Aku masih menangis di bahu Rendra. Dia masih tetep setia mengelus punggungku. Dia hanya diam tanpa bicara apapun lagi. Kelamaan tangisanku mulai reda, tapi ingusku masih saja keluar. Rendra mengambilkan tisu untuk aku membersihkan ingus.
"Makasih," kataku.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk saat ini.
"Pulang yuk,"ajaknya.
Aku menggaguk sebagai jawaban. Tapi sepertinya alam sedang tidak bersahabat dengan kami. Tiba-tiba hujan turun lama kelamaan begitu deras. Kami masih di tempat makan pinggir pantai. Padahal sudh pukul setengh enam. Jika kelamaan kami di sini, tiba di hotel bisa malam karen jrak hotel ke Pantai Pandawa lumayan jauh.
Tiba-tiba angin lumayan kencang. Aku kedinginan karena baju yang aku gunakan hanya kemeja tipis dan untungnya aku pakai celaba kulot dan sandal. Toba-tiba Rendra melepas jaket yang dia kenakan.
"Nanti kamu kedinginan Ren, kalau jaketnya basah gimana?"
"Gak papa sayang."
Hari sem
"Pagi Mayang." Sapa Danu saat dia baru sampai kantor.Aku tidak melihat karena sudah hafal dengan suaranya "pagi juga.""Heh, pulang jam berapa kemarin?"Nah, kalau ini jelas suara Gadis. Dia sempqt ngomel-ngomel saat tqu tiket kita beda. Dia pulng dengan Danu sore hari sedangkan Rendra memang sengaja memilih penerbangan malam. Aku awalnya kaget dan ingin menukar dengan tiket Danu, tapi Rendra sempat menolak."Apa sih, gak usah lebai deh. Sampai rumah jam 12. Kenapa lo. Puas." Jawabku."Selamat pagi semua" sapa Rendra memasuki ruangan."Pagi pak." Jawab kami serentak.Ada rasa janggal dengan tatapan Rendra pagi ini. Padahal tadi malam dia biasa saja. Ternyata di belakangnya ada Ratu yang berjalan menyusulnya. Dia tidak duduk di tempatnya tapi ikut berjalan ke ruangan Rendra. Awalnya aku penasaran dan terus melihat mereka, tapi senggolan tangan Gadis mengingatkanku kalau ini di kantor, jadi statusku da
“Lo udah yakin ninggalin kita May?” Danu menatapku sendu.Gak tega sebenarnya meninggalkan mereka, sudah bertahun-tahun kerja bareng mereka. Mereka paling baik diantara yang terbaik. “Ya, mau bagaimana lagi. Demi masa depan gue nih.”Pembicaraan kami mengalir waktu makan siang kali ini. Kami makan di bakso idola yang tidak jauh dari kantor. Aku akan merindukan suasana seperti ini. Suasana ngobrol bareng mereka, makan siang abreng, nonton bareng, bahkan melakukan hal-hal yang gak berfaedah.“Kapan berangkat ke Bandung?” Pertanyaan Gadis membuyarkan lamunanku.“Besok siang.” JawabkuMereka berdua kaget karena secepat ini aku meninggalkan mereka.“Lo yakin? Cepet banget May. Gue gak tau lagi kalau gak ada lo di kantor akan sesepi apa.” Kata Gadis.“Lo udah ngasih surat pengunduran diri ke HRD?” tanya Danu.“Habis ini, nanti aku mampir ke HR
Pagi ini aku sudah resmi tidak menjadi karyawan di penerbit yang sudah tiga tahun ini aku mencari nafkah. Rasanya berat harus meninggalkan semua kenangan yang ada di sana. Banyak kenangan hingga membuat aku merasa berat meninggalkan kota ini.Rumah ini, aku sudah berusaha untuk membelinya, tapi beberapa tahun ini akan kubiarkan kosong begitu saja, aku tidak ada niat untuk mengontrakkan rumah ini karena banyak kenangan yang tertinggal di rumah ini. Apalagi kenangan dengan Rendra.Rendra, laki-laki yang berhasil membuatku bangkit saat aku terpuruk, saat aku trauma untuk menjalin hubungan dengan laki-aki lain. Tapi dia berhasil membawa aku untuk melupakan semua yang membuat aku trauma.Rendra, laki-laki itu juga yang saat ini membuat aku kembali trauma untuk menjalin kisah dengan laki-laki lain. Kenangan dengan dia walaupun sedikit tapi membekas. Tuhan, berilah aku kemudahan untuk melupakan semua ini. Karena pada akhirnya aku lah yang ka
RENDRAAku benar-benar gak nyangka kalau Ratu yang menjadi karyawan baru di sini. Awalnya aku kurang setuju dengan diterimanya dia. karena aku tidak approve tapi entah kenapa dia bisa ada di kantor pagi ini. Dan pihak HRD juga langsung memberikan informasi bahwa Ratu adalah karyawan baru. Pastinya ini akan membuat aku tidak nyaman. Aku juga yakin bahwa perasaan Mayang juga akan kecewa jika Ratu satu tempat kerja dengan dia. walaupun dia tidak memperlihatkan kekceewaan, tapi aku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Aku baru saja merasa bahagia dengan hubunganku dengan Mayang. Walau hubungan kami masih singkat tapi aku yakin, dia yang akan mendampingku menghabiskan sisa umurku.Pagi ini aku memberikan amanat untuk Mayang, Gadis, dan Danu untuk pergi ke Bali. Aku tau kalau mereka bertiga jarang cuti. Kerjaan mereka juga pasti tepat waktu, jadi memberikan mereka kerjaan ke luar kota sekaligus bonus liburan adalah hal yang luar biasa buat mereka. Aku menyuruh merek
MayangHidup tanpa Rendra saat ini harus aku jalani, aku harus kuat. Karena pada dasarnya dia bukan untukku. Aku memutuskan untuk tidak lagi ke Jogja setelah selesai mengurus administrasi. Aku memilih memutuskan tetap di Bandung walau kenyataannya kuliah akan dilaksanakan satu Minggu lagi. Aku lebih memilih di kost beres-beres kamar, tidak hanya kamar, tapi hatiku juga harus aku beresin.Tepat tiga hari yang lalu Rendra resmi bertunangan dengan Ratu. Aku sengaja tidak hadir dalam acara itu akrena hatiku masih belum bisa menerima kenyataan. Aku hanya melihat dari status Instagram Ratu, aku melihat jika mereka berdua sangat cocok. Aku juga belihat wajah kebahagiaan di antara mereka berdua. Setelah memutuskan ke Bandung aku tidak lagi emmbalas pesan Rendra. Walau aku tau dia setiap saat mengirimkan pesan untukku.Jujur, aku gak sanggup jika jauh dari dia.“Ren, aku rindu”.Aku hanya mambu mengatakan kalimat itu dalam
Tiba-tiba ponselku bordering lagi. Kali ini bukan Gadis, tapi Danu. Mereka berdua adalah sahabat terbaikku. Mereka tidak rela jika aku merasa sendiri, walau kenyataanya saat ini aku memang harus sendiri.“Apalagi sih Dan, Lo kerja aja deh, gue gak papa.”Nada sebal saat aku mengangkat video call Danu. Tapi yang aku lihat bukan wajah Danu maupun Gadis, tetapi wajah Rendra.Ya Tuhan, dia. laki-laki yang selama ini pernah membuat aku bahagia dan dengan mudahnya mengahancurkan kebahagiaan itu. Aku cepat-cepat menghapus air mataku. Aku tidak peduli dia melihat wajahku yang merah karena habis nangis. Aku melihat Gadis dan Danu di belakang Rendra dengan perasaan bersalah. Bahkan Gadis mengatupkan tangannya sebagai permohonan maaf.“Yang.”Panggilan itu, suara itu Ya Tuhan. Aku tidak sanggup mendengarnya lagi.“Iya Pak, Danu sama Gadis ganggu waktu kerja ya Pak. Maafin mereka ya Pak.&rdqu
Aku masuk kamar dan disusul Gadis. Aku bingung harus bagaimana menghadapi ini. Pak REndra datang tiba-tiba. Jujur aku belum siap menemui dan bertemu dengan dia. status dia saat ini juga tunangan orang lain. Salah jika aku menemui dia karena hubungan kita dulu belum berakhir dengan jelas. Hanya hubungan sepihak, aku yang memutuskan dan meninggalkan. Aku tau kalau dia belum bisa menerima keputusanku, tapi aku juga gak tau kenapa dia menerima pertunangannya dengan Ratu. Kalaupun dia menginginkan mempertahankan hubungan denganku kan dia bisa menolak pertunangan itu. Tapi ya sudahlah. Mungkin memang dia bukan jodohku.“Lo gak papa kan May? Gue khawatir, tadi semenjak ada Pak Rendra, Lo jadi pendiem. Gue tau kalau Lo merasa kurang nyaman.”Aku menoleh ke arah Gadis, dia memang selalu menjadi teman terbaik. Selalu mengerti perasaanku.“Gue takut kalau nanti Ratu tau Pak Rendra ikut kalian menemui aku, nanti aku dicap aneh-aneh jika hubun
“Kita balik dulu ya May, hati-hati. Jaga diri baik-baik. Kalau ada libur balik ke Jogja biar rumah Lo gak jadi sarang laba-laba.” Pesan Gadis.“iya, iya, bawel banget sih. Rumah yang di Jogja biar LO tempatin dulu kenapa sih? Atau Danu kalau mau. Dari pada nganggur gak kepakai.” Saranku.Satu persatu Gadis dan Danu memelukku. Rasanya seperti akan meninggalkan mereka jauh.Saat Gadis memelukku, dia membisikkan sesuatu “Ingat, Lo dan Pak Rendra udah sangat dekat. Pak Rendra juga kelihatan sayang banget sama Lo. Lo yang kuat ya missal dia tidak bisa menolak perintah Papanya. Apapun yang terjadi sama Lo. Gue selalu dukung.”Danu dan Gadis berjalan lebih dulu ke mobil Rendra karena memang Danu yang nyopir duluan. Perjanjiannya seperti itu katanya.“Aku pulang dulu ya sayang.” Pamit Rendra dengan menggenggam tanganku. Dia juga memainkan cicin di jari manisku. Cincin ini adalah pe
Kehadiran dan kedatangan Rendra kali ini memang membuatku bingung dengan sikapnya. Walau aku sudah tau semua kisahnya selama ini, tapi aku belum yakin dengan perasaanku dengan menerima dia kembali. Seperti halnya aku yang masih ragu dengan perasaanku, apakah hanya sebatas suka atau kasihan dengan kisahnya. Walau waktu di puncak aku sempat menerima cincin darinya, tapi bukan bearti hati ini sudah menetap untuk memilihnya kembali. Aku hanya perlu memikirkan dan membuat keputusan secepat itu, karena aku tidak ingin Rendra menunggu. walau kenyataannya dia yang selama ini membuatku terus menunggu.Aku pernah berada di posisi menunggu, dan itu sungguh tidak adil bagiku. Ketika Rendra memintaku bagaimana caranya aku tidak akan membiarkan dia menunggu, walau kenyataannya hatikulah yang lagi-lagi dibuat sakit. Kali ini bukan sakit karena menunggu, tapi sakit atas keputusanku, apakah sudah benar atau tidak? Apakah Rendra juga menginginkan hal yang sama? Atau dia hanya ingin membalas kebaikanku?
Curahan Hati MayangBagaimana perasaan kalian saat ditinggal dan diberi harapan palsu dengan orang yang dicintai? Pasti sakit hati bukan.Itulah yang ku rasakan hampir satu tahun ini. Orang tersayang bukan hanya Rendra yang menghilang, tetapi Gadis dan Danu juga menghilang.Aku sampai bingung harus menghubungi mereka lewat apa? Karena setiap kali aku kirim pesan baik di whatsapp atau sosial media yang lain pasti tidak pernah dibalas.Aku bingung apa yang membuat mereka seperti ini? Kalau hanya Rendra aku tidak ada mempermasalahkan karena memang dia masih punya istri. Tapi dengan Danu dan Gadis membuatku jadi bertanya-tanya, ada apa dengan mereka?Di saat aku membutuhkan dukungan untuk menjalani hidup yang jauh dari orang-orang tersayang, mereka semua menghilang, tapi aku bersyukur ada Galang yang selalu menemaniku saat itu. Dia menjadi orang pertama dan di garda terdepan saat aku terjadi suatu hal. Dia juga y
Sore ini kami semua langsung berangkat ke Puncak. Liburan yang tidak pernah aku rencanakan sebelumnya. Semua ini kejutan dari Rendra. Aku gak nyangka kalau dia punya ide seperti ini.Sampai puncak sudah malam hari, kami langsung masuk ke kamar masing-masing. Rendra yang memesan villa ini. Villa ini terdapat empat kamar tidur. Ayah dan Ibu satu kamar, Clara dan Mama, Rendra dan Danu, sedangkan aku dan Gadis.Kami semua tidak ngobrol santai dulu karena sudah terlalu capek. Aku bahkan di perjalanan tadi pun sempat tidur.Pukul sebelas malam aku kebangun karena haus, aku lupa membawa botol minum di kamar. Padahal biasanya aku selalu menyiapkan minum di kamar agar tidak keluar kamar malam-malam.Aku melihat televisi ruang tengah masih nyala, padahal tadi kami semua sudah masuk ke kamar masing-masing. Aku perlahan berjalan mendekati cahaya lampu televisi, ingin memastikan siapa yang menonton televisi malam-malam.“Loh Mas, bukan
Sebelum pulang ke kost, kami melakukan foto studio dulu. Aku padahal tida booking untuk foto studio, ternyata Rendra yang sudah melakukan dan merencanakan semua ini.Foto pertama, fotoku dengan Ayah dan Ibu, ke dua fotoku sendiri, ketiga Ayah, Ibu, dan Rendra. Dan yang terakhir fotoku dengan Rendra. Beberapa kali pose kami lakukan. Aku kikuk jika foto berdua dengan Rendra, karena belum pernah kami melakukannya. Dia juga beberapa kali pose memeluk pinggangku erat. Malu di lihat Ayah dan Ibu.Dirasa sesi foto cukup, kami segera pulang. Tapi aku mengajak untuk makan siang terlebih dahulu, tapi di tolak oleh Rendra. Padahal aku sudah sangat lapar.“Kenapa gak boleh mampir makan sih, aku laper.”“Nanti di kost aja ya.” Katanya lembut.“Aku gak masak tadi Mas.” Kataku dengan nada geli. Masih risih saat menyebut dengan sebutan “Mas”.Rendra langsung senyum senyum dan melaj
Hari ini, hari yang ku tunggu-tunggu. Iya. Aku wisuda pagi ini. Ibu dan Ayah sudah datang dari Solo sejak kemarin siang. Aku menggunakan kebaya modern warna merah maroon senada dengan kebaya ibu. Dan rok batik yang sama dengan Ibu dan Kemeja Ayah. Ibu tampak bahagia melihatku pagi ini.“Duh, ayune anak ibu.” Ibu senyum-senyum melihatku.Aku hanya membalas senyuman ibu.Ketika kemarin siang ibu sampai di sini, ibu dan Ayah langsung membahas lamaran Rendra, awalnya aku tidak terima dnegan Ayah yang begitu saja menerima tanpa menanyaiku terlebih dahulu. Tapi alasan Ayah menerima Rendra membuatku yakin kalau pilihan Ayah tidak pernah salah.Tapi, sampai saat ini aku belum memberikan jawaban ke Rendra. Dia juga rutin mengirimkan pesan untukku karena dia sudah ku usir dari sini beberapa hari yang lalu. dia hanya akan ngrecokin ketika aku mengerjakan revisi tesis bareng Galang. Ada saja alasannya agar dia bisa menganggu k
Harusnya hari ini Rendra dan yang lainnya pulang ke Jogja karena mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama, apalagi penerbitan yang di rintis Rendra baru seumur jagung. Tapi yang pulang hanya Ratu, Gadis, dan Danu. Sedangkan Rendra masih di Bandung katanya ingin menemaniku. Halah padahal dulu dia seperti apa. Aku Sudah mencoba mengusirnya karena kalau dia di sini, nanti hanya akan mengangguku menyelesaikan revisi tesis, padahal aku aku hanya diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan.“May, kami pulang dulu ya. Hati-hati, ada buaya di sini.” Kata Gadis sambil terkikik.Aku tau yang di maksud buaya adalah Rendra.“Santai, paling bentar lagi juga Gue usir.” Kataku.Setelah mereka pergi, mereka pulang ke Jogja menggunakan mobil Rendra. Rendra sengaja menyuruh mereka membawa mobilnya biar nanti REndra ke Jogja menggunakan mobilku. Aku paham maksudnya. Memang dari dulu Rendra selalu tidak mengijinkanku untuk
Aku tidak menjawab pertanyaan Rendra, buat apa aku menjawab kalau akhirnya dia tidak menjelaskan apapun yang sudah terjadi selama ini. Di juga menghilang. Dia pikir aku perempuan seperti apa yang bisa seenaknya dia singgahi begitu saja.Hingga dia menghentikan mobilnya di daerah braga. Kawasan ini sangat ramai jika malam hari, aku sudah sering ke sini dengan Galang. Bahkan kami sering menghabiskan malam minggu di tempat ini, selain untuk menghilangkan penat karena tesis yang menyita pikiran dan waktu, tempat ini juga nyaman untuk ngobrol.Rendra turun dari mobil, rasanya aku malas turun tapi mau bagaimana lagi aku gak mau jika dikunci dalam mobil. Rendra jalan ke arah Kopi Magma, tempat ini yang biasa aku datangi dengan Galang, selain tempatnya nyaman menunya juga enak dan ramah untuk mahasiswa seperti aku apalagi anak kostan.“Selamat Malam Neng Mayang.” Sapa seorang karyawan yang datang membawa buku menu.“Malam A’, saya pesan se
Malam ini kami makan penyetan yang dipesan Gadis, kami makan di ruang depan. Ruang ini tadi Danu sulap menjadi tempat istirahat Gadis, Danu, dan Ratu sedangkan Rendra malah menyusulku istirahat di kamar dan menyebabkan kejadian yang luar biasa. Dia belum bilang apa-apa, tapi dari yang dia lakukan ke aku itu menandakan kalau dia memang saat ini sudah resmi cerai dari Ratu.Kami makan dalam diam, tidak ada percakapan atau guyonan seperti biasa. Bahkan Danu dan Gadis yang biasanya selalu becanda, kesempatan makan malam ini mereka diam seribu bahasa.Selesai makan, aku selaku tuan rumah membereskan sampah bekas makanan. Aku membuangnya di tempat sampah depan kost biar tidak menumpuk di dapur. Aku sengaja berlama-lama di luar karena aku merasa canggung dan seperti orang asing di antara mereka.Takut mereka pada curiga aku langsung melangkahkan kaki masuk ke kost. Mereka baru fokus dengan ponselnya masing-masing. Aku segera ke dapur untuk cuci tangan.
“Sayang, maafin aku ya.” Berulang kali Rendra mengucapkan kalimat itu, aku memiliki rasa bersalah saat ini karena di luar ada istrinya. Dia malah menyusulku ke kamar. Di mana letak rasa pengertiannya dengan istrinya. Aku mulai melepas tangannya yang ada di perutku. Risih sekali sudah lama kami tidak komunikasi tiba-tiba dia datang-datang langsung meluk. “saya sudah maafin bapak. Bapak tunggu di luar ya. Saya mau ganti baju dulu.” Aku tak menoleh ke arahnya. Rasanya ingin melihat reaksi wajahnya, tapi aku urungkan. “Belum, kamu belum bisa memaafkan ku.” Katanya lagi. Dia memang orang yang keras kepala. “Sudah Pak, semua sudah berakhir. Saya sudah memaafkan bapak sejak dulu. Jadi jangan berfikir kalau saya belum bisa memaafkan bapak.” Kataku. Aku sengaja memanggilnya “bapak” karena itu lebih sopan daripada aku memanggil nama. Tiba-tiba dengan paksa Rendra membalikkan badanku. Dia langsung memegang kedua pip