Home / Romansa / PULANG KAMPUNG / 63 Sama-sama Kaget

Share

63 Sama-sama Kaget

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2022-07-14 19:27:09

"Mas Huda, diminum dulu. Camilannya juga, Mas. Maaf seadanya," ucap Bu Sri begitu sopan. Dia menawariku teh yang hampir dingin dan pisang goreng.

Aku pun menyeruput teh itu hingga beberapa teguk. Suasana masih cukup pagi, perumahan ini pun cukup ramai dengan suara anak-anak yang bermain di samping rumah. Kebetulan rumah Mbah Minah berdampingan dengan taman kecil.

"Semua masa lalu mertua dan istri saya sudah Mbah jelaskan. Saya ucapkan terima kasih, Mbah. Saat mendengar semua cerita ini, saya yakin Ningrum akan terluka, tapi setidaknya cerita kni akan membuat hidupnya jauh lebih tenang. Tak disesaki berbagai pertanyaan dan kebingungan. InsyaAllah lukanya tak akan lama. Saya yang akan berusaha membantu melupakan masa kelamnya."

Mbah Minah manggut-manggut lalu menatapku beberapa saat.

"Mira anak yang shalehah. Mbah yakin, sepertinya Ningrum juga demikian. Sama-sama shalehah. Mbah lihat dari ketulusanmu, Nak. Harusnya Mbah yang bilang terima kasih karena kalian tak memperkarakan ini. Ngga
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • PULANG KAMPUNG   64 Usai

    Mayangsari Zahrana. Dia nggak salah juga memperkenalkan dengan nama Sari, sebab itu memang bagian dari nama panjangnya.Namun sepertinya dia sengaja menggunakan itu untuk menyembunyikan jati dirinya. Mungkin dia mengerti cepat atau lambat aku akan mencari tahu soal ini.Mayang tersenyum tipis menatapku lalu melangkah pelan menuju teras. Tempat di mana aku berada."Hai, Mas. Dugaanku benar, kan? Kamu pasti di sini. Gimana? Sudah tahu semua tentang masa lalu ibu mertua dan istrimu?" tanya Mayang dengan nada mengejek. Entah apa maksudnya.Apa karena ibu Mira hanya sebagai istri kedua? Hingga Mayang bisa meremehkannya begitu saja? Padahal dia tak tahu bagaimana pengorbanan dan perjuangan ibu mertuaku itu, makanya terlihat begitu mengejek. "Aku sudah mendengar semua penjelasan Mbah Minah dan Pak Herman. Dan sejauh ini aku sangat bangga dengan segala pengorbanan ibu mertuaku, juga istriku. Memangnya kenapa, May? Ada yang salah dengan mereka hingga kamu seolah begitu menghina?" tanyaku dat

    Last Updated : 2022-07-15
  • PULANG KAMPUNG   65 Kejutan Spesial

    Masa lalu ibu Mira menjadi pelajaran yang cukup berharga buatku. Banyak hikmah yang dapat kuambil di dalamnya.Detik ini, kustel rekaman itu di atas meja. Seluruh keluarga berkumpul untuk mendengarkan semua penjelasan Mbah Minah. Tak ada yang bersikap biasa saat Mbah Minah mulai menjelaskan masa lalu keponakannya.Ibu dan Ningrum saling berpelukan. Mereka saling menguatkan. Sementara Mila dan Mbak Sinta menunduk dalam isak. Mereka kembali menyeka buliran kecil yang menetes di kedua pipinya."Ya Allah, Mas. Kasihan ibu." Lirih kudengar suara Ningrum lalu dia limbung begitu saja di pelukan ibu. Aku membopong Ningrum menuju kamar, sementara ibu berusaha mengusap kening Ningrum dengan minyak angin.Mbak Sinta pun membuatkan teh hangat untuk Ningrum. Aku cukup lega sekarang. Karena saudara-saudara Ningrum sepertinya semakin bertambah sayang.Mereka berusaha menghibur Ningrum dan memupuk hatinya agar tak selalu berkubang dalam duka.Ibu selalu mengingatkannya, apapun yang terjadi Ningrum te

    Last Updated : 2022-07-16
  • PULANG KAMPUNG   66 Dia Dalangnya

    Sebuah panggilan masuk. Om Burhan. Mungkinkah Mayang sudah menjelaskan semua masa lalu itu pada papanya?"Assalamu'alaikum, Huda. Gimana kabarnya?" suara Om Burhan terdengar serak. Tak seperti biasanya yang cukup keras dan tegas."Wa'alaikumsalam, Om. Alhamdulillah baik. Om sendiri apa kabar? Saya juga baru pulang dari Jakarta kemarin," balasku."Baik juga, Da. Mayang sudah cerita semuanya." Lirih kudengar jawaban dari Om Burhan. Dia tak lagi melanjutkan obrolan, mendadak diam dan hening sesaat."Om ....""Kita harus bertemu, Da. Firasat Om waktu itu ternyata benar. Entah mengapa saat kalian datang dua bulan lalu, ada perasaan berbeda saat menatap kedua mata Ningrum. Ada rasa aneh yang cukup sulit Om jelaskan. Om tak menyangka jika dia adalah Arum. Anak kandung Om sendiri," ucap Om Huda kemudian."Iya, Om. Kita memang harus ketemu. Walau bagaimanapun Ningrum dan Om ada hubungan darah. Kita selesaikan masalah ini baik-baik, tapi saya masih agak sibuk tiga atau empat bulan ke depan kare

    Last Updated : 2022-07-17
  • PULANG KAMPUNG   67 Supaya Jera

    "Mayang, kamu yang merencanakan kecelakaan Gina, kan?" ucap Mas Huda lagi dengan tatapan tajam.Mayang terlihat gelagapan dan salah tingkah. Tak hanya dia, tapi juga laki-laki di sampingnya yang sempat di penjara beberapa bulan itu.Dari penampilannya, sepertinya laki-laki itu bukan dari golongan menengah ke bawah. Penampilannya cukup rapi, kulit bersih terawat dan ponsel serta outfit yang dia pakai pun terlihat mahal.Pantas jika Mas Huda bilang pada ibu untuk tak perlu mempermasalahkan berapa bulan atau tahun hukuman penabrak Gina, sebab seringkali ketukan hukuman tak sesuai dengan kenyataan di lapangan.Entahlah, sering kali uang mengalahkan kebenaran yang ada. Orang bilang, hukum bisa dibeli. Selagi ada uang, tak perlu takut dengan bui. Tumpul ke atas dan tajam ke bawah sudah amat lumprah dan bukan hal yang perlu dirahasiakan lagi."Mayang!" Mas Huda sedikit membentak. Aku gegas memanggil anak-anak untuk keluar dari area bermain dan siap-siap pulang.Mas Huda meminta Mayang untuk

    Last Updated : 2022-07-18
  • PULANG KAMPUNG   68 Tanda Tangan

    Hari ini, hari yang cukup bersejarah buatku. Hari dimana Mas Huda mempertemukanku kembali dengannya. Pertemuan pertama pasca kutahu tentang masa lalu ibuku.Muhammad Rizal Burhanudin. Laki-laki yang seharusnya kupanggil papa itu tersenyum tipis menatapku saat dia keluar dari mobilnya.Tak seperti saat pertama kali bertemu, Om Burhan memakai kursi roda sementara sekarang dia memakai kruknya.Mas Huda ikut membantu laki-laki lebih setengah abad itu untuk duduk di ruang tamu. Ibu pun mulai menanyakan kabar atau basa-basi lainnya, sementara Mbak Sinta dan Mila sibuk di dapur untuk membuatkan minum dan menyiapkan camilan."Ningrum apa kabar?" tanya laki-laki itu setelah ngobrol dengan ibu. Wajahnya begitu teduh dengan senyum tipis di bibirnya.Jika dilihat dari wajahnya memang terlihat sopan, kalem dan berwibawa. Namun tak tahu bagaimana dalamnya hati seseorang, karena toh ibuku dulu juga tak merasakan cinta yang adil darinya hingga aku terbuang dari dekapannya."Alhamdulillah baik, Om," b

    Last Updated : 2022-07-19
  • PULANG KAMPUNG   69 Move On

    Masalah demi masalah datang menghampiri, tapi ada saatnya mereka akan pergi. Begitu pula masa lalu yang menyakitkan hati, akan berganti dengan senyum dan tawa di masa kini.Sekian lama aku merenung, mengeja kembali apa yang telah terjadi selama ini. Perlahan mencoba mengikhlaskan meski terlalu sulit kulakukan.Rasanya masih terselip kecewa, sakit hati, terluka dan cemburu dalam dada. Semua perasaan sakit yang bertumpuk dan campur aduk.Tak mungkin bisa hilang sehari dua hari, tapi aku tetap berusaha untuk melupakan dan menggantinya dengan senyum.Tak mungkin juga terus menerus membayangkan dan meratapi masa lalu, karena saat ini ada orang-orang yang begitu mencintai dan membutuhkan cintaku.Orang-orang yang kuyakin Allah kirimkan untuk menggantikan mereka yang telah menyakiti. Tetap yakin bahwa semua ini adalah bagian dari qadarNya yang indah.Buktinya kini DIA mengganti semua luka dan air mata itu dengan senyum dan tawa. Dikelilingi orang-orang yang selalu mencintaiku dan menyebut na

    Last Updated : 2022-07-21
  • PULANG KAMPUNG   70 Pulang, Mas!

    "Assalamu'alaikum." Terdengar suara yang begitu kukenal dari luar. Laki-laki itu sudah berdiri di sana dengan senyum tipisnya. Dia menatapku dan Mbak Sinta sembari menganggukkan kepala."Wa'alaikumsalam." Aku dan Mbak Sinta menjawab salamnya lirih. Laki-laki itu Mas Rudy, mantan suami Mbak Sinta.Entah mengapa saat ini penampilannya sangat berubah. Kusut, kurus dan seperti menyimpan banyak masalah hingga membuat wajahnya tak sefresh dulu."Eh, Mas Rudy. Masuk, Mas. Silakan duduk," ucapku kemudian, mempersilakan Mas Rudy untuk duduk di sofa single bersebelahan denganku dan Mbak Sinta.Aku tak tahu kenapa Mas Rudy tiba-tiba datang ke sini. Biasanya dia hanya mampir di teras, ngobrol sebentar menanyakan kabar Mbak Sinta atau anak-anaknya, titip salam lalu pamit pergi.Mungkin dia melihat Mbak Sinta di sini jadi sekalian ngobrol. Barangkali memang ada sesuatu yang cukup penting yang akan dia obrolkan dengan Mbak Sinta. Entahlah.Berulang kali aku lihat Mas Rudy wira-wiri di depan tokoku.

    Last Updated : 2022-07-22
  • PULANG KAMPUNG   71 Meluruskan Fitnah

    Suasana di rumah sudah sangat ramai. Acara empat bulanan digelar sederhana dengan mengundang para tetangga. Acara akan dimulai sebentar lagi, bakda ashar.Mas Huda dan Mas Angga juga dibantu dua tetangga lain pun sudah pulang setelah membagikan 200 box makanan ke orang-orang yang membutuhkan.Acara spesial ini diawali dengan sambutan kecil Mas Huda yang mengucapkan syukur atas kehamilanku yang ketiga.Dia minta kepada semua untuk senantiasa mendoakan keselamatanku dan calon buah hati kami. Tak hanya itu saja, Mas Huda juga sekalian mengucapkan syukur atas berdirinya rumah di samping ibu yang mulai hari ini kami tinggali.Sebenarnya pembangunan rumah sudah selesai dua hari yang lalu. Perabotan pun sudah lengkap. Rumah dengan tiga kamar di bawah dan dua kamar di atas.Gala dan Gina memilih kamar atas, sementara aku dan Mas Huda juga calon buah hati kami yang ketiga di kamar utama yang lebih luas dibandingkan kamar lainnya.Setelah sambutan kecil dari Mas Huda dan ibu, acara selanjutnya

    Last Updated : 2022-07-23

Latest chapter

  • PULANG KAMPUNG   86. Takdir Yang Indah (Tamat)

    Setiap orang memiliki takdir hidup masing-masing yang pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula hidupku dan hidup mereka. Bahkan sekalipun terlahir dari rahim yang sama, tak lantas memiliki jalan hidup yang sama. Sebab apa? Allah jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk hambaNya, sekalipun kadang sang hamba tak paham jika takdirNya tak pernah salah jika kita menerimanya dengan lapang dada. Selama hidup, sudah terlalu banyak nikmat yang kudapatkan. Meski dulu sempat hidup di bawah garis kemiskinan, namun rasa syukur atas segala takdirNya tak pernah kulupakan. Aku selalu menerima segala alur hidup yang telah digoreskanNya, apapun itu, termasuk saat menjadi anak dari istri kedua papa. Meski awalnya sempat shock dan tak menyangka, namun pada akhirnya aku menerima dan menyadari jika memang inilah takdir yang terbaik untukku. Tak terus perlu mengeluh atau kecewa, sebab di setiap qadar yang DIA berikan selalu ada hikmah dan kenikmatan yang tentu akan kudapatkan. Jika tidak

  • PULANG KAMPUNG   85. Hari Bahagia

    Semua rombongan sudah siap. Mas Angga dengan keluarga Mbak Sinta dalam satu mobil yang sama, Mila sekeluarga dan keluarga kecilku bersama ibu. Tiga rombongan keluarga besar ini sudah lengkap dengan baju yang sama. Empat belas orang memakai baju seragaman yang kupesan tiga minggu yang lalu. Rona bahagia terpancar, celoteh riang anak-anak dan canda lelaki dewasa terdengar saat memanasi mobil sebelum berangkat ke tempat acara. Sebuah gedung yang biasa disewa untuk acara pernikahan. "Keluarga Bu Yuni bahagia banget ya?" Suara Mbak Ambar terdengar saat dia dan tetangga lain sedang belanja sayur di depan rumah Bude Narti. "Iya, semuanya mapan," sahut yang lain entah siapa. "Mereka mapan semua karena Ningrum dan Huda sabar dan ikhlas membantu perekonomian saudara-saudaranya. Kalian masih ingat kan bagaimana sikap ketiga saudaranya itu saat mereka baru tiba di kampung ini?" "Ingatlah. Mereka dihina, diremehkan bahkan difitnah piara tuyul segala, tapi tetap sabar mengahadapi semuanya. Aku

  • PULANG KAMPUNG   84 Pembolak-balik Hati

    Waktu terus bergulir. Usia Gaffi menginjak tiga bulan. Anak lelakiku itu, semakin hari terlihat semakin menggemaskan. Kedua kakaknya pun begitu menyayanginya. Tiap pulang sekolah, kedua anak itu bergantian menjaga adik kecilnya.Aku berharap mereka selalu akur, saling sayang dan saling melindungi satu sama lain hingga dewasa dan menua nanti. Seperti harapan kebanyakan orang tua yang menginginkan anak-anaknya saling mengasihi satu sama lain, dalam suka maupun duka.Hari ini ibu dan Mbak Sinta masak-masak sebab Mayang akan datang bersama papa. Aku sangat bersyukur karena kesehatan papa mulai membaik meski masih dibantu kursi roda. Setidaknya, papa sudah melewati masa kritis dan komanya.Tiap kali Mayang video call, wajah papa tambah berbinar bahagia. Berulang kali mengucapkan maaf dengan mata berkaca-kaca. Sepertinya papa benar-benar merasa bersalah karena sudah menelantarkanku saat bayi hingga baru menemukanku sedewasa ini.|Rum, aku dan papa juga Andre hampir sampai. Mau titip sesuatu

  • PULANG KAMPUNG   83 Kabar Bahagia

    Detik ini, rasanya hati berdebar tak karuan. Kucoba untuk bicara meski terasa begitu berat. Jujur dalam hati aku juga tak ingin melihat Om Burhan sakit. Ada rasa sayang yang terselip di sini. Di hatiku untuknya. Hanya saja, mungkin masih agak kaku sebab terlalu lama aku tak mengenalnya.Kuhirup napas dalam lalu menghembuskannya. Kembali menata hati agar lidah ini mampu mengucapkan kalimat yang baik-baik saja untuknya. Aku tak ingin membuatnya kecewa pun terluka dengan kalimatku yang mungkin tak kusengaja."Assalamu'alaikum, Pa. Gimana kabarnya? Ini Ningrum. Kami sekeluarga sehat. Ningrum harap papa juga lekas sehat supaya kita bisa bertemu kembali." Aku mulai bercerita meski kutahu mungkin Om Burhan tak akan membalasnya. Sesak. Kalimat yang keluar dari bibir begitu berat hingga aku harus menjedanya beberapa saat. Kuseka bulir bening yang kembali menetes ke pipi. Rasanya tak kuat, tapi aku harus melakukannya demi semua. Demi Om Burhan juga."Ningrum sudah melahirkan, Pa. Hari ini cucu

  • PULANG KAMPUNG   82 Koma

    Hari ini acara aqiqah Gaffi. Anak ketigaku yang bernama lengkap Muhammad Gaffi Al Huda. Dua ekor kambing sudah disembelih dan dimasak oleh para tetangga.Seperti biasa, di kampungku memang jarang pesan catering. Kami biasanya bergantian membantu siapa saja yang hajatan, dari aqiqahan, khitan sampai nikahan.Gotong royong di sini masih cukup kental. Makin mempererat tali silaturahmi antar tetangga, tapi tak jarang menjadi tali perghibahan juga. Seperti pada umumnya.Setelah acara masak memasak selesai, biasanya nasi dan lauk-pauk disusun ke dalam keranjang nasi dan dibagikan ke para tetangga. Malamnya acara inti, makan bersama, ikut dengarkan kajian dan potong rambut serta memperkenalkan nama si bayi.Aku begitu bahagia bisa melahirkan Gaffi dengan sempurna meski harus dengan operasi secar. Semoga saja tak ada nyinyiran seperti yang sering kudengar dari komentar para ibu di sosial media. Komentar membanding-bandingkan seorang ibu yang melahirkan secar dengan ibu yang melahirkan normal.

  • PULANG KAMPUNG   81 Spesial

    "Mau apa kalian ke sini? Perang?" Mbak Sandra memandang ke arah kami dengan sinis. Dia beranjak dari .eja kerjanya lalu menghampiri kami yang sudah seperti rombongan pendemo saja.Mas Angga meletakkan beberapa foto itu di atas meja termasuk foto motor Mas Rudy yang lama. Perempuan yang usianya tak jauh dariku itu melirik foto-foto yang sengaja dijejer Mas Angga di sana.Kedua mata perempuan berpenampilan glamor itu pun sedikit kaget. Bola matanya bergerak ke kanan-kiri seolah kebingungan. Mungkin dia merasa aman dan tak menyangka jika aku dan Mbak Indah justru bekerja sama untuk menjebaknya.Beberapa karyawan yang ada di sini mendadak ke belakang, bahkan ada pelanggan yang pergi begitu saja saat rombongan kami datang."Gara-gara kalian calon pembeliku pada pergi. Sebenarnya apa mau kalian, ha?!" Mbak Sandra sedikit membentak."Pembelimu juga bakal kabur semua kalau mereka tahu kelakuan busukmu!" bentak Mas Angga balik."Ada urusan apa kalian ke sini. Cepat ngomong, jangan bertele-tele

  • PULANG KAMPUNG   80. Pelaku

    Bakda isya'. Mas Huda mengundang Mas Rudy untuk bertemu di resto kami. Waroeng Ndeso namanya. Menu-menu yang disajikan adalah menu desa.Mas Huda sudah menghidangkan sop buntut, aneka gorengan, ayam panggang dan nila bakar di atas meja.Keluarga kecilku, ibu, Mas Angga dan Dika ditambah Mas Rudy menikmati hidangan ini di gazebo paling belakang. Semua menikmati hidangan dengan nikmat.Masakan dengan rasa yang pas di lidah, enak dan nagih. Pantas dua bulan ini banyak yang datang, orderan online pun cukup banyak. Entah darimana Mas Huda mendapatkan koki yang sepintar ini.Restoran ini pun sebuah kejutan dari Mas Huda untukku di usia tujuh bulanan lalu. Kini usia kandungan menginjak bulan ke sembilan. Perkiraan lahir tinggal menghitung hari lagi.Setelah semua selesai makan, ibu mengikuti anak-anak yang nonton tivi di dalam. Ada ruangan khusus untuk Mas Huda dengan sofa dan tivi di sana. Tak hanya itu saja, ada toilet dan kulkas juga di dalamnya. Cukup nyaman untuk sekadar melepas lelah.

  • PULANG KAMPUNG   79. Pemilik Plat Motor

    Pagi ini Mas Huda mengantarku ke toko. Kebetulan dia tak ada acara, jadi memiliki waktu lebih untukku dan anak-anak. Biasanya dia terlalu sibuk ke sana-sini untuk usaha barunya.Mas Huda membuka resto dengan menu andalan sop buntut, rawon dan timlo. Ada juga ayam dan ikan goreng atau bakar, gorengan, kerupuk dan aneka sambal.Resto itu sudah berjalan dua bulanan, mungkin karena itu Mas Huda tak terlalu sibuk lagi sebab sudah berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan.Mas Huda tiduran di lantai atas, sementara aku ikut cek beberapa pesanan online bersama Mbak Arum dan Mbak Nisa di lantai bawah."Mbak, hari Rabu lalu Bu Sandra ke sini loh," ucap Mbak Nisa disertai anggukan Mbak Arum. Aku sedikit menaikkan alis."Maksudnya Bu Sandra yang punya toko seberang, kan?" Aku memastikan."Iya, Mbak. Yang dulu ke sini narik-narik suaminya itu. Waktu itu dia ke sini sendirian," sambung Mbak Arum."Nanya soal apa dia?" Aku mulai penasaran dengan cerita Mbak Arum. Mau ngapain Mbak Sandra ke to

  • PULANG KAMPUNG   78. Solusi Terbaik

    Mas Angga masih terlihat kusut dan diam beberapa menit sebelum menceritakan permasalahannya."Kenapa sih, Mas? Ada apa?" tanya Mas Huda lagi. Mas Angga menghela napas lalu menyandarkan punggungnya ke sofa."Sebenarnya ini masalah sudah cukup lama sih, Da. Awalnya dari ributnya rumah tanggaku dengan Agnes sampai aku bercerai dengannya. Aku memilih berpisah karena sudah angkat tangan dengan kelakuannya yang memusingkan kepala. Kupikir dengan bercerai, aku akan lebih bebas dan dia tak bisa merecoki hidupku lagi. Ternyata dugaanku salah besar. Dua kali dia membuat keributan di kantor hingga aku mendapatkan SP 3. Dia tak terima aku dekat dengan teman kantorku, padahal jelas dia yang selingkuh. Dia mungkin tetap ingin aku terus mengejarnya, sementara dia sesuka hatinya. Parahnya, kemarin dia membuat ulah lagi. Hanya karena dia melihatku makan siang dengan teman kantorku."Mas Angga menghela napasnya lalu mengusap wajah kasar. Keningnya semakin berkerut memikirkan masalah yang terus menimpa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status