Share

14. Ancaman

Penulis: yessiratna
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-12 06:43:25
( PoV Asmara )

"Ternyata ini penyebab kamu selalu nyuekin aku dan nggak ngebolehin aku menyentuh kamu Ra?" Aku terkejut. Sepagi ini Aksara sudah ada di rumahku? Apakah tadi malam dia kembali lagi setelah memarahiku, pergi dan tak bisa di hubungi?

"Kamu kapan datang? Ini kan masih pagi banget." Aku mencoba mengalihkan pembicaraannya. Aku tahu dia pasti akan marah ketika tahu kalau aku menghabiskan waktuku semalaman bersama dengan Albert. Berkemah bersamanya.

"Di apain aja sama Albert?" Aksara tang tadinya duduk di atas sofa ruang tamuku, kini berdiri. Berjalan perlahan menghampiriku dengan kedua tangannya dia lipat di atas dadanya.

"Apa sih? Udah ah. Aku mau mandi. Nggak mau telat ke sekolahnya." Aku tak menghiraukannya. Aku melanjutkan langkahku. Berniat masuk ke dalam kamar dan mengganti baju ku yang sudah bau bantal ini dengan seragam sekolah.

"Kamu tahu kan kalau aku nggak suka di cuekin?" Aksara menggenggam tanganku. Dia menarikku dengan begitu kencang. Hingga tubuhku terbantin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PUDING JELLY   15. Kehebohan

    ( PoV Albert ) "Eh, ada istrinya Pak Aksara tuh." Suara riuh anak perempuan di kelas. Seketika ku letakkan botol minumku di atas meja. Aku langsung berdiri dan bergabung bersama dengan teman-teman ku yang kini sudah berdiri di dekat jendela, menyaksikan kedatangan Bu Amanda, istri Aksara yang merupakan anak dari pemilik yayasan dari sekolah elite kami ini. Aku terkejut sekaligus takut. Baru kali ini aku melihat beliau ada di sini. Apa yang sebenarnya beliau lakukan di tempat ini? Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Asmara? Mungkinkah beliau mengetahui hubungan gelap antara Aksara dan Asmara? "Tumben ya, Bu Boss main ke sekolah ini. Ada apa ya?" Jelas ku dengar celotehan teman-teman di kelasku. Sama sepertiku. Mereka tampaknya heran dengan kehadiran Bu Amanda di sekolah ini. Dan tentu saja penasaran."Iya ya. Nggak biasanya. Ada apa ya?" Mereka masih menerka-nerka. "Halah, palingan juga mau ngelabrak selingkuhannya Pak Aksara di sekolah ini." Deg! Aku langsung menatap ke arah siap

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   16. Pertemuan dengan Cimon

    ( PoV Albert ) "Al!" Amel mengejarku dan menarik tanganku dengan begitu keras, hingga aku akhirnya menghentikan langkahku tepat di depan kelas Asmara yang memang bersebelahan dengan kelas ku. "Amel, please! Jangan kamu coba menguji kesabaranku." Ku hempaskan genggaman tangannya di lenganku. Aku tak ada waktu untuk meladeni dia. Keselamatan Asmara jauh lebih penting bagiku saat ini jika di banding dengan ocehannya yang tak bermutu. "Jangan terus mengabaikanku kalau kamu ingin rahasia cewek fake itu tetap aman." Amel menatapku tajam. Tatapan yang semakin hari semakin tak aku kenal. Karena Amel yang dulu aku kenal, tak memiliki tatapan setajam saat ini. "Jangan terus mencampuri urusanku jika kamu tak ingin aku membencimu." Mungkin aku sudah cukup berlemah lembut kepadanya. Dia sudah lama membuatku merasa begitu tak nyaman. "Kamu pacar aku Al! Kita belum putus!" Amel semakin tajam menatapku. Kali ini, di sertai dengan genangan air di pelupuk matanya yang aku tahu maknanya. Genangan ai

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • PUDING JELLY   17. Perkenalan

    ( PoV Albert )"Nama kamu siapa?" Aku duduk di depan televisi bersama gadis kecil yang baru saja aku temui tadi. Dia kini berganti baju, menggunakan pakaianku. Di hadapan kami ada dua susu coklat hangat dan pisang krispi kesukaanku, yang telah disiapkan oleh Mbak Nur. "Melanie. Panggil aja Amel." Gadis itu menjawab sambil tertunduk. Wajahnya masih sedikit pucat, dan tubuhnya masih sedikit menggigil meskipun sudah mengenakan sweater hangat punyaku. "Aku Albert. Kamu ngapain tadi duduk di depan pintu pagar Oma Ningsih?" Aku mengambil dua gelas susu coklat yang menjadi lebih cepat dingin karena udara ekstrim di luar sana. Lalu ku berikan satu gelas kepadanya. "Oma Ningsih itu Omaku." Dia memegang dan memutar gelas yang ku berikan tadi di tangannya. Mungkin untuk Menghilangkan sisa-sisa kedinginan yang masih dia rasakan. "Oh ya?" Aku begitu senang. Mungkinkah gadis kecil ini akan menjadi sahabatku? Pasalnya, aku juga lumayan dekat dengan Oma Ningsih. Dan, ah ya, aku baru ingat kalau Om

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • PUDING JELLY   18. Janji

    (PoV Albert) "Aku pikir kamu lelaki baik Al. Bahkan kamu tak menyambutku dengan baik setelah aku kembali beberapa waktu lalu." Aku tak tega melihat Amel yang terlihat semakin ingin menangis. Tangannya yang sedari tadi menggenggam tanganku, terasa bergetar. Ah. Mengapa harus seperti ini sih? "Mel, please! Aku semakin merasa buruk kalau kamu kayak gini terus." Aku menunduk. Tak berani menatap ke dalam matanya. Mata yang menyiratkan kalau dia sedang kecewa. Aku merasa kalau aku lelaki pecundang yang telah membuat seorang gadis baik sepertinya menangis. "Oke. Mau aku sebaik apapun, kamu udah nggak peduli lagi kan sama aku? Jadi buat apa aku jadi orang baik." Amel berbalik dan berjalan menjauh. Dan aku tahu apa yang akan dia lakukan dengan berbicara seperti itu. Menyebarkan berita tentang Asmara yang saat ini menjalin hubungan dengan Aksara. "Mel! Jangan lakuin Mel." Aku mengejarnya. Meraih tangannya, menariknya untuk menghentikannya. "Secinta itu kamu sama dia? Kebersamaan kita selama

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • PUDING JELLY   19. Melabrak Aksara

    (PoV Asmara) "Kamu kenapa di sini?" Aksara begitu terkejut melihatku yang datang ke kantornya secara tiba-tiba sepulang aku dari sekolah. Aku sudah tak tahan ingin sekali melabraknya. "Kamu brengsek ya. Bisa-bisanya kamu beneran macarin guru baru aku itu? Gila ya!" Aku mendorong tubuh tegapnya yang tak bergeming meskipun aku sudah menggunakan tenaga dalamku dan berharap dia jatuh tersungkur hingga babak belur. "Memangnya kenapa? Wanita secantik itu mana mungkin aku sia-siain sih?" Aksara mendekat ke arahku. Dia membelai wajahku dengan begitu lembut. Belaian yang beberapa hari terakhir ini menghilang dari kehidupanku. "Amanda ngelabrak dia di sekolah tadi." Ku singkirkan tangannya dengan kasar. Aku benar-benar sedang marah saat ini. "Hah?" Aksara terkejut. Melihat reaksinya, aku bisa menebak, dia belum tahu kalau Amanda baru saja membuat tontonan di sekolah tadi siang. "Bu Andira terancam di pecat dari sekolah gara-gara kelakuan kamu! Dan aku nggak mau ya kalau Bu Andira di pecat.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • PUDING JELLY   20. Cinta Aksara

    ( PoV Asmara ) "Nggak apa-apa kok, Sayang. Ini kan memang resikonya jika aku berpacaran dengan lelaki beristri seperti kamu." Suara manja Bu Andira begitu jelas aku dengar dari luar pintu ruang kerja Aksara. Ya. Aku urungkan niatku untuk pulang dan memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka.Gila memang. Tapi aku memang ingin tahu apa yang akan Bu Andira lakukan di Rumah Produksi Aksara ini. Beliau bukan artis. Bukan juga produser, ataupun sutradara. Tapi kenapa beliau berani-beraninya datang ke tempat ini? Kenapa tak ke tempat yang rahasia saja jika ingin bermesraan dengan Aksara? Kenapa harus kantor ini? "Tenang aja. Aku akan ceraiin Amanda segera dan menikah dengan kamu." Hah? Baru beberapa hari mereka bersama, Aksara sudah bersumpah untuk menceraikan Amanda dan menikahi Bu Andira? Pelet apa sih yang Bu Andira pakai, sehingga Aksara begitu mabuk kepayang di buatnya. Aku yang masih gadis dan artis terkenal saja tak pernah di janjikannya seperti itu. Kenapa dengan Bu Andira berbe

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • PUDING JELLY   21. Kenangan

    ( PoV Asmara ) Aku pulang ke rumah dengan deraian air mata. Aku tak menyangka dengan apa yang pernah terjadi antara Aksara dan Bu Andira. Aksara yang berjanji akan menceraikan Amanda, pasti akan dengan siap meninggalkanku jika Bu Andira memintanya. Aku bahkan tak sanggup membayangkannya. Ku benamkan wajahku ke bantal yang saat ini aku peluk. Aku menangis sejadinya. Tak kuasa menahan sakit hati yang aku rasakan. Kenanga yang aku lalui bersama Aksara, satu per satu berputar di kepalaku. Lima tahun yang lalu, ketika usiaku masih dua belas tahun, di sore hari yang cerah, aku melihat ada rombongan mobil mewah yang berhenti di depan panti asuhan yang aku tinggali. Aku dan beberapa temanku sedang bermain boneka di teras panti. Aku hanya mengamati rombongan itu dari kejauhan, yang saat itu aku pikir adalah donatur sekaligus pemilik panti asuhan kami yang memang sering kali hadir dan membagikan kebahagiaan kepada kami. Hingga akhirnya Bu Panti berteriak dan meminta kami untuk berkumpul. "A

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • PUDING JELLY   22. Pamit

    "Aku mungkin nggak akan ke rumah kamu falam waktu yang lama deh, Sayang." Aksara mengemas barang-barangnya. Aku melihat wajahnya yang jauh lebih sumringah di banding hari-hari biasanya yang selalu mengeluh karena tak pernah cocok dengan Amanda. "Oke." Aku duduk di meja makan. Mengupas buah apel yang ke sepuluh. Aku tak berniat memakannya. Aku hanya tak ingin melihatnya berkemas. Ingin aku menangis sekuatnya, dan menghajarnya. Namun rasanya aku tak kuasa. "Padat banget memang jadwal aku akhir-akhir ini. Huh. Aku juga sampai jarang pulang ke rumah." Ku lirik Aksara yang tampak serius dengan alasannya. Dia seakan benar-benar di buat lelah oleh pekerjaannya. Di letakkan kedua tangannya di pinggangnya sambil menatapku sambil menarik napas panjang. Sungguh benar-benar seorang produser film yang menakjubkan. Dia mungkin banyak belajar dari para aktor yang dia kenal selama ini, bagaimana caranya untuk beracting. "Aku pulang ke Tante Astia ya?" Aku mencoba memancingnya. Pasalnya, sekali lagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19

Bab terbaru

  • PUDING JELLY   82. Penolakan Lagi

    ( PoV Asmara )"Waktu itu aku nyari-nyari kamu Ra. Aku telusuri seluruh jalanan kayak orang gila biar bisa nemuin kamu." Albert menatapku. Tatapannya sayu. Dia sepertinya masih memendam perasaan kecewa kepadaku, dengan kepergianku waktu itu."Maafin aku, aku udah banyak salah sama kamu Al." Aku menunduk. Aku tak berani menatap matanya. Semakin aku menatapnya, semakin aku merasa tak pantas untuk mendapatkan maaf darinya."Aku nggak apa-apa Ra. Mungkin kamu takut sama aku malam itu. Mungkin kamu nggak mau deket lagi sama aku yang saat itu sedang kumat. Jadi kamu memutuskan untuk pergi. Dan aku ngerti." Albert semakin erat menggenggam tanganku. Sudah ku duga, dia tak akan marah kepadaku, sebesar apapun kesalahanku. Dia akan selalu memaafkanku meskipun aku telah membuatnya terluka. Sikapnya itulah yang membuatku semakin menyesal karena tak bisa mencintainya."Kamu udah banyak merawat aku Al, jadi aku nggak akan mungkin pergi hanya karena penyakit kamu itu." Ya. Malam itu aku mengetahui sa

  • PUDING JELLY   81. Ingin Tahu

    ( PoV Asmara )Kulihat Albert yang tampak kelelahan, tertidur di tepi tempat tidurku. Wajahnya yang tampan terlihat sayu karena terlalu banyak terjaga untuk menjagaku. Aku merasa begitu bersalah karenanya. Bagaimana ada seorang lelaki yang sebaik dirinya. Mencintai seorang wanita yang tak mencintainya dengan begitu besar. Wanita penyakitan seperti diriku.Ku belai lembut wajahnya. Ku telusuri setiap inci dari lekukan di wajah tampan itu untuk mencari kekurangannya. Kekurangan yang membuatku tak mencintainya. Namun semakin aku mencarinya, aku semakin tak mendapatkannya. Bahkan semakin aku melihatnya, wajahnya terlihat semakin tampan. Lantas, apa yang dalah denganku? Mengapa aku dengan sombongnya mengacuhkan seseorang yang tanpa cela ini? Mengapa aku tak bisa sedikitpun memberikan hatiku untuk lelaki yang sudah memberikan segalanya untukku ini? Mengapa aku tak bisa sedikit saja melihat cinta tulus dari lelaki yang sudah banyak berkorban untukku ini?Ah, rasanya aku benar-benar sudah gil

  • PUDING JELLY   80. Menjaga Asmara

    ( PoV Albert )"Kamu nggak ngejar Amel, Al?" Aku menatap Asmara tak berkedip untuk memastikan apakah dia benar Asmara atau bukan. Ku tatap wajahnya yang sayu, wajah yang selama ini selalu ku lihat di wajah Asmara karena memang kondisinya yang lemah sedari kecil, yang tak ku temukan dari wajah Asmara yang ku temui saat dia hilang ingatan tempo lalu."Nggak. Ngapain?" Aku tersenyum menatapnya. Melihat wajah ayunya, membuat jantungku terasa tak normal. Berdetak begitu cepat. Aku bahkan hampir lupa dengan Amel yang baru saja mengamuk karena cemburu melihat Asmara sedang berada di rumahku."Ya, kasihan aja sih. Aku nggak enak juga. Kalian bertengkar kan gara-gara aku tadi kalau aku nggak salah denger." Asmara menunduk. Menunjukkan kalau dia memang berada dalam penyesalan saat ini. Membuatku tak rela jika wajah wanita yang ku cintai itu menjadi murung karena sikap Amel yang kekanak-kanakan."Dih, apaan sih. Nggak, bukan gara-gara kamu. Amelnya aja yang kayak anak kecil. Cemburu nggak jelas.

  • PUDING JELLY   79. Amel Pergi Lagi

    ( PoV Albert )"Kamu nggak usah berisik bisa nggak sih Mel? Mara lagi sakit!" Aku kesal dengan Amel yang sedari tadi memintaku untuk mengantar Asmara pulang. Padahal dia melihat sendiri bagaimana kondisi Asmara saat ini. Asmara begitu lemah. Aku khawatir jika terjadi apa-apa dengannya lagi. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan jika dia kembali tak mengingat apapun karena aku. Aku yang tiba-tiba saja membicarakan Amora di hadapannya."Kamu nggak ngerti ya Al? Itu tuh cuma caranya aja biar kamu mau balikan lagi sama dia. Biar kamu ninggalin aku. Ngerti nggak sih? Masak gitu aja nggak paham." Amel semakin tak terkendali. Dia bahkan berbicara dengan nada tinggi. Membuatku hampir saja frustasi di buatnya. Bagaimana tidak, ada Papa dan Mama di rumah. Dan Asmara, Asmara sedang beristirahat di dalam kamarnya yang memang bersebelahan dengan kamarku yang saat ini menjadi tempat perbincangan kami berdua. Atau lebih tepatnya, tempat pertengkaranku dan Amel."Mau kamu apa sih Mel? Kamu lupa kala

  • PUDING JELLY   78. Ingatanku Kembali

    ( PoV Asmara )"Makasih ya Al, udah nolongin aku tadi di jalan." Aku menyenderkan tubuhku yang masih terasa begitu lemah di senderan tempat tidurku. Ah, tidak. Tepatnya kamar tamu di rumah Albert, karena kamar itu kini bukan milikku lagi. Meskipun mungkin kamar itu masih sama seperti dulu dan tak ada sedikitpun yang berubah, aku tak berhak mengakuinya masih menjadi milikku. Karena aku sudah meninggalkannya."Sama-sama." Albert menunduk. Dia duduk di tepi tempat tidurku, namun membelakangiku. Dia terlihat tak senang melihatku. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti ini kepadaku. Bukankah dia biasanya selalu ingin bertemu denganku? Bukankah dia bahkan tak akan melewatkan sedikit saja waktunya bersamaku?"Bisa minta tolong sekali lagi?" Aku menatapnya dalam. Mencoba mengartikan ekspresinya saat ini. Mungkinkah dia masih marah kepadaku setelah kejadian terakhir di villa tempo lalu? Ketika aku menolak pernyataan cintanya untuk yang kesekian kalinya. Mungkin saja iya. Aku memang keterla

  • PUDING JELLY   77. Mas Angga

    ( PoV Aksara )"Bener-bener gila si Dira. Dia tahu kan bagaimana kondisiku di dalam keluarga. Iya, oke kalau aku memang pewaris dari kekayaan orangtuaku yang tak akan habis di makan sampai tujuh puluh tujuh turunan. Tapi kan dia tahu kalau bukan aku satu-satunya pewaris orangtuaku. Bisa-bisanya dia minta sesuatu yang tak mungkin bisa aku kasih ke dia. Pakai acara ngancam segala lagi." Aku mengusap keningku dengan keras. Kepalaku serasa ingin pecah. Ingin sekali aku mengusir wanita gila itu saat ini juga. Selain aku sudah muak dengan tingkahnya, aku juga sudah tak ingin lagi melihat wanita yang sekarang sudah berubah menjadi macan loreng itu."Ah, mana panas banget lagi hari ini. Jalanan macet dari tadi nggak jalan-jalan. Kenapa sih ini? Perasaan kalau jam segini nggak pernah macet deh. Kan bukan jam berangkat dan pulang kerja. Lancar-lancar aja biasanya. Ah! Sial!" Aku memukul setir mobilku dengan keras. Udara yang begitu menyengat siang hari ini membuatku tak bisa menahan emosiku. AC

  • PUDING JELLY   76. Aku Pergi Dengan Syarat

    ( PoV Andira )"Kamu udah nggak ada waktu buat kita?" Aku melihat lelaki yang kini menjadi suamiku itu berdandan dengan begitu rapi. Entah kemana dia akan pergi. Kalau hanya sekedar ke kantor, dia tak akan sewangi ini. Aku jdi curiga, mungkinkah di luar sana ada wanita muda yang menjadi incarannya lagi kali ini?"Sama Amanda yang masih mulus saja aku sudah ogah. Apalagi sama kamu yang sekarang sudah kayak macan loreng." Deg! Apa? Apa yang dia katakan? Sadarkah dia mengatakan sesuatu hal yang begitu membuatku terluka seperti itu? Apakah dia memikirkan bagaimana perasaanku mendengar kalimat ejekannya itu kepadaku? Sungguh aku tak menyangka jika lelaki yang dulu begitu lugu, kini berubah menjadi begitu menjijikkan.Iya, aku akui aku sudah begitu berubah. Entah penyakit apa yang saat ini sedang aku derita. Seluruh tubuhku muncul bercak putih yang semakin hari semakin banyak. Aku sudah berusaha berobat kemanapun dan dengan cara apapun yang aku bisa. Namun nyatanya, bercak ini tak mau mengh

  • PUDING JELLY   75. Terakhir Kali

    ( PoV Asmara )"Aku tahu kamu udah nyaman sama cewek lain Al. Tapi jahat kalau kamu harus nuduh aku seperti itu. Nggak apa-apa kalau kamu mau pergi. Aku akan coba ikhlasin. Tapi aku nggak terima kalau seakan-akan di berakhirnya hubungan kita ini, aku yang kamu tuduh sudah menipu kamu, hingga kamu berpikir aku memang pantas menerima penghianatan kamu dengan Amel. Bahkan aku tak marah setelah aku tahu jika kamu membohongiku soal hubungan kita yang sebenarnya kita tak pernah pacaran, di saat aku hilang ingatan dulu. Dan kamu menyembunyikan hal yang paling penting di hidupku. Tentang aku yang menjadi saudara angkat kamu." Albert terkejut. Dia menatapku satu detik, kemudian kembali berpaling dariku. Dia masih diam saja. Pandangannya masih kosong. Dia bahkan tak menatapku sama sekali setelah satu detiknya tadi. Sesekali dia menarik napas panjang di sela-sela air mata yang masih mengalir sedari tadi. Aku tak menyangka, Albert setulus itu mencintaiku. Dia menangis untukku.Ah, tidak. Aku bahk

  • PUDING JELLY   74. Amora

    ( PoV Asmara )"Aku sudah bilang, tak ada yang perlu kita bicarakan lagi Al." Aku menatap pemandangan malam di sekitarku yang begitu indah. Lampu-lampu perkotaan di bawah sana, dan bintang-bintang yang gemerlap di sekitar rembulan di atas langit cerah. Ya! Akhirnya aku pergi juga dengan Albert. Aku tak enak saja karena Tante Astia turut serta bersamanya menghampiriku ke rumah. Beliau juga dengan sangat antusias mengajak kami berkemah di atas gedung rumah sakit milik keluarga Albert."Tapi kita harus bicara Ra." Albert berdiri tepat di sebelahku. Pandangannya jauh ke depan. Mungkin sama denganku, menatap lampu perkotaan yang gemerlap dengan indah."Apalagi? Kamu mau kita udahan kan? Bukannya tadi aku udah bilang mau udahan sama kamu? Itu kan yang kamu mau biar kamu bisa lanjut pacaran sama Amel? Terus mau apa lagi?" Aku menatap Albert dengan emosi. Lelaki yang beberapa jam lalu masih menjadi kekasihku yang sangat aku cintai, kini terlihat begitu menjengkelkan bagiku."Ya. Aku mau kita

DMCA.com Protection Status