali terlihat serasi saat berpakaian bersama dengan Aster. Namun, kali ini dia tak bisa mengintip dari jendela balkon seperti kemarin.Jordie memutuskan mengenakan pakaian bernuansa putih biru. Lagipula, syuting variety show memang selalu lebih santai secara outfit dibandingkan dengan syuting iklan atau film.Setelah berganti pakaian, Jordie berlari ke ruang makan dan menyapa para staff. Hal ini sudah me