Share

Chapter 41

Penulis: ann peonysue
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tetes demi tetes cairan infus itu terun dan mengalir masuk kedalam tubuh Lynelle yang masih terbaring dengan Matthew yang setia berada di sampingnya, menggenggam lembut tangannya yang tak terinfus dan mengelusnya dengan lembut. Matthew membawa tangan kecil itu menempel pada pipinya dan mengecupnya berulang kali.

Semua akan baik-baik saja, bisiknya.

Tapi sesungguhnya semua tidak baik-baik saja. Ada hal yang entah Matthew harus menjelaskan bagaimana saat Lynelle akan membuka mata indahnya. Dirinya sendiri masih sulit menerima kenyataan bagaimana dengan Lynelle?

2 jam yang lalu

“Maaf tuan,” ucap dokter tersebut. Dari situ Matthew sudah tak yakin apakah akan sanggup untuk mendengar kalimat selanjutnya. Matthew memilih diam tak berkomentar apapun, membiarkan dokter kembali melanjutkan kalimatnya yang menggantung.

“Janin dalam kandungan istri anda tidak bisa di selamatkan. Usia janin masih berusia sekitar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 42

    Matthew memakirkan mobilnya dengan manis dan berjalan dengan gontai masuk kedalam mansion. Keadaan di dalam sangat sepi dan gelap. Tentu saja, mengingat dirinya baru pulag pada pukul 3 pagi. Siapa yang masih terjaga pada waktu seperti itu? Matthew menyeret dirinya menuju dapur, menyalakan lampu dan membuka lemari pendingin. Matthew mengambil sebotol air mineral dan meneguknya hingga setengah untuk membuatnya sedikit sadar. “Matthew?” Suara lembut itu membuatnya melihat kearah sekitar dan menemukan Lynelle yang berdiri di dekat tangga dalam kegelapan. Lynelle bergerak menghampiri Matthew yang masih terdiam di sana. Dari jarak sedekat ini, Lynelle bisa mencium aroma menusuk alcohol yang menempel pada Matthew. “Kau mabuk?”“Kembalilah ke kamarmu, aku tahu kau tak tahan dengan aroma alcohol” Mendengar Matthew mengusirnya membuat hatinya begitu perih. Matthew kembali meneguk air mineralnya hingga habis dan hendak pergi dari sana menuju ruanganny

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 43

    Sepertinya Matthew sangat tahu apa yang Lynelle tak suka dan apa yang di sukainya. Pria itu bahkan mengingat semuanya dengan detail yang bahkan Lynelle sediri lupa kapan ia mengatakannya, sebab ia hanya bercerita ringan akan tetapi siapa sangka jika pria di sampingnya ini masih sempat menghapal dan mengingatnya. Menakjubkan. Seperti sekarang, Matthew membawaku ke Rappedswill atau kota bunga mawar setelah sebelumnya berjalan santai di sekitar danau Zurich yang begitu terkenal. Rappedswill yang berada di ujung timur danau Zurich itu benra-benar memiliki bunga mawar yang sangat banyak. Lynelle sampai mengira-ngira, berapa jumlah kesuluhan mawar di sana? “Kau penasaran berapa banyak bunga mawar yang ada di sini?” tanya Matthew seolah-olah bisa menebak apa isi pikirannya. “Rappedswill memiliki sekitar 15.000 bunga mawar yang tediri atas 600 jenis”“600 jenis? Wah, aku baru tahu jika mawar memiliki jenis sebanyak itu” Matthew tersenyum tipis melihat kehe

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 44

    Dalam perjalanan menuju hotel, Matthew dan Lynelle sama sekali tak bertegur sapa. Matthew tengah fokus mengemudi sedang Lynelle tengah membuang muka ke arah jendela dengan bertopang dagu. Tetapi siapapun juga tahu bahwa pikiran mereka tengah kacau balau begitupun dengan hati yang tengah rapuh.Sebenarnya Lynelle sama sekali tak tahu jika mereka akan menuju hotel saat ini—atau lebih tepatnya hanya Lynelle dan Matthew hanya mengantar—membuat Lynelle kembali di buat bingung dengan Matthew yang berhenti tiba-tiba di salah satu hotel berbintang ini.“Ada apa?”“Turunlah”Tanpa berniat bertanya lagi, Lynelle keluar dari mobil dan langsung di sambut oleh Carl, Nathan dan Benneth yang ternyata sudah berada lebih dahulu di sana.“Kalian..”“Kau dan mereka akan bermalam di sini malam ini. Jarak dari hotel Storchen ke bandara hanya sekitar 13 menit. Jika macet mungkin sampai sekitar 20 menit paling lama

  • PRISONER of HEAVEN   After You ; Chapter 45

    Takk.. takk..Suara heals terdengar saat mulai masuk ke sebuah restaurant ternama membuat semua mata tertuju kepadanya. Terlebih lagi saat ia melepaskan kacamata hitam yang bertengger pada pangkal hidung kecilnya, membuatnya semakin terlihat terpesona dengan wajah mungil cantiknya.Tanpa menghiraukan pandangan tersebut, ia berjalan menuju ruangan VIP yang sudah di pesan oleh seseorang yang berada di lantai 2 di temani oleh seorang pelayan.Di sana, ada sepasang kekasih yang sudah menunggu kedatangannya. Ia bahkan sempat melihat adegan mesra mereka yang membuatnya sedikit iri dan juga memberikan smirk nya sebelum benar-benar masuk dan menginstrupsi pasangan tersebut jika ada sosok lain di antara mereka.“Hah, untuk keberapa kalinya aku mengganggu kalian” keluhnya.“Maaf” ucap wanita yang berbeda 8 tahun di atasnya.Ia menarik kursi di depannya, duduk dan langsung beralih pada segelas wine yang sudah di sia

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 46

    Flashback..Masa anak-anak merupaka masa yang paling menyenangkan bukan? Bagaimana kita bisa melakukan segala hal yang kita inginkan tanpa perlu repot memikirkan resiko setelahnya. Bagaimana kita bisa bermain dengan puas tanpa perlu memikirkan bebas hidup dan masalah-masalah lainnya. Yang kita ketahui hanya hidup senang, tertawa dan bebas. Jika kita tak mendapatkan itu, menangis dan mengamuk akan menjadi jurus ampuh untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, tanpa perlu memikirkan keegoisan.Ya, seperti itu seharusnya, tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk anak yang berusia 8 tahun itu. Disaat orang-orang seusianya tengah bergembira bermain, dirinya lebih memilih untuk duduk di bangkunya dan menikmati teman-temannya yang bermain dengan seru di sana.Bukan karena ia tak ingin, hanya saja ia tengah dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.Ingatan itu kembali. Ia tengah berupaya untuk melupakannya, namun tetap saja.“Oh Seung hun!&rdqu

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 47

    “Jadi bagaimana perasaanmu kembali menginjak London?”Matthew mendudukan dirinya pada sofa empuk yang berada di ruang utama depan tv. “Ku rasa kau mengerti bu” jawabnya.“Ibu” panggil Matthew untuk seseorang yang berada dalam panggilan telpon dengannya. “Terima kasih sudah menjadi ibuku”“Hah, Matthew..” Dwyne menghela napas, mencoba mengontrol perasaannya, namun ini terlalu haru sehingga membuatnya menangis. Matthew sendiri tak mencoba menenangkan dan hanya diam menikmati setiap isakan Dwyne di ujung sana.“Terima kasih sudah menjadi putraku yang tampan, Aku sangat menyayangimu”“Aku juga bu. Aku sangat menyayangimu, ku harap ayah tidak cemburu mendengar ini”Isakan Dwyne seketika berubah menjadi kekehan yang menular ke Matthew juga,“Isirahatlah, ibu akan segera menyusulmu”“Apa ibu berangkat s

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 48

    Flashback..2 tahun yang lalu..Seperti dugaan awalnya bahwa dirinya akan terluka begitu Lynelle meninggalkannya. Ah tidak, lebih tepatnya ia sudah terlihat seperti orang sekarat dengan meringkuk memeluk sebuah dress milik Lynelle yang masih tertinggal di mansionnya.Seperti hari-hari sebelumnya, Matthew membuka matanya—yang lingkaran hitamnya semakin jelas—dan menatap kosong seolah-olah setiap hari yang ia lalui adalah hari yang sangat mengenaskan.Matanya mengarah pada dress milik Lynelle yang sudah kusut akibat selalu di peluknya dan tersenyum pahit di sana, “Selamat pagi Ly, tidur mu nyenyak?” ucapnya seorang diri.Ia benar-benar seperti orang gila saat ini, mengobrol pada sebuah baju kusut dan tersenyum bodoh di sana. Matthew kembali memeluk dress tersebut dengan erat dan menghirup aroma Lynelle di sana yang semakin hari semakin menghilang.Tetapi hari ini sepertinya lebih parah dari biasanya, i

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 49

    Matthew melempar kasar jaket kulit yang ia gunakan sebagai outer setibanya di rumah. Ia lalu menuju dapur, mengambil sebotol mineral dingin dan langsung meneguknya dengan begitu rakus. Tubuhnya terasa panas dan masih terasa panas bahkan setelah ia meneguk habis air minralnya dan meremas botol tersebut hingga menjadi remuk dan penyot.Rahang yang mengeras hingga membuat urat-urat pada wajahnya nampak menunjukkan bahwa pria ini sedang tidak baik-baik saja.Tentu, bagamana tidak saat melihat Carl dan Lynelle di restaurant yang sengaja Matthew datangi untuk memantau mereka, Carl dengan entengnya melayangkan kecupan mesra pada punggung tangan Lynelle membuatnya terbakar api cemburu.Ia tahu, Carl sedang mencoba memanas-manasinya dengan berkata bahwa akan melakukan kencan dengan Lynelle di restaurant tersebut saat mereka tengah bersantai di rumah Nathan sore tadi.Carl bahkan menyadari keberadaannya di sana sebab Carl sempat melayangkan tatapan meremehkan kepad

Bab terbaru

  • PRISONER of HEAVEN   Epilog

    2 tahun kemudian...Rutinitas Lynelle kembali bertambah setelah menjadi istri dari seorang dokter dan pembisnis ternama, Matthew Flint, membuat dirinya sedikit lebih repot dari biasanya. Jam kecil di atas nakas masih menunjukkan pukul 5 pagi namun Lynelle harus memaksakan dirinya untuk bangun dan mulai menyibukkan dirinya.Dimulai dengan membereskan rumah, mencuci piring dan pakaian. Begitu jam menunjukkan pukul 6 pagi, Lynelle kembali ke kamar dan membangunkan Matthew untuk bersiap-siap berangkat kerja. Begitu Matthew sudah terbangun, Lynelle kembali menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.Bertepatan saat sarapan sudah selesai, Matthew sudah siap dengan pakaian formalnya dan kembali sibuk dengan ponselnya untuk melihat jadwal hari ini.“Kau akan pulang malam lagi?” tanya Lynelle,“Heum”Heum?Lynelle melihat ke arah Matthew yang masih sibuk dengan ponselnya. “Aku harus menunggumu atau tida

  • PRISONER of HEAVEN   Ending ; Chapter 63

    Disinilah Lynelle yang duduk berhadapan dengan Belva yang tengah meneguk cola-nya dengan begitu anggun sedang Matthew tengah memesan makanan untuk dirinya dan Lynelle. Lynelle berusaha mengedalikan ekspresinya namun tak bisa di pungkiri jika sampai detik ini ia masih merasa kesal dengan kehadiran Belva.Cih, perjalanan yang memakan waktu cukup lama apanya? ini tak sampai 30 enit dari apartementku dan lagi, KENAPA HARUS ADA WANITA INI?! Seperti itulah jeritan isi hati Lynelle yang tak bisa ia suarakan.Belva yang tahu jika Lynelle akan memberinya tatapan tajam, bersikap enteng dan tetap memberikan senyum manisnya sekalipun Lynelle tetap tak merubah ekspresinya.“Kenapa kau ada disini?” ucap Lynelle pada akhirnya. Ia sudah tak bisa menahannya dan kalimat itu sudah berada di ujung lidahnya jadi seklaian saja ia keluarkan.Alih-alih langsung menjawab, Belva terlebih dahulu memakan kentang gorengnya dan menyuap 1 gigitan besar burger kedal

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 62

    Kedua insan itu saling menyalurkan kehangatan melalui dekapan erat mereka dan selimut tebal menutupi tubuh polos mereka tanpa sehelai benang pun. Lynelle mengelus pelan rambut hitam legam milik Matthew yang sudah mulai memanjang. Lynelle terkekeh begitu Matthew mengendus pada dadanya untuk mencari kehangatan.“Kau tidak akan bangun?” tanya Lynelle. Matthew hanya memberikan gumaman tidak sejelas lalu mengeratkan pelukannya.“Matthew, bolehkah aku bertanya?”Tak mendapatkan jawaban apapun dari Matthew, Lynelle kembali melanjutkan pertanyaannya. “Kemarin, saat makan siang dengan ibumu, beliau sempat berkata bahwa dia bukan ibu kandungmu” Lynelle menjilat bibirnya yang kering sembari memainkan rambut Matthew. Matthew sendiri pun masih tak berkomentar apapun membuatnya kembali berbicara, “Boleh aku tahu apa yang terjadi?”“Aku sepertinya belum tahu banyak tentangmu, jadi—““Mau ku cei

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 61

    Matt_ofLy, dimana?myloveLYsedang di belakang panggungnanti kuhubungi lagi“Wah, sepertinya acara peluncurannya sangat ramai sampai-sampai dia sesibuk itu” ucap Matthew sembari menatap ponselnya dengan chat terakhir dari Lynelle di sana.Ia lalu beralih ke menu kontak dan tanpa ragu mencoba menghubungi seseorang disana.“’Allo”“Halo bu, apakah acaranya sudah mulai?”“Eum sebentar lagi, ibu sedang menuju kesana. Ada apa sayangku?”Matthew mengulum senyumnya sebentar. Tiba-tiba saja ia merasa malu tanpa sebab padahal ia sudah membicaraka soal ini dengan Dwyne jauh-jauh hari.“Bu, ingatkan..”“Ahahaha, tentu saja. Kau seantusias itu?”Matthew mengangguk walaupun ia tahu Dwyne tak bisa melihat gerakannya, “Tentu saja. Ini hal yan

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 60

    Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 tengah malam dan Belva baru saja selesai dengan semua pekerjaanya. Rumah sakit sudah sepi pada jam seperti ini tentunya namun sebuah langkah sepatu membuat Belva membeku sejenak menatap pintu ruangannya yang tak tertutup menanti dengan was-was siapa yang berkeliaran di area ruangannya pada jam seperti ini.“Wajahmu tegang sekali” ucap seseorang yang berada di ambang pintu sana membuat Belva menghela napasnya yang sedari tadi ia tahan dengan lega.Jujur saja ia sedikit ketakutan karena banyak cerita-cerita mistis yang beredar akhir-akhir ini membuat bulu kuduknya merinding walaupun ia bisa terbilang sering pulang larut.“Ku pikir siapa, ternyata kau” balas Belva sembari sibuk membereskan barang-barangnya lalu menghampiri pria tersebut yang masih beridiri di posisi yang sama.“Kenapa kau masih ke sini?”“Kau bilang akan pulang lebih telat”“Kau benar-benar me

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 59

    “Ck!”Decihan itu terdengar untuk kesekian kalinya membuat Lynelle akhirnya menyerah dan menatap malas ke arah pria yang sudah menginjak usia kepala 3 di hadapannya. Menampilkan ekpresi cemberut sejak kemarin membuat Lynelle bertanya-tanya apakah pria itu tak lelah memasang ekpresi seperti itu?Bayangkan saja bagaimana lelahnya mengerucutkan bibir selama 2 hari berturut-turut.“Hah!”Lagi, pria itu membuat suara-suara yang di sengaja agar membuat Lynelle peka dan atensi Lynelle tertuju padanya.“Kau tak lelah seperti itu?”“Tak tahu”Jangan lupa dengan balasan yang sama selama 2 hari setiap di ajak berkomunikasi. Lynelle memijat pelipisnya, kelakuan Matthew benar-benar membuatnya pening sejak kejadian dimana ia menggunakan ponsel Carl untuk berkomunikasi sejenak dengan sahabat-sahabatnya sekedar saling berkenalan dan berujung Lynelle mendapat banyak gombalan membuat Matthew merajuk b

  • PRISONER of HEAVEN   Belong You ; Chapter 58

    “Lynelle..”“Kau tahu. Ia melakukan hal yang fatal sebab tak menerima kenyataan tersebut. Ia menculikku, melukaiku dengan begitu hebatnya sampai rasanya aku ingin mengutuk dunia setiap harinya. Aku ingin mengutuk langit yang terlihat cerah sedangkan aku kesulitan untuk bernapas bebas dalam penjara indah yang ia bangun”“Lynelle maafkan aku. Bukan seperti itu maksudku”“Lalu kau tahu yang paling lucu namun mampu membuatku merasa lebih mati dari sebelumnya saat ia melukaiku? Yaitu saat aku mencoba untuk menerima semua, berdamai dengan semua. Aku kehilangan janinku dan dia membuangku, memulangkanku setelah kejadian itu.” Lynelle memberikan senyum pahit di sela tangisannya, “Bukankah seperti ia sudah tak membutuhkanku lagi?” Matthew menggeleng dengan cepat. Hal itu sudah sangat melenceng, ia tak pernah berpikir untuk seperti itu. Matthew membawa tangan Lynelle pada bibirnya dan mengecupnya berkali-kali. “Jangan berpikir demikian Ly, sedikitpun aku tak pernah ber

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 57

    Matthew memarkirkan mobilnya tepat di seberang butik Lynelle dan menunggu di sana. Sudah setengah jam berlalu namun ia tak mendapatkan apapun di sana. Sosok Lynelle yang ia nanti menampakkan diri masih tak tertangkap netranya barang sekilas saja.Sepertinya ini sia-sia, pikirnya.Namun Matthew mencoba untuk menunggu lebih lama lagi hingga 1 jam lewat ia habiskan dia sana menunggu Lynelle yang masih tak kunjung nampak pada akhirnya membuatnya menyerah dan dengan sedikit lesu berisap untuk meninggalkan tempatnya.Akan tetapi, baru saja Matthew menyalakan mesin mobilnya, seorang wanita keluar yang Matthew kenal sebagai Lynelle, berjalan sedikit terburu-buru di ujung sana dan hendak menyebrangi jalan. Mengetahui itu, Matthew merasa deg-degan tanpa sebab dan sedikit menunduk untuk bersembunyi begitu Lynelle telah menyebrangi jalan untuk menuju café yang berada tak begitu jauh di tempat Matthew memarkirkan mobilnya.Matthew kembali menunggu cuku

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 56

    Selagi Lynelle berperang dengan batinnya, Carl beranjak sebentar dan kembali dengan sebucket besar bunga mawar biru yang lalu ia sodorkan kepada Lynelle. Lynelle menerima bunga tersebut dan menatap Carl yang kembali duduk di posisinya.“Selama ini setiap bucket bunga besar yang kau terima itu bukan dariku melainkan dari Matthew”Kali ini tenggorokan Lynelle terasa tercekik tatkala ia berusaha untuk tidak meneteskan airmata lagi. Namun setiap fakta yang Carl ucapkan membuatnya mengalah dan membiarkan tetes demi tetes airmata itu turun membasahi wajahnya yang berekspresi datar.“Mulai dari aku yang mengajakmu ke wahana bermain saat tahun baru, memberimu bucket bunga pertama di hari uang tahumu 2 tahun yang lalu, setahun yang lalu dan sekarang, mengajakmu berkencan setiap hari sabu dan minggu, hadiah natal yang salah satunya merupakan hadiah dari Matthew, bucket bunga untuk butikmu, bahkan butik milikmu sebenarnya saran dari Matthew. Semua itu, di

DMCA.com Protection Status